Sabtu, 30 Juni 2018

Sepuluh Guru Indonesia Ikuti Pelatihan STEM di Amerika

Buku besar yang digunakan guru sebagai media pembelajaran mempelajari benda yang mudah bergerak dan tidak mudah bergerak.(prioritaspendidikan.org)

SEPULUH  guru terpilih yang mengikuti program tahunan Honeywell Educators at Space Academy (HESA) di U.S. Space & Rocket Center (USSRC) di Huntsville, Alabama, Amerika Serikat kini telah kembali ke Indonesia. Sejak tanggal 21 hingga 25 Juni, mereka mengikuti pelatihan dan aktivitas yang berfokus di bidang Sains, Teknologi, Engineering dan Matematika (STEM).

Presiden Honeywell Indonesia, Roy Kosasih mengatakan tahun ini program HESA terbagi menjadi dua kelompok. Pertama, dari tanggal 14 hingga 19 Juni, yang kedua 21 ke 25 Juni, seluruhnya melibatkan 224 guru dari 35 negara dan 45 negara bagian Amerika Serikat.

Roy menceritakan selama di Amerika, para guru belajar cara-cara dan teknik mengajar yang inovatif. Yaitu melalui pembelajaran intensif 45 jam di kelas, laboratori serta beragam pelatihan, dengan fokus pada eksplorasi luar angkasa.

Selain itu, para guru yang belajar melalui simulasi pelatihan yang digunakan oleh para astronot NASA dan mengasah jiwa kepemimpinan dan kerjasama, serta membangun jaringan dengan guru-guru dari negara lain.

“Dengan program selama lima hari ini, diharapkan para guru nantinya mendedikasikan hidupnya untuk mendidik dan menyiapkan murid-muridnya untuk kelak memimpin dunia,” jelas Roy di Jakarta, Jumat (29/6).

Roy mengatakan, Honeywell sangat bangga bisa berinvestasi dan membantu guru-guru Indonesia dalam meningkatkan teknik mengajar mereka. Terlebih di masa sekarang, belajar STEM tidak hanya membaca buku dan mengingat angka dan formula saja.

“belajar STEM harus dengan mencoba dan mengeksplorasi. Agar anak-anak Indonesia dapat meraih masa depan terbaik mereka,” ungkap Roy.

Salah satu guru terpilih dari SMKN 1 Seram Bagian Timur, Maluku, Darum Budiarto mengaku, program HESA ini sungguh pengalaman yang tidak terlupakan. Kesempatan ini menambah pengetahuan dan pengalaman yang berharga untuk menginspirasi siswa agar tertarik mendalami STEM.

“Bukan tidak mungkin suatu saat dari Indonesia, bisa muncul astronot. Nanti saya akan mengenakan baju biru HESA di depan murid-murid saya agar mereka terinspirasi untuk belajar STEM,” kata Darum.

Program ini dibentuk melalui kerjasama antara Honeywell Hometown Solutions – badan tanggung jawal sosial perusahaan – dengan U.S. Space & Rocket Center (USSRC). Pengembangan profesional ini diciptakan khusus untuk membantu para guru sains dan matematika di sekolah dasar dan menengah agar mampu menjadi pendidik yang lebih inovatif dan efektif di bidang sains, teknologi, teknik dan matematika.

Sejak dimulai pada tahun 2004, lebih dari tiga ribu guru telah mengikuti program HESA dan diperkirakan mereka telah berhasil menginspirasi lebih dari 5 juta murid di penjuru dunia.(republika.co.id)



from Siap Belajar https://ift.tt/2tTTHmu
via IFTTT

Buku besar yang digunakan guru sebagai media pembelajaran mempelajari benda yang mudah bergerak dan tidak mudah bergerak.(prioritaspendidikan.org)

SEPULUH  guru terpilih yang mengikuti program tahunan Honeywell Educators at Space Academy (HESA) di U.S. Space & Rocket Center (USSRC) di Huntsville, Alabama, Amerika Serikat kini telah kembali ke Indonesia. Sejak tanggal 21 hingga 25 Juni, mereka mengikuti pelatihan dan aktivitas yang berfokus di bidang Sains, Teknologi, Engineering dan Matematika (STEM).

Presiden Honeywell Indonesia, Roy Kosasih mengatakan tahun ini program HESA terbagi menjadi dua kelompok. Pertama, dari tanggal 14 hingga 19 Juni, yang kedua 21 ke 25 Juni, seluruhnya melibatkan 224 guru dari 35 negara dan 45 negara bagian Amerika Serikat.

Roy menceritakan selama di Amerika, para guru belajar cara-cara dan teknik mengajar yang inovatif. Yaitu melalui pembelajaran intensif 45 jam di kelas, laboratori serta beragam pelatihan, dengan fokus pada eksplorasi luar angkasa.

Selain itu, para guru yang belajar melalui simulasi pelatihan yang digunakan oleh para astronot NASA dan mengasah jiwa kepemimpinan dan kerjasama, serta membangun jaringan dengan guru-guru dari negara lain.

“Dengan program selama lima hari ini, diharapkan para guru nantinya mendedikasikan hidupnya untuk mendidik dan menyiapkan murid-muridnya untuk kelak memimpin dunia,” jelas Roy di Jakarta, Jumat (29/6).

Roy mengatakan, Honeywell sangat bangga bisa berinvestasi dan membantu guru-guru Indonesia dalam meningkatkan teknik mengajar mereka. Terlebih di masa sekarang, belajar STEM tidak hanya membaca buku dan mengingat angka dan formula saja.

“belajar STEM harus dengan mencoba dan mengeksplorasi. Agar anak-anak Indonesia dapat meraih masa depan terbaik mereka,” ungkap Roy.

Salah satu guru terpilih dari SMKN 1 Seram Bagian Timur, Maluku, Darum Budiarto mengaku, program HESA ini sungguh pengalaman yang tidak terlupakan. Kesempatan ini menambah pengetahuan dan pengalaman yang berharga untuk menginspirasi siswa agar tertarik mendalami STEM.

“Bukan tidak mungkin suatu saat dari Indonesia, bisa muncul astronot. Nanti saya akan mengenakan baju biru HESA di depan murid-murid saya agar mereka terinspirasi untuk belajar STEM,” kata Darum.

Program ini dibentuk melalui kerjasama antara Honeywell Hometown Solutions – badan tanggung jawal sosial perusahaan – dengan U.S. Space & Rocket Center (USSRC). Pengembangan profesional ini diciptakan khusus untuk membantu para guru sains dan matematika di sekolah dasar dan menengah agar mampu menjadi pendidik yang lebih inovatif dan efektif di bidang sains, teknologi, teknik dan matematika.

Sejak dimulai pada tahun 2004, lebih dari tiga ribu guru telah mengikuti program HESA dan diperkirakan mereka telah berhasil menginspirasi lebih dari 5 juta murid di penjuru dunia.(republika.co.id)



from Siap Belajar https://ift.tt/2tTTHmu
via IFTTT

Jumat, 29 Juni 2018

78.000 Sekolah Belum Terapkan K-13

Ilustrasi Kurikulum 2013

SEMUA  sekolah pada jenjang pendidikan dasar dan menengah harus mengimplementasikan Kurikulum 2013 (K-13)pada tahun ajaran 2018-2019. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mendata, sebanyak 78.000 sekolah belum menerapkan K-13. Kendati demikian, pada tahun ini, semua sekolah tersebut akan mendapatkan pelatihan dan pendampingan tahap akhir untuk mengimplementasikan K-13.

Berdasarkan Data Pokok Pendidikan (Dapodik)di Kemendikbud, jumlah sekolah dasar dan menengah di dalam negeri sebanyak 218.456. Mendikbud Muhadjir Effendy mengatakan, mutu dan kompetensi guru menjadi ruh dalam penerapan K-13. “Guru harus bisa memberikan teladan kepada anak muridnya,” kata Muhadjir di Kantor Kemendikbud, Jakarta, Jumat, 29 Juni 2018.

Ia menjelaskan, proses kegiatan belajar mengajar jangan kaku pada ketetapan kurikulum. Menurut dia, para kepala sekolah diharapkan mampu membantu para guru memahami perannya sebagai pendidik, bukan sekadar pengajar. Dengan demikian, pembelajaran yang diterapkan di sekolah bisa lebih fleksibel. “Serta mampu memberikan ruang yang cukup untuk pengembangan siswa,” ujarnya.

K-13 merupakan bagian dari upaya Kemendikbud dalam merestorasi pendidikan nasional melalui sistem persekolahan. Muhadjir menuturkan, restorasi didukung dengan revitalisasi komite sekolah, pengaturan hari sekolah, sistem zonasi dalam Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB), penyesuaian beban kerja guru, dan penguatan peran kepala sekolah.

Ia menegaskan, pengaturan hari sekolah yang merupakan satu dari beberapa implementasi tentang program Penguatan Pendidikan Karakter sepantasnya didukung semua pihak. Pasalnya, aturan tersebut sudah dikuatkan oleh terbitnya Instruksi Presiden. “Satu sama lainnya saling berkelindan,” ujarnya.

Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah (Dirjen Dikdasmen) Kemendikbud Hamid Muhammad mengklaim, penerapan K-13 pada tahun 2018-2019 akan lebih optimal. Pasalnya, sekolah yang dua tahun lalu masih beradaptasi, sudah lebih siap karena mendapat pelatihan dan pendampingan intensif dari pemerintah. “Tahun ini semua sekolah harus menggunakan Kurikulum 2013 tanpa kecuali,” ujar Hamid.

Ia menjelaskan, pendampingan sekolah penerima bantuan akan dilaksanakan pada Agustus sampai Desember 2018. Menurut dia, pendampingan tersebut untuk memperkuat pemahaman K-13 bagi guru berikut perubahannya di lapangan. Para pendamping diharapkan dapat mencermati dengan mendalam terkait apa saja yang terjadi di kelas.

Hamid menuturkan, target dari K-13 membawa perubahan pendidikan karakter yang terintegrasi di sekolah. Baik intrakurikuler, ekstrakurikuler, maupun kokurikuler dan perubahan budaya literasi di sekolah. Ia mencontohkan, guru dapat menargetkan siswanya untuk menuntaskan 4-5 buku bacaan per tahun.

“Anak-anak jangan cuma disuruh untuk menghafal. HOTS _(higher order thinking skills)_itu bukan hanya milik anak SMA saja. Tetapi sejak dini harus diperkenalkan kepada peserta didik kita,” tutur Hamid.

Ia menyatakan, target lainnya yakni sekolah harus mampu memperkenalkan dan melatih keterampilan abad ke-21 kepada semua peserta didik. Siswa harus dilatih untuk berpikir kritis, kreatif, komunikatif, dan mampu berkolaborasi. Terkait pendampingan di daerah terdepan, tertinggal, dan terluar (3T), Hamid menyatakan Kemendikbud akan memberikan penanganan secara khusus kepada sekolah-sekolah tersebut.

“Kami, melalui LPMP (Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan) yang akan mendatangi sekolah-sekolah tersebut,” katanya.(pikiran-rakyat.com)



from Siap Belajar https://ift.tt/2ICW82p
via IFTTT

Ilustrasi Kurikulum 2013

SEMUA  sekolah pada jenjang pendidikan dasar dan menengah harus mengimplementasikan Kurikulum 2013 (K-13)pada tahun ajaran 2018-2019. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mendata, sebanyak 78.000 sekolah belum menerapkan K-13. Kendati demikian, pada tahun ini, semua sekolah tersebut akan mendapatkan pelatihan dan pendampingan tahap akhir untuk mengimplementasikan K-13.

Berdasarkan Data Pokok Pendidikan (Dapodik)di Kemendikbud, jumlah sekolah dasar dan menengah di dalam negeri sebanyak 218.456. Mendikbud Muhadjir Effendy mengatakan, mutu dan kompetensi guru menjadi ruh dalam penerapan K-13. “Guru harus bisa memberikan teladan kepada anak muridnya,” kata Muhadjir di Kantor Kemendikbud, Jakarta, Jumat, 29 Juni 2018.

Ia menjelaskan, proses kegiatan belajar mengajar jangan kaku pada ketetapan kurikulum. Menurut dia, para kepala sekolah diharapkan mampu membantu para guru memahami perannya sebagai pendidik, bukan sekadar pengajar. Dengan demikian, pembelajaran yang diterapkan di sekolah bisa lebih fleksibel. “Serta mampu memberikan ruang yang cukup untuk pengembangan siswa,” ujarnya.

K-13 merupakan bagian dari upaya Kemendikbud dalam merestorasi pendidikan nasional melalui sistem persekolahan. Muhadjir menuturkan, restorasi didukung dengan revitalisasi komite sekolah, pengaturan hari sekolah, sistem zonasi dalam Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB), penyesuaian beban kerja guru, dan penguatan peran kepala sekolah.

Ia menegaskan, pengaturan hari sekolah yang merupakan satu dari beberapa implementasi tentang program Penguatan Pendidikan Karakter sepantasnya didukung semua pihak. Pasalnya, aturan tersebut sudah dikuatkan oleh terbitnya Instruksi Presiden. “Satu sama lainnya saling berkelindan,” ujarnya.

Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah (Dirjen Dikdasmen) Kemendikbud Hamid Muhammad mengklaim, penerapan K-13 pada tahun 2018-2019 akan lebih optimal. Pasalnya, sekolah yang dua tahun lalu masih beradaptasi, sudah lebih siap karena mendapat pelatihan dan pendampingan intensif dari pemerintah. “Tahun ini semua sekolah harus menggunakan Kurikulum 2013 tanpa kecuali,” ujar Hamid.

Ia menjelaskan, pendampingan sekolah penerima bantuan akan dilaksanakan pada Agustus sampai Desember 2018. Menurut dia, pendampingan tersebut untuk memperkuat pemahaman K-13 bagi guru berikut perubahannya di lapangan. Para pendamping diharapkan dapat mencermati dengan mendalam terkait apa saja yang terjadi di kelas.

Hamid menuturkan, target dari K-13 membawa perubahan pendidikan karakter yang terintegrasi di sekolah. Baik intrakurikuler, ekstrakurikuler, maupun kokurikuler dan perubahan budaya literasi di sekolah. Ia mencontohkan, guru dapat menargetkan siswanya untuk menuntaskan 4-5 buku bacaan per tahun.

“Anak-anak jangan cuma disuruh untuk menghafal. HOTS _(higher order thinking skills)_itu bukan hanya milik anak SMA saja. Tetapi sejak dini harus diperkenalkan kepada peserta didik kita,” tutur Hamid.

Ia menyatakan, target lainnya yakni sekolah harus mampu memperkenalkan dan melatih keterampilan abad ke-21 kepada semua peserta didik. Siswa harus dilatih untuk berpikir kritis, kreatif, komunikatif, dan mampu berkolaborasi. Terkait pendampingan di daerah terdepan, tertinggal, dan terluar (3T), Hamid menyatakan Kemendikbud akan memberikan penanganan secara khusus kepada sekolah-sekolah tersebut.

“Kami, melalui LPMP (Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan) yang akan mendatangi sekolah-sekolah tersebut,” katanya.(pikiran-rakyat.com)



from Siap Belajar https://ift.tt/2ICW82p
via IFTTT

Mendikbud: Aturan BLUD SMK Terbit Tahun Ini

Siswa SMK jurusan Tata Boga melakukan uji kompetensi keahlian (ilustrasi) (republika.co.id)

MENTERI  Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Muhadjir Effendy menyatakan segera akan terbitkan Peraturan Menteri yang mengatur pembentukan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) bagi Sekolah Menengah Kejuaran (SMK) Negeri. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ini dianggap perlu guna mendukung program Teaching Factory, khususnya dalam mengelola keuangan sekolah hasil penjualan produk yang dihasilkan para siswa.

Hal ini disampaikan Muhadjir, saat membuka acara Koordinasi BantuanTeaching Factory yang dilaksanakan di Hotel Griptha, Kudus, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, Kamis (28/6). Menurutnya, Teaching Factory ini merupakan sarana untuk menjembatani antara SMK dengan dunia industri dan dunia usaha yang sesuai dengan bidang ketrampilannya.

Nantinya, kata Muhadjir, produknya tersebut juga bisa dijual juga, bisa menggunakan lisensi/ merek dari partner atau secara mandiri. Karena itu, nantinya, terutama untuk SMK negeri, harus menjadi BLUD.

Dengan begitu, maka pendapatannya bisa dikelola sendiri oleh sekolah dan digunakan sepenuhnya untuk memajukan sekolah dan tidak harus ‘setor’ ke negara. Sebab jika tidak menjadi BLUD, maka pendapatan tersebut harus disetorkan kepada negara sebagai Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). “Tahun ini akan diterbitkan Peraturan Menteri (Permen) untuk pembentukan BLUD itu,” tegasnya.

Mendikbud juga menyampaikan, sekarang semua SMK harus punya partner industri atau jasa sesuai dengan bidang keterampilannya. Bahkan kurikulumnya itu, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sudah ada kesepakatan, minimum 60 persen dari kurikulum ditentukan bersama-sama dengan partner, industri atau perusahaan tersebut.

Selain lulusannya bisa bekerja bersama partner tersebut, seandainya mencari kerja pun akan lebih dipercaya karena sudah terstandarisasi. Hal ini akan diperkuat dengan sertifikat. “Jadi semua item ketrampilan ada sertifikatnya,” tandas Mendikbud.

Sementara itu, Direktur Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan (PSMK) Dirjen Pendidikan Dasar Menengah, M Bakrun mengatakan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan terus mendorong Teaching Factory SMK di tanah air.

Ia mengungkapkan Revitalisasi SMK yang ditetapkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2017 sebanyak 219 SMK se-Indonesia. Dari jumlah ini, SMK yang telah mendapatkan bantuan Teaching Factory pada tahun lalu sebanyak 114 SMK.

Sisanya, sebanyak 105 SMK mendapatkan bantuan Teaching Factory tahap kedua ini. Namun demikian pada tahun 2018 ini Dirjen Pendidikan Dasar Menengah akan menambah 350 SMK revitalisasi.

Sehingga pada akhir tahun ini, total akan ada 569 SMK yang telah direvitalisasi. Dari jumlah 350 SMK yang direvitalisasi ini, sebagian diantaranya mungkin sudah akan mendapatkan bantuan Teaching Factory pada tahun 2018 ini.(republika.co.id)



from Siap Belajar https://ift.tt/2Nd17tV
via IFTTT

Siswa SMK jurusan Tata Boga melakukan uji kompetensi keahlian (ilustrasi) (republika.co.id)

MENTERI  Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Muhadjir Effendy menyatakan segera akan terbitkan Peraturan Menteri yang mengatur pembentukan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) bagi Sekolah Menengah Kejuaran (SMK) Negeri. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ini dianggap perlu guna mendukung program Teaching Factory, khususnya dalam mengelola keuangan sekolah hasil penjualan produk yang dihasilkan para siswa.

Hal ini disampaikan Muhadjir, saat membuka acara Koordinasi BantuanTeaching Factory yang dilaksanakan di Hotel Griptha, Kudus, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, Kamis (28/6). Menurutnya, Teaching Factory ini merupakan sarana untuk menjembatani antara SMK dengan dunia industri dan dunia usaha yang sesuai dengan bidang ketrampilannya.

Nantinya, kata Muhadjir, produknya tersebut juga bisa dijual juga, bisa menggunakan lisensi/ merek dari partner atau secara mandiri. Karena itu, nantinya, terutama untuk SMK negeri, harus menjadi BLUD.

Dengan begitu, maka pendapatannya bisa dikelola sendiri oleh sekolah dan digunakan sepenuhnya untuk memajukan sekolah dan tidak harus ‘setor’ ke negara. Sebab jika tidak menjadi BLUD, maka pendapatan tersebut harus disetorkan kepada negara sebagai Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). “Tahun ini akan diterbitkan Peraturan Menteri (Permen) untuk pembentukan BLUD itu,” tegasnya.

Mendikbud juga menyampaikan, sekarang semua SMK harus punya partner industri atau jasa sesuai dengan bidang keterampilannya. Bahkan kurikulumnya itu, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sudah ada kesepakatan, minimum 60 persen dari kurikulum ditentukan bersama-sama dengan partner, industri atau perusahaan tersebut.

Selain lulusannya bisa bekerja bersama partner tersebut, seandainya mencari kerja pun akan lebih dipercaya karena sudah terstandarisasi. Hal ini akan diperkuat dengan sertifikat. “Jadi semua item ketrampilan ada sertifikatnya,” tandas Mendikbud.

Sementara itu, Direktur Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan (PSMK) Dirjen Pendidikan Dasar Menengah, M Bakrun mengatakan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan terus mendorong Teaching Factory SMK di tanah air.

Ia mengungkapkan Revitalisasi SMK yang ditetapkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2017 sebanyak 219 SMK se-Indonesia. Dari jumlah ini, SMK yang telah mendapatkan bantuan Teaching Factory pada tahun lalu sebanyak 114 SMK.

Sisanya, sebanyak 105 SMK mendapatkan bantuan Teaching Factory tahap kedua ini. Namun demikian pada tahun 2018 ini Dirjen Pendidikan Dasar Menengah akan menambah 350 SMK revitalisasi.

Sehingga pada akhir tahun ini, total akan ada 569 SMK yang telah direvitalisasi. Dari jumlah 350 SMK yang direvitalisasi ini, sebagian diantaranya mungkin sudah akan mendapatkan bantuan Teaching Factory pada tahun 2018 ini.(republika.co.id)



from Siap Belajar https://ift.tt/2Nd17tV
via IFTTT

Minggu, 17 Juni 2018

Engklek Geometri, Belajar Matematika Jadi Menyenangkan

Permainan engklek geometri yang dikembangkan oleh mahasiswa Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya.(republika.co.id)

TIGA mahasiswa Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya, mengubah permainan tradisional engklek menjadi media pembelajaran matematika yang menyenangkan. Media pembelajaran matematika melalui permainan tradisional ekngklek tersebut diberi nama engklek geometri.

Tiga mahasiswa yang dimaksud adalah Indah Kurnia (semester 8), Nur Isnaini Utami (semester 8), dan Lelly Oktafiana (semester 6). Indah Kurnia menjelaskan, aturan permainan engklek geometri hampir sama dengan permainan engklek pada umumnya.

“Hanya saja, pada setiap petak yang dipilih pada engklek geometri, ada soal-soal matematika yang harus bisa dipecahkan oleh para peserta. Kalau tidak bisa menjawab tidak bisa melanjutkan,” kata Indah saat ditemui di Kampus UM Surabaya, Senin (11/6).

Perbedaaan yang paling menonjol antara engklek geometri dengan engklek pada umumnya adalah bentuk petak dan gaco yang dimiliki. Petak dan gaco yang ada di engklek geometri berbentuk segi empat, persegi panjang, jajar genjang, belah ketupat, layang-layang, dan setengah lingkaran.

Di samping petak-petak tersebut terdapat lembar soal yang harus dipecahkan oleh para peserta permainan engklek geometri. Soal-soal yang ada pun disesuaikan dengan petak yang ada. Semisal, gaco si peserta jatuh di petak berbentuk segi empat. Maka soal yang dipecahkannya berkaitan pengan hitung-menghitung segi empat.

Indah menjelaskan, ide pembuatan engklek geometri itu muncul lantaran permainan tradisional engklek semakin ditinggalkan karena tergerus kemajuan teknologi. Kemudian, dia juga merasa belum ada wujud nyata pelestarian permainan tradisional engklek.

Selain itu, lanjut Indah, penggunaan media pembelajaran juga belum optimal, terutama dalam pelajaran matematika. Sehingga, kebanyakan siswa kurang berminat serta terkesan tidak aktif dalam menggeluti pelajaran matematika.

“Jadi kita ingin bisa melestarikan dan memperkenalkan kembali permainan tradisional engklek melalui inovasi. Sehingga bisa dijadikan media pembelajaran matematika yang menyenangkan,” ujar Indah.

Nur Isnaini Utami menambahkan, media pembelajaran yang diciptakan selama tiga pekan itu sudah diuji coba kepada siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 10 Surabaya. Mayoritas para siswa mengaku sangat senang dengan media pembelajaran engklek itu.

“Kita uji cobakan selama tiga pekan. Kami berharap, dengan media pembelajaran engklek geometri, pembelajaran matematika jadi menyenangkan dan benar anak-anak jadi lebih tertarik belajar matematika,” ujar Isnaini.

Salah satu siswa SMP Muhammadiyah 10 Surabaya, Saiful Rachman Aditya Putra mengaku, engklek geometri membuat pembelajaran matematika jadi menyenangkan. Bahkan kata dia, lebih menyenangkan dibanding belajar matematika di dalam kelas.

“Lebih senang belajar lewat permainan ini (engklek geometri). Lagi pula tidak sulit, bahkan terasa lebih mudah mengerjakan soal-soal yang beekaitan dengan penghitungan rumus geometri,” kata Saiful.(republika.co.id)



from Siap Belajar https://ift.tt/2HYm2gq
via IFTTT

Permainan engklek geometri yang dikembangkan oleh mahasiswa Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya.(republika.co.id)

TIGA mahasiswa Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya, mengubah permainan tradisional engklek menjadi media pembelajaran matematika yang menyenangkan. Media pembelajaran matematika melalui permainan tradisional ekngklek tersebut diberi nama engklek geometri.

Tiga mahasiswa yang dimaksud adalah Indah Kurnia (semester 8), Nur Isnaini Utami (semester 8), dan Lelly Oktafiana (semester 6). Indah Kurnia menjelaskan, aturan permainan engklek geometri hampir sama dengan permainan engklek pada umumnya.

“Hanya saja, pada setiap petak yang dipilih pada engklek geometri, ada soal-soal matematika yang harus bisa dipecahkan oleh para peserta. Kalau tidak bisa menjawab tidak bisa melanjutkan,” kata Indah saat ditemui di Kampus UM Surabaya, Senin (11/6).

Perbedaaan yang paling menonjol antara engklek geometri dengan engklek pada umumnya adalah bentuk petak dan gaco yang dimiliki. Petak dan gaco yang ada di engklek geometri berbentuk segi empat, persegi panjang, jajar genjang, belah ketupat, layang-layang, dan setengah lingkaran.

Di samping petak-petak tersebut terdapat lembar soal yang harus dipecahkan oleh para peserta permainan engklek geometri. Soal-soal yang ada pun disesuaikan dengan petak yang ada. Semisal, gaco si peserta jatuh di petak berbentuk segi empat. Maka soal yang dipecahkannya berkaitan pengan hitung-menghitung segi empat.

Indah menjelaskan, ide pembuatan engklek geometri itu muncul lantaran permainan tradisional engklek semakin ditinggalkan karena tergerus kemajuan teknologi. Kemudian, dia juga merasa belum ada wujud nyata pelestarian permainan tradisional engklek.

Selain itu, lanjut Indah, penggunaan media pembelajaran juga belum optimal, terutama dalam pelajaran matematika. Sehingga, kebanyakan siswa kurang berminat serta terkesan tidak aktif dalam menggeluti pelajaran matematika.

“Jadi kita ingin bisa melestarikan dan memperkenalkan kembali permainan tradisional engklek melalui inovasi. Sehingga bisa dijadikan media pembelajaran matematika yang menyenangkan,” ujar Indah.

Nur Isnaini Utami menambahkan, media pembelajaran yang diciptakan selama tiga pekan itu sudah diuji coba kepada siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 10 Surabaya. Mayoritas para siswa mengaku sangat senang dengan media pembelajaran engklek itu.

“Kita uji cobakan selama tiga pekan. Kami berharap, dengan media pembelajaran engklek geometri, pembelajaran matematika jadi menyenangkan dan benar anak-anak jadi lebih tertarik belajar matematika,” ujar Isnaini.

Salah satu siswa SMP Muhammadiyah 10 Surabaya, Saiful Rachman Aditya Putra mengaku, engklek geometri membuat pembelajaran matematika jadi menyenangkan. Bahkan kata dia, lebih menyenangkan dibanding belajar matematika di dalam kelas.

“Lebih senang belajar lewat permainan ini (engklek geometri). Lagi pula tidak sulit, bahkan terasa lebih mudah mengerjakan soal-soal yang beekaitan dengan penghitungan rumus geometri,” kata Saiful.(republika.co.id)



from Siap Belajar https://ift.tt/2HYm2gq
via IFTTT

Sabtu, 16 Juni 2018

Jumlah Guru Non-PNS di Sekolah Negeri 735.825 Orang

guru honorer SM3T(psmk.kemdikbud.go.id)

HINGGA  saat ini, kebutuhan guru yang berstatus PNS di sekolah negeri berjumlah 988.133 orang. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mengupayakan untuk memberikan pendidikan kepada guru agar mampu mengajar dua mata pelajaran.

Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Masyarakat Kemendikbud,Ari Santoso, menjelaskan jumlah guru sekolah negeri saat ini sebanyak 2.114.765 orang. Jumlah tersebut terdiri atas guru ASN 1.378.940 orang dan guru non PNS berjumlah 735.825 orang. ”Untuk memenuhi kebutuhan guru saat ini, kita butuh sebanyak 988.133 guru ASN,” tutur Ari saat ditemui di kantornya, Kamis (7/6).

Kekukarang guru tersebut terjadi karena pensiun, mutasi, promosi, meninggal, penambahan ruang kelas baru, dan penambahan unit sekolah baru. Kemendikbud pada tahun ini mengusulkan penambahan sekitar 100 ribu guru ASN kepada Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (KemenPAN dan RB).

”Dengan asumsi ada guru yang bisa mengajar lebih dari satu mata pelajaran dan dapat mengajar di tingkat kelas yang berbeda maka bisa diupayakan cukup dengan 707.324 guru PNS saja,” ungkap Ari.

Untuk pemenuhan guru tersebut diusulkan pengangkatan mulai dari tahun 2018 sampai dengan 2024. Untuk memenuhi 707 ribu guru ASN dapat terpenuhi selama tujuh tahun jika tiap tahun diadakan pengangkatan 100 ribu guru.

”Pola rekrutmen guru sesuai dengan pola yang di tentukan dan berkualitas, karena guru akan mendidik anak-anak kita untuk menjadi generasi bangsa yang unggul dan berdaya saing,” ujarnya.

Terkait dengan prioritas sekolah yang membutuhkan guru baru, Ari mengatakan, Kemendikbud membuat urutan atau peringkat berdasarkan kriteria seperti ketersediaan ASN, status daerah tertinggal, rasio guru dan murid, mata pelajaran prioritas, dan fiskal.

”Penentuan sekolah yang membutuhkan guru baru ditempatkan ke sekolah sesuai dengan peta perhitungan, dan dikawal agar tidak di tempatkan di luar sekolah yang membutuhkan,” ungkap Ari.(jpnn.com)



from Siap Belajar https://ift.tt/2JX65fO
via IFTTT

guru honorer SM3T(psmk.kemdikbud.go.id)

HINGGA  saat ini, kebutuhan guru yang berstatus PNS di sekolah negeri berjumlah 988.133 orang. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mengupayakan untuk memberikan pendidikan kepada guru agar mampu mengajar dua mata pelajaran.

Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Masyarakat Kemendikbud,Ari Santoso, menjelaskan jumlah guru sekolah negeri saat ini sebanyak 2.114.765 orang. Jumlah tersebut terdiri atas guru ASN 1.378.940 orang dan guru non PNS berjumlah 735.825 orang. ”Untuk memenuhi kebutuhan guru saat ini, kita butuh sebanyak 988.133 guru ASN,” tutur Ari saat ditemui di kantornya, Kamis (7/6).

Kekukarang guru tersebut terjadi karena pensiun, mutasi, promosi, meninggal, penambahan ruang kelas baru, dan penambahan unit sekolah baru. Kemendikbud pada tahun ini mengusulkan penambahan sekitar 100 ribu guru ASN kepada Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (KemenPAN dan RB).

”Dengan asumsi ada guru yang bisa mengajar lebih dari satu mata pelajaran dan dapat mengajar di tingkat kelas yang berbeda maka bisa diupayakan cukup dengan 707.324 guru PNS saja,” ungkap Ari.

Untuk pemenuhan guru tersebut diusulkan pengangkatan mulai dari tahun 2018 sampai dengan 2024. Untuk memenuhi 707 ribu guru ASN dapat terpenuhi selama tujuh tahun jika tiap tahun diadakan pengangkatan 100 ribu guru.

”Pola rekrutmen guru sesuai dengan pola yang di tentukan dan berkualitas, karena guru akan mendidik anak-anak kita untuk menjadi generasi bangsa yang unggul dan berdaya saing,” ujarnya.

Terkait dengan prioritas sekolah yang membutuhkan guru baru, Ari mengatakan, Kemendikbud membuat urutan atau peringkat berdasarkan kriteria seperti ketersediaan ASN, status daerah tertinggal, rasio guru dan murid, mata pelajaran prioritas, dan fiskal.

”Penentuan sekolah yang membutuhkan guru baru ditempatkan ke sekolah sesuai dengan peta perhitungan, dan dikawal agar tidak di tempatkan di luar sekolah yang membutuhkan,” ungkap Ari.(jpnn.com)



from Siap Belajar https://ift.tt/2JX65fO
via IFTTT

Kamis, 07 Juni 2018

Kemendikbud Dorong SMK Ciptakan Wirausaha Muda

Ilustrasi

KEMENTERIAN  Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) terus berupaya mengembangkan kewirausahaan di kalangan siswa SMK. Melalui program Bantuan Pengembangan Pembelajaran Kewirausahaan SMK, para Kepala Sekolah ditantang untuk melahirkan lebih banyak wirausaha muda dari SMK.

“Program Sekolah Pencetak Wirausaha ini untuk mengintegrasikan konsep BMW yaitu bekerja, melanjutkan studi, wirausaha,” ujar Kepala Subdirektorat Kurikulum Direktorat Pembinaan SMK, Mochamad Widiyanto melalui siaran pers, Rabu (6/6).

Saat ini, kata dia, pendidikan kewirausahaan di SMK diimplementasikan dalam berbagai bentuk pembelajaran berbasis produksi dan bisnis seperti Teaching Factory atau Techno Park. Widi menargetkan pada tahun 2018 ini 150 SMK mengikuti program SMK Pencetak Wirausaha (SPW). Angkatan I program SPW ini diikuti sebanyak 114 sekolah.

“Kita berikan bantuan berupa bimbingan teknis dan pembiayaan agar mereka melahirkan wirausaha muda. Targetnya 5 persen dari total lulusan dapat menciptakan lapangan kerja atau menjadi wirausaha,” jelas Widi.

Dia menerangkan, program SPW merupakan model pembelajaran yang mendorong siswa untuk memiliki keterampilan melalui praktik usaha. Siswa didorong melakukan praktik wirausaha berbasis daring karena dipandang relatif murah dan mudah untuk pemula. Khususnya bagi siswa generazi Z, sejalan dengan upaya menghadapi era industri 4.0. Target yang ditetapkan adalah omzet per semester.

“Indikator keberhasilannya kalau siswa tidak perlu mencari pekerjaan, bahkan mampu menciptakan lapangan pekerjaan bagi dirinya maupun orang lain. Kita ingin anak-anak ini semuanya memiliki pekerjaan, bekerja atau wirausaha, tidak ada yang menganggur,” jelas Widi.

Direktur The Southeast Asian Ministers of Education Organization (SAMEO) Secretariat, Gatot Hari Priowirjanto, menyampaikan, SMK Pencetak Wirausaha (SPW) merupakan bagian dari upaya pemerintah mencapai target Revitalisasi SMK sesuai Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2016.

“Kita ingin mencetak siswa dengan ‘kartu biru’, anak-anak yang bisa membuka lapangan kerja, baik untuk diri sendiri atau orang lain,” kata Gatot.

Pendidikan kewirausahaan ini sejalan dengan penguatan pendidikan karakter (PPK). Salah satu nilai karakter utama yang ingin dicapai melalui program SPW ini adalah kemandirian. “Dia belajar membongkar rasa malu, belajar menjadi konsisten, tentang komitmen, dan belajar untuk dapat dipercaya,” kata Gatot.(republika.co.id)



from Siap Belajar https://ift.tt/2LtXnTj
via IFTTT

Ilustrasi

KEMENTERIAN  Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) terus berupaya mengembangkan kewirausahaan di kalangan siswa SMK. Melalui program Bantuan Pengembangan Pembelajaran Kewirausahaan SMK, para Kepala Sekolah ditantang untuk melahirkan lebih banyak wirausaha muda dari SMK.

“Program Sekolah Pencetak Wirausaha ini untuk mengintegrasikan konsep BMW yaitu bekerja, melanjutkan studi, wirausaha,” ujar Kepala Subdirektorat Kurikulum Direktorat Pembinaan SMK, Mochamad Widiyanto melalui siaran pers, Rabu (6/6).

Saat ini, kata dia, pendidikan kewirausahaan di SMK diimplementasikan dalam berbagai bentuk pembelajaran berbasis produksi dan bisnis seperti Teaching Factory atau Techno Park. Widi menargetkan pada tahun 2018 ini 150 SMK mengikuti program SMK Pencetak Wirausaha (SPW). Angkatan I program SPW ini diikuti sebanyak 114 sekolah.

“Kita berikan bantuan berupa bimbingan teknis dan pembiayaan agar mereka melahirkan wirausaha muda. Targetnya 5 persen dari total lulusan dapat menciptakan lapangan kerja atau menjadi wirausaha,” jelas Widi.

Dia menerangkan, program SPW merupakan model pembelajaran yang mendorong siswa untuk memiliki keterampilan melalui praktik usaha. Siswa didorong melakukan praktik wirausaha berbasis daring karena dipandang relatif murah dan mudah untuk pemula. Khususnya bagi siswa generazi Z, sejalan dengan upaya menghadapi era industri 4.0. Target yang ditetapkan adalah omzet per semester.

“Indikator keberhasilannya kalau siswa tidak perlu mencari pekerjaan, bahkan mampu menciptakan lapangan pekerjaan bagi dirinya maupun orang lain. Kita ingin anak-anak ini semuanya memiliki pekerjaan, bekerja atau wirausaha, tidak ada yang menganggur,” jelas Widi.

Direktur The Southeast Asian Ministers of Education Organization (SAMEO) Secretariat, Gatot Hari Priowirjanto, menyampaikan, SMK Pencetak Wirausaha (SPW) merupakan bagian dari upaya pemerintah mencapai target Revitalisasi SMK sesuai Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2016.

“Kita ingin mencetak siswa dengan ‘kartu biru’, anak-anak yang bisa membuka lapangan kerja, baik untuk diri sendiri atau orang lain,” kata Gatot.

Pendidikan kewirausahaan ini sejalan dengan penguatan pendidikan karakter (PPK). Salah satu nilai karakter utama yang ingin dicapai melalui program SPW ini adalah kemandirian. “Dia belajar membongkar rasa malu, belajar menjadi konsisten, tentang komitmen, dan belajar untuk dapat dipercaya,” kata Gatot.(republika.co.id)



from Siap Belajar https://ift.tt/2LtXnTj
via IFTTT

Rabu, 06 Juni 2018

Indonesia Kekurangan 988.133 Guru PNS untuk Sekolah Negeri

Ilustrasi : newstolitolilipuku.blogspot.com

KEMENTERIAN  Pendidikan dan Kebudayaan menyebut jika Indonesia sangat kekurangan tenaga pengajar (guru) PNS khususnya untuk sekolah negeri. Berdasarkan penghitungan, saat ini dibutuhkan sekitar 988.133 guru PNS untuk mengajar di sekolah negeri.

Menanggapi kekurangan tersebut, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy mengatakan, langkah pertama yang bisa dilakukan adalah dengan melakukan mutasi pada guru-guru. Khususnya pada sekolah-sekolah yang mengalami tenaga pengajar PNS yang berlebih.

“Untuk mengatasi kekurangan, optimalisasi guru yang berlebih dengan cara mutasi dari sekolah satu ke sekolah yang lain yang mengalami kelebihan,” ujarnya di Gedung DPR RI, Jakarta, Selasa (4/6/2018).

Khusus untuk mutasi, Muhadjir meminta bantuan dari Pemerintah Daerah dan juga Provinsi untuk bisa memuluskan upaya tersebut. Sebab menurut.ya, kebijakan tersebut ada sepenuhnya pada masing-masing pemerintah daerah dan provinsi.

“Berdasarkan UU 23 tahun 2014, Sekarang ini untuk guru menjadi kewenangan masing-masing provinsi untuk SMK-SMK dan SD, SMP kewenangan Kabupaten Kota. Mutasi mutlak di tangan Pemda,” jelasnya.

Selain itu lanjut Muhadjir, pihaknya juga akan memperbolehkan para guru untuk mengajar lebih dari satu mata pelajaran. Diharapkan produktivitas guru bisa lebih meningkat lagi, sebab menurutnya produktivitas PNS menurun karena banyak sekali guru yang bolos kerja karena hanya mengajar satu mata pelajaran saja.

“Kami juga akan laksanakan multi subject. Guru-guru akan kita beri kewenangan tambahan untuk bisa mengajar lebih dari satu mata pelajaran. Karena salah satu hal yang bikin boros adalah kebijakan linieritas, yaitu satu guru hanya bisa mengajar 1 mata pelajaran,” jelasnya.

Selama ini lanjut Muhadjir, guru hanya diberi satu mata pelajaran saja karena dianggap tidak linear dan menambah beban kerja. Padahal, hak tersebut sudah dilakukan pada tingkat universitas dan terbukti sukses dan efektif.

“Padahal untuk depan, bisa mengajar beberapa mata kuliah. Guru kalau mengajar lebih dari 1 mata pelajaran dianggap tidak linear dan tidak diakui sebagai tambahan beban kerja,” jelasnya.

Di sisi lain, pihaknya juga akan mengangkat guru-guru honorer untuk mengisi kekurangan tenaga pengajar PNS. Namun pengangkatan tersebut harus lewat mekanisme seleksi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS).(news.okezone.com)

 



from Siap Belajar https://ift.tt/2JnSNW5
via IFTTT

Ilustrasi : newstolitolilipuku.blogspot.com

KEMENTERIAN  Pendidikan dan Kebudayaan menyebut jika Indonesia sangat kekurangan tenaga pengajar (guru) PNS khususnya untuk sekolah negeri. Berdasarkan penghitungan, saat ini dibutuhkan sekitar 988.133 guru PNS untuk mengajar di sekolah negeri.

Menanggapi kekurangan tersebut, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy mengatakan, langkah pertama yang bisa dilakukan adalah dengan melakukan mutasi pada guru-guru. Khususnya pada sekolah-sekolah yang mengalami tenaga pengajar PNS yang berlebih.

“Untuk mengatasi kekurangan, optimalisasi guru yang berlebih dengan cara mutasi dari sekolah satu ke sekolah yang lain yang mengalami kelebihan,” ujarnya di Gedung DPR RI, Jakarta, Selasa (4/6/2018).

Khusus untuk mutasi, Muhadjir meminta bantuan dari Pemerintah Daerah dan juga Provinsi untuk bisa memuluskan upaya tersebut. Sebab menurut.ya, kebijakan tersebut ada sepenuhnya pada masing-masing pemerintah daerah dan provinsi.

“Berdasarkan UU 23 tahun 2014, Sekarang ini untuk guru menjadi kewenangan masing-masing provinsi untuk SMK-SMK dan SD, SMP kewenangan Kabupaten Kota. Mutasi mutlak di tangan Pemda,” jelasnya.

Selain itu lanjut Muhadjir, pihaknya juga akan memperbolehkan para guru untuk mengajar lebih dari satu mata pelajaran. Diharapkan produktivitas guru bisa lebih meningkat lagi, sebab menurutnya produktivitas PNS menurun karena banyak sekali guru yang bolos kerja karena hanya mengajar satu mata pelajaran saja.

“Kami juga akan laksanakan multi subject. Guru-guru akan kita beri kewenangan tambahan untuk bisa mengajar lebih dari satu mata pelajaran. Karena salah satu hal yang bikin boros adalah kebijakan linieritas, yaitu satu guru hanya bisa mengajar 1 mata pelajaran,” jelasnya.

Selama ini lanjut Muhadjir, guru hanya diberi satu mata pelajaran saja karena dianggap tidak linear dan menambah beban kerja. Padahal, hak tersebut sudah dilakukan pada tingkat universitas dan terbukti sukses dan efektif.

“Padahal untuk depan, bisa mengajar beberapa mata kuliah. Guru kalau mengajar lebih dari 1 mata pelajaran dianggap tidak linear dan tidak diakui sebagai tambahan beban kerja,” jelasnya.

Di sisi lain, pihaknya juga akan mengangkat guru-guru honorer untuk mengisi kekurangan tenaga pengajar PNS. Namun pengangkatan tersebut harus lewat mekanisme seleksi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS).(news.okezone.com)

 



from Siap Belajar https://ift.tt/2JnSNW5
via IFTTT