Minggu, 31 Desember 2017
TEACHER ASSISTANTS AND TEACHERS - YAY. BINA TUNAS CEMERLANG
kunjungi sumber
kunjungi sumber
TRAINER - TRrecPro
kunjungi sumber
kunjungi sumber
EDUCATION CONSULTANT (BINTARO) - I CAN EDUCATION CONSULTANT
kunjungi sumber
kunjungi sumber
MANDARIN TEACHER - KIDEA PRESCHOOL & KINDERGARTEN KELAPA GADING
kunjungi sumber
kunjungi sumber
LIBRARIAN (CATALOGING) FSN-7 Training Level - AMERICAN EMBASSY JAKARTA
kunjungi sumber
kunjungi sumber
LIBRARIAN (CATALOGING) FSN-8 - AMERICAN EMBASSY JAKARTA
kunjungi sumber
kunjungi sumber
SALES & MARKETING (JAKARTA & SURABAYA AREA) - SUN EDUCATION, PT (SUN EDUCATION GROUP)
kunjungi sumber
kunjungi sumber
TEACHER - SENTRA EDUKASI DINAMIKA, PT
kunjungi sumber
kunjungi sumber
ENGLISH TEACHER FOR EF SCHOOLS IN TANJUNG DUREN - ENGLISH FIRST
kunjungi sumber
kunjungi sumber
ENGLISH TEACHER FOR EF SCHOOLS IN BSD - ENGLISH FIRST
kunjungi sumber
kunjungi sumber
ENGLISH TEACHER FOR EF SCHOOLS IN PURI - ENGLISH FIRST ( Puri )
kunjungi sumber
kunjungi sumber
TEACHER'S ASSISTANT - CHAMPSVILLE PRESCHOOL
kunjungi sumber
kunjungi sumber
GURU BIDANG STUDI SOSIOLOGI (CIKARANG) - INTERNATIONAL ISLAMIC EDUCATION COUNCIL, PT
kunjungi sumber
kunjungi sumber
GURU BIDANG STUDI ( ENGLISH ) - INTERNATIONAL ISLAMIC EDUCATION COUNCIL, PT
kunjungi sumber
kunjungi sumber
Sabtu, 30 Desember 2017
BUSINESS STUDIES / ECONOMICS TEACHER - JAKARTA NANYANG SCHOOL
kunjungi sumber
kunjungi sumber
Mendikbud: Harus Ada Reformasi dan Restorasi Pendidikan Dasar
PENDIDIKAN dasar di jenjang Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) selayaknya memiliki 70 persen muatan pendidikan karakter. Hal itu dikarenakan pendidikan karakter menjadi fondasi pendidikan selanjutnya bagi peserta didik.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Muhadjir Effendy menegaskan, sekolah-sekolah pada jenjang SD dan SMP kini harus berubah, harus ada reformasi dan restorasi pendidikan yang mengutamakan pendidikan karakter.
“Kalau di sekolah SD dan SMP itu masih padat dengan memberikan pengetahuan kepada siswa maka itu sudah tidak zamannya lagi,” ujar Mendikbud pada acara Seminar Pendidikan di Singkawang, Kalimantan Barat, Kamis (28/12/2017).
Guru menjadi salah satu kunci dalam membenahi pendidikan karakter itu. Mengajar bagi seorang guru merupakan bagian kecil dari tugasnya tetapi mendidik siswa memiliki karakter yang kuat itulah yang menjadi tugas pertama dan utama seorang guru.
Seperti ajaran Ki Hadjar Dewantara bahwa seorang guru seharusnya berada di depan untuk memberikan keteladanan, berada di tengah untuk memberikan inspirasi, dan berada di belakang untuk memberikan dorongan. Namun hingga saat ini sebagian besar guru hanya memberikan dorongan melalui transfer pengetahuan saja kepada siswa-siswanya.
Mendikbud mengatakan, tanggung jawab utama mendidik anak-anak memiliki karakter yang kuat itu tetap ada pada keluarga atau orangtua mereka. Sekolah, kata dia, hanya membantu mereka ketika berada di rumah keduanya.
“Sudah keliru paradigma masyarakat (tentang pendidikan,-) sekarang ini, kalau anaknya sudah masuk sekolah itu sudah orangtua tidak ikut campur mendidik, ini adalah suatu kesalahan besar. Keluarga harus bertanggung jawab terhadap pendidikan anak terutama pendidikan dasar,” tutur mantan rektor Universitas Muhammadiyah Malang itu.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah berupaya mengeluarkan regulasi tentang pendidikan karakter tersebut, yakni Peraturan Mendikbud Nomor 23 Tahun 2017 tentang Hari Sekolah dan Peraturan Mendikbud Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti. Regulasi tersebut juga diperkuat dengan Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter. (kemdikbud.go.id)
from Siap Belajar http://ift.tt/2CoF7Kg
via IFTTT
PENDIDIKAN dasar di jenjang Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) selayaknya memiliki 70 persen muatan pendidikan karakter. Hal itu dikarenakan pendidikan karakter menjadi fondasi pendidikan selanjutnya bagi peserta didik.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Muhadjir Effendy menegaskan, sekolah-sekolah pada jenjang SD dan SMP kini harus berubah, harus ada reformasi dan restorasi pendidikan yang mengutamakan pendidikan karakter.
“Kalau di sekolah SD dan SMP itu masih padat dengan memberikan pengetahuan kepada siswa maka itu sudah tidak zamannya lagi,” ujar Mendikbud pada acara Seminar Pendidikan di Singkawang, Kalimantan Barat, Kamis (28/12/2017).
Guru menjadi salah satu kunci dalam membenahi pendidikan karakter itu. Mengajar bagi seorang guru merupakan bagian kecil dari tugasnya tetapi mendidik siswa memiliki karakter yang kuat itulah yang menjadi tugas pertama dan utama seorang guru.
Seperti ajaran Ki Hadjar Dewantara bahwa seorang guru seharusnya berada di depan untuk memberikan keteladanan, berada di tengah untuk memberikan inspirasi, dan berada di belakang untuk memberikan dorongan. Namun hingga saat ini sebagian besar guru hanya memberikan dorongan melalui transfer pengetahuan saja kepada siswa-siswanya.
Mendikbud mengatakan, tanggung jawab utama mendidik anak-anak memiliki karakter yang kuat itu tetap ada pada keluarga atau orangtua mereka. Sekolah, kata dia, hanya membantu mereka ketika berada di rumah keduanya.
“Sudah keliru paradigma masyarakat (tentang pendidikan,-) sekarang ini, kalau anaknya sudah masuk sekolah itu sudah orangtua tidak ikut campur mendidik, ini adalah suatu kesalahan besar. Keluarga harus bertanggung jawab terhadap pendidikan anak terutama pendidikan dasar,” tutur mantan rektor Universitas Muhammadiyah Malang itu.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah berupaya mengeluarkan regulasi tentang pendidikan karakter tersebut, yakni Peraturan Mendikbud Nomor 23 Tahun 2017 tentang Hari Sekolah dan Peraturan Mendikbud Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti. Regulasi tersebut juga diperkuat dengan Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter. (kemdikbud.go.id)
from Siap Belajar http://ift.tt/2CoF7Kg
via IFTTT
Hadapi Soal Isian UN 2018, Siswa Harus Dilatih
KESIAPAN siswa harus benar-benar diperhatikan dalam menghadapi Ujian Nasional (UN) 2018, terutama terkait soal isian meski hanya berbobot 10%.
Ketua Dewan Pendidikan DIY Profesor Danisworo menyatakan, kesiapan siswa dituntut sebab soal isian mengharuskan mereka memiliki jawaban sesuai kemampuan masing-masing.
Untuk itu, siswa perlu dilatih dalam menjawab dengan keyakinan, khususnya untuk ilmu eksak seperti Matematika. Pemahaman siswa tidak boleh spekulatif, persiapan belajar harus dilakukan secara rutin dan terstruktur, jangan sampai menggunakan sistem kebut semalam.
“Kalau pilihan ganda kan masih bisa berspekulasi, misal waktunya habis dijawab semua A, harapannya pasti ada yang benar, kalau isian guru harus menyiapkan mengapa sampai pada jawaban itu,” ujarnya, seperti dilansir dari Solopos, Jumat (29/12/2017).
Untuk ujian berbasis komputer, Danisworo menilai wilayah DIY sebagian besar siswanya banyak yang sudah menguasai komputer sehingga kemungkinan tidak ada persoalan.
“Tetapi kalau yang pelosok mungkin perangkatnya belum lengkap dan kesiapan harus dilatih betul, jangan sampai saat sudah mulai mengerjakan ada kendala dari sisi mengoperasikan,” tegas dia.(news.okezone.com)
from Siap Belajar http://ift.tt/2CdrdLH
via IFTTT
KESIAPAN siswa harus benar-benar diperhatikan dalam menghadapi Ujian Nasional (UN) 2018, terutama terkait soal isian meski hanya berbobot 10%.
Ketua Dewan Pendidikan DIY Profesor Danisworo menyatakan, kesiapan siswa dituntut sebab soal isian mengharuskan mereka memiliki jawaban sesuai kemampuan masing-masing.
Untuk itu, siswa perlu dilatih dalam menjawab dengan keyakinan, khususnya untuk ilmu eksak seperti Matematika. Pemahaman siswa tidak boleh spekulatif, persiapan belajar harus dilakukan secara rutin dan terstruktur, jangan sampai menggunakan sistem kebut semalam.
“Kalau pilihan ganda kan masih bisa berspekulasi, misal waktunya habis dijawab semua A, harapannya pasti ada yang benar, kalau isian guru harus menyiapkan mengapa sampai pada jawaban itu,” ujarnya, seperti dilansir dari Solopos, Jumat (29/12/2017).
Untuk ujian berbasis komputer, Danisworo menilai wilayah DIY sebagian besar siswanya banyak yang sudah menguasai komputer sehingga kemungkinan tidak ada persoalan.
“Tetapi kalau yang pelosok mungkin perangkatnya belum lengkap dan kesiapan harus dilatih betul, jangan sampai saat sudah mulai mengerjakan ada kendala dari sisi mengoperasikan,” tegas dia.(news.okezone.com)
from Siap Belajar http://ift.tt/2CdrdLH
via IFTTT
Industri Didorong Dirikan Politeknik
KEMENTERIAN Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi mendorong pihak industri untuk mendirikan dan mengelola politeknik secara mandiri. Pasalnya, keterlibatan langsung pihak industri dalam pendidikan vokasi akan meningkatkan relevansi kompetensi lulusan perguruan tinggi dengan kebutuhan dunia kerja dan industri.
Direktur Jenderal kelembagaan Iptek dan Dikti Kemenristekdikti Patdono Suwignjo mengatakan, saat ini, jumlah politeknik hanya 0,5 persen dari total sekitar 4.300 perguruan tinggi negeri dan swasta nasional.
Jumlah tersebut sangat tidak ideal mengingat keterampilan tenaga kerja yang dibutuhkan dunia kerja dan industri semakin spesifik.
Menurut dia, program revitalisasi pendidikan vokasi yang diusung pemerintah akan berjalan semakin cepat dan efisien jika mendapat dukungan dari pihak industri.
“Dalam rangka menyediakan tenaga kerja yang dapat langsung diserap oleh industri, setiap industri yang berencana mendirikan perguruan tinggi akan diarahkan untuk mendirikan politeknik,” kata Patdono di Kantor Kemenristekdikti, Jakarta, belum lama ini.
Ia menuturkan, di sejumlah negara maju jumlah politeknik lebih banyak atau minimal seimbang dengan jumlah perguruan tinggi umum. Ia mencontohkan, sebagai negara industri maju, hampir semua politeknik di Jerman dimiliki dan dikelola industri.
“Di Indonesia, sangat sedikit politeknik yang dimiliki oleh industri,” katanya.
Revitalisasi Politeknik
Patdono menyatakan, pada tahun ini, pemerintah mulai berusaha meningkatkan relevansi pendidikan vokasi dengan industri, yakni dengan merevitalisasi 12 politeknik. Menurut dia, program revitalisasi tersebut akan berlangsung hingga tahun anggaran 2019.
Dia menegaskan, selain membantu pemerintah meningkatkan angka partisipasi kasar, pendirian politeknik oleh industri juga akan meningkatkan serapan tenaga kerja.
Ia menjelaskan, program revitalisasi pendidikan vokasi yang dilakukan pemerintah di antaranya dengan memberi beasiswa bagi dosen untuk mengikuti pelatihan sertifikasi internasional. Kemenristekdikti juga membiayai dosen dan mahasiswa vokasi untuk mempelajari praktik industri di luar negeri.(pikiran-rakyat.com)
from Siap Belajar http://ift.tt/2Cn8RHe
via IFTTT
KEMENTERIAN Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi mendorong pihak industri untuk mendirikan dan mengelola politeknik secara mandiri. Pasalnya, keterlibatan langsung pihak industri dalam pendidikan vokasi akan meningkatkan relevansi kompetensi lulusan perguruan tinggi dengan kebutuhan dunia kerja dan industri.
Direktur Jenderal kelembagaan Iptek dan Dikti Kemenristekdikti Patdono Suwignjo mengatakan, saat ini, jumlah politeknik hanya 0,5 persen dari total sekitar 4.300 perguruan tinggi negeri dan swasta nasional.
Jumlah tersebut sangat tidak ideal mengingat keterampilan tenaga kerja yang dibutuhkan dunia kerja dan industri semakin spesifik.
Menurut dia, program revitalisasi pendidikan vokasi yang diusung pemerintah akan berjalan semakin cepat dan efisien jika mendapat dukungan dari pihak industri.
“Dalam rangka menyediakan tenaga kerja yang dapat langsung diserap oleh industri, setiap industri yang berencana mendirikan perguruan tinggi akan diarahkan untuk mendirikan politeknik,” kata Patdono di Kantor Kemenristekdikti, Jakarta, belum lama ini.
Ia menuturkan, di sejumlah negara maju jumlah politeknik lebih banyak atau minimal seimbang dengan jumlah perguruan tinggi umum. Ia mencontohkan, sebagai negara industri maju, hampir semua politeknik di Jerman dimiliki dan dikelola industri.
“Di Indonesia, sangat sedikit politeknik yang dimiliki oleh industri,” katanya.
Revitalisasi Politeknik
Patdono menyatakan, pada tahun ini, pemerintah mulai berusaha meningkatkan relevansi pendidikan vokasi dengan industri, yakni dengan merevitalisasi 12 politeknik. Menurut dia, program revitalisasi tersebut akan berlangsung hingga tahun anggaran 2019.
Dia menegaskan, selain membantu pemerintah meningkatkan angka partisipasi kasar, pendirian politeknik oleh industri juga akan meningkatkan serapan tenaga kerja.
Ia menjelaskan, program revitalisasi pendidikan vokasi yang dilakukan pemerintah di antaranya dengan memberi beasiswa bagi dosen untuk mengikuti pelatihan sertifikasi internasional. Kemenristekdikti juga membiayai dosen dan mahasiswa vokasi untuk mempelajari praktik industri di luar negeri.(pikiran-rakyat.com)
from Siap Belajar http://ift.tt/2Cn8RHe
via IFTTT
ADMINISTRATION (JAKARTA) - BINA BAHASA MANDARIN
kunjungi sumber
kunjungi sumber
BAHASA INDONESIA TEACHER - YAY. BUDDHIS THERAVADA INDONESIA (NARADA SCHOOL)
kunjungi sumber
kunjungi sumber
MANDARIN TEACHER - YAY. BUDDHIS THERAVADA INDONESIA (NARADA SCHOOL)
kunjungi sumber
kunjungi sumber
MANDARIN TEACHER (TK - SMA) - BINA BAHASA MANDARIN
kunjungi sumber
kunjungi sumber
PE TEACHER FOR SECONDARY - PELANGI KASIH SCHOOL
kunjungi sumber
kunjungi sumber
ART TEACHER FOR SECONDARY - PELANGI KASIH SCHOOL
kunjungi sumber
kunjungi sumber
SOCIAL STUDIES OR PKN TEACHER FOR SECONDARY - PELANGI KASIH SCHOOL
kunjungi sumber
kunjungi sumber
KOREAN TRANSLATOR - CGM INDONESIA, PT
kunjungi sumber
kunjungi sumber
ASSISTANT PRE-SCHOOL TEACHER - Integrated Children's Academy
kunjungi sumber
kunjungi sumber
PROJECT MANAGER SCHOLARSHIP - PROVISI MANDIRI PRATAMA, PT
kunjungi sumber
kunjungi sumber
PROJECT COORDINATOR - PROVISI MANDIRI PRATAMA, PT
kunjungi sumber
kunjungi sumber
TEACHERS (EARLY CHILDHOOD, ELEMENTARY & MIDDLE SCHOOL PROGRAM) - HIGHSCOPE
kunjungi sumber
kunjungi sumber
Jumat, 29 Desember 2017
BAHASA INDONESIA TEACHER FOR EXPATRIATES (WITH MOTORBIKE) - LANGUAGE STUDIES INDONESIA, PT
kunjungi sumber
kunjungi sumber
LOCAL PRIMARY SCIENCE TEACHER - MUTIARA HARAPAN ISLAMIC BILINGUAL SCHOOL
kunjungi sumber
kunjungi sumber
TEACHERS - BINA BANGSA SCHOOL
kunjungi sumber
kunjungi sumber
MANDARIN TEACHER (LAOSHI) FOR KINDERFIELD BSD - KINDERFIELD SCHOOL
kunjungi sumber
kunjungi sumber
CHEMISTRY TEACHER - IPH SCHOOLS
kunjungi sumber
kunjungi sumber
WEB DEVELOPMENT / IT - IPH SCHOOLS
kunjungi sumber
kunjungi sumber
FUN LEARNING TEACHERS AND ASSISTANT TEACHERS - MANIFESTA PERDANA, PT
kunjungi sumber
kunjungi sumber
SECONDARY TEACHER (for Junior and Senior High) - MUTIARA HARAPAN BANGSA, YAY
kunjungi sumber
kunjungi sumber
TRAINER AND EVANGELIST - HIGHER LEARNING INTERNATIONAL, PT
kunjungi sumber
kunjungi sumber
TENAGA PENDIDIK FAKULTAS KEDOKTERAN / DOSEN - UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA (UKI)
kunjungi sumber
kunjungi sumber
TENAGA PENDIDIK MAGISTER TEKNIK ELEKTRO - UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA (UKI)
kunjungi sumber
kunjungi sumber
KINDERGARTEN TEACHER
kunjungi sumber
kunjungi sumber
Apakah Lulusan Politeknik Sesuai Tuntutan Dunia Kerja?
INDONESIA diprediksi akan kekurangan sebanyak 85 juta tenaga kerja dengan keterampilan memadai untuk menggerakkan perputaran roda ekonomi pada 2020 mendatang.
Menurut Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019, Indonesia bahkan akan membutuhkan sedikitnya 113 juta pekerja terampil pada tahun 2030.
Angka tersebut merupakan sebuah kebutuhan yang sangat tinggi jika dibandingkan ketersediaan saat ini yang hanya sebesar 55 juta orang.
Di saat yang bersamaan, Indonesia masih harus menyiasati angka pengangguran yang kian meningkat dibandingkan tahun lalu.
Dilansir dari Kompas.com, Senin (6/11/2017), terjadi kenaikan jumlah pengangguran di Indonesia sebesar 10.000 orang menjadi 7,04 juta orang pada Agustus 2017 dari Agustus 2016 sebesar 7,03 juta orang.
Pengangguran ini sebagian disebabkan oleh ketidaksesuaian antara keterampilan yang dibutuhkan oleh pengguna jasa dengan ketersediaannya di pasar kerja.
Selain itu juga terdapat permintaan yang tinggi akan lulusan pendidikan tinggi, melampaui jumlah ketersediaannya. Sebaliknya, terdapat ketersediaan tenaga kerja lulusan sekolah menengah atas dalam jumlah berlebih, dibandingkan dengan jumlah lowongan kerja yang tersedia.
Diperlukan relevansi dan kesesuaian yang lebih baik antara pendidikan tinggi sebagai penyedia sumber daya manusia dengan dunia industri sebagai pemberi kerja.
Melahirkan tenaga kerja terampil dan berdaya
Berkaca pada masalah-masalah di atas, Indonesia memerlukan sistem pendidikan keterampilan yang ideal. Tak hanya lulusan yang hanya menguasai teori, tetapi juga lulusan yang siap bekerja sesuai dengan bidang yang ditekuni.
Pendidikan dan pelatihan vokasi disinyalir menjadi satuan pendidikan yang strategis, serta bisa menjadi harapan utama bagi tersedianya pekerja profesional Indonesia yang terampil, berkualitas dan kompetitif.
Saat ini pendidikan vokasi telah berkembang sangat pesat. Jumlah institusi pendidikan vokasi berbentuk Politeknik, baik negeri maupun swasta, telah mencapai 258, dengan jumlah mahasiswa program Diploma III sebanyak 655.098 dan program Diploma IV atau sarjana terapan sebanyak 100.014 mahasiswa.
Pendidikan yang lebih berorientasi pada pelatihan dan tugas ini memungkinkan mahasiswa lebih banyak mendemonstrasikan pengetahuannya dan melahirkan karya yang memiliki nilai ekonomi sekaligus nilai sosial yang bermanfaat bagi banyak orang.(edukasi.kompas.com)
from Siap Belajar http://ift.tt/2ClK3Nx
via IFTTT
INDONESIA diprediksi akan kekurangan sebanyak 85 juta tenaga kerja dengan keterampilan memadai untuk menggerakkan perputaran roda ekonomi pada 2020 mendatang.
Menurut Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019, Indonesia bahkan akan membutuhkan sedikitnya 113 juta pekerja terampil pada tahun 2030.
Angka tersebut merupakan sebuah kebutuhan yang sangat tinggi jika dibandingkan ketersediaan saat ini yang hanya sebesar 55 juta orang.
Di saat yang bersamaan, Indonesia masih harus menyiasati angka pengangguran yang kian meningkat dibandingkan tahun lalu.
Dilansir dari Kompas.com, Senin (6/11/2017), terjadi kenaikan jumlah pengangguran di Indonesia sebesar 10.000 orang menjadi 7,04 juta orang pada Agustus 2017 dari Agustus 2016 sebesar 7,03 juta orang.
Pengangguran ini sebagian disebabkan oleh ketidaksesuaian antara keterampilan yang dibutuhkan oleh pengguna jasa dengan ketersediaannya di pasar kerja.
Selain itu juga terdapat permintaan yang tinggi akan lulusan pendidikan tinggi, melampaui jumlah ketersediaannya. Sebaliknya, terdapat ketersediaan tenaga kerja lulusan sekolah menengah atas dalam jumlah berlebih, dibandingkan dengan jumlah lowongan kerja yang tersedia.
Diperlukan relevansi dan kesesuaian yang lebih baik antara pendidikan tinggi sebagai penyedia sumber daya manusia dengan dunia industri sebagai pemberi kerja.
Melahirkan tenaga kerja terampil dan berdaya
Berkaca pada masalah-masalah di atas, Indonesia memerlukan sistem pendidikan keterampilan yang ideal. Tak hanya lulusan yang hanya menguasai teori, tetapi juga lulusan yang siap bekerja sesuai dengan bidang yang ditekuni.
Pendidikan dan pelatihan vokasi disinyalir menjadi satuan pendidikan yang strategis, serta bisa menjadi harapan utama bagi tersedianya pekerja profesional Indonesia yang terampil, berkualitas dan kompetitif.
Saat ini pendidikan vokasi telah berkembang sangat pesat. Jumlah institusi pendidikan vokasi berbentuk Politeknik, baik negeri maupun swasta, telah mencapai 258, dengan jumlah mahasiswa program Diploma III sebanyak 655.098 dan program Diploma IV atau sarjana terapan sebanyak 100.014 mahasiswa.
Pendidikan yang lebih berorientasi pada pelatihan dan tugas ini memungkinkan mahasiswa lebih banyak mendemonstrasikan pengetahuannya dan melahirkan karya yang memiliki nilai ekonomi sekaligus nilai sosial yang bermanfaat bagi banyak orang.(edukasi.kompas.com)
from Siap Belajar http://ift.tt/2ClK3Nx
via IFTTT
Kamis, 28 Desember 2017
ACCOUNTING TEACHER - GET SMART
kunjungi sumber
kunjungi sumber
SCIENCE TEACHER - GET SMART
kunjungi sumber
kunjungi sumber
ENGLISH TEACHER - GET SMART
kunjungi sumber
kunjungi sumber
MATH TEACHER - GET SMART
kunjungi sumber
kunjungi sumber
MANDARIN TEACHER - GET SMART
kunjungi sumber
kunjungi sumber
LEARNING SUPPORT TEACHER / IEP COORDINATOR - SEKOLAH PERKUMPULAN MANDIRI (SPM)
kunjungi sumber
kunjungi sumber
WALK IN INTERVIEW - SECONDARY TEACHER (for Junior and Senior High) - MUTIARA HARAPAN BANGSA, YAY
kunjungi sumber
kunjungi sumber