Selasa, 27 Mei 2014

Penelitian Tindakan Kelas Sekolah Dasa Kelas 5



No
Judul PTK
Mata Pelajaran
Link download
1
METODE DISKUSI KELOMPOK, DEMONSTRASI DAN ALAT PERAGA DAPAT MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA TENTANG
SIFAT KOMUTATIF
(MATEMATIKA)
Matematika
2
PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN BERDASARKAN GAMBAR SERI MELALUI METODE DEMONSTRASI
(BAHASA INDONESIA)
Bahasa Indonesia
3
PENGGUNAAN METODE LATIHAN DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA KELAS V SD DALAM MENGISI FORMULIR
Bahasa Indonesia
http://adf.ly/oPQrm
4
PENINGKATAN KETERAMPILAN SISWA KELAS V  MEMBACA PERCAKAPAN MELALUI METODE SOSIODRAMA (BAHASA INDONESIA)
Bahasa Indonesia
5
PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR DAPAT MENINGKATKAN PEMAHAMAN  DAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN ORGAN PERNAFASAN MANUSIA
IPA
6
PENERAPAN TEKNIK LATIHAN DAN DISKUSI UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT (MATEMATIKA)
Matematika
7
PENGGUNAAN METODE DEMONSTRASI DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN PESERTA DIDIK KELAS V SD TENTANG MENULIS PENGGUNAAN SUATU ALAT
Bahasa Indonesia
8
PENERAPAN METODE DISKUSI KELOMPOK KECIL UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN DALAM PEMBELAJARAN PENINGGALAN SEJARAH HINDU DI INDONESIA
IPS
9
PENERAPAN TEKNIK LATIHAN DAN DISKUSI UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT (MATEMATIKA)
Matematika
10
PENGGUNAAN METODE EKSPERIMEN DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN PESERTA DIDIK KELAS V SD TENTANG STRUKTUR ORGAN PERNAFASAN MANUSIA
IPA
11
PENGGUNAAN METODE DISKUSI DAN TANYA JAWAB DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA KELAS V SD TENTANG ORGANISASI PEMERINTAHAN PUSAT
Pkn
12
PENERAPAN METODE LATIHAN DAN DISKUSI UNTUK
MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP PERKEMBANGAN WILAYAH INDONESIA (IPS)
IPS
13
MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA TENTANG OPERASI PECAHAN DESIMAL PADA  MATA PELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENERAPKAN METODE LATIHAN
DI KELAS V SD
Matematika
14
METODE DISKUSI KELOMPOK, DEMONSTRASI DAN ALAT PERAGA DAPAT MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA TENTANG SIFAT KOMUTATIF DI KELAS V  SD
Bahasa Indonesia
15
PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN PROYEKTOR UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA TERHADAP  CARA-CARA PENANGGULANGAN BENCANA ALAM DI KELAS V SD
IPS
16
Penggunaan Pendekatan Kontekstual Dalam Upaya Meningkatkan Proses dan Hasil Belajar  Matematika Pada soal Cerita dengan model role playing kelas V
Matematika
17
PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN BERDASARKAN GAMBAR SERI MELALUI METODE DEMONSTRASI
(BAHASA INDONESIA)
Bahasa Indonesia
18
PENGGUNAAN METODE DISKUSI DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA KELAS V SD  UNTUK MEMAHAMI MENGURUTKAN BILANGAN
Matematika
19
EFEKTIVITAS METODE DEMONSTRASI  DALAM  MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA TENTANG MATERI MENULIS PENGGUNAAN SUATU ALAT
 (BAHASA INDONESIA)
Bahasa Indonesia
20
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CTL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA  TENTANG JARING-JARING KUBUS PADA  PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS V
Matematika
21
PENGGUNAAN METODE PERMAINAN DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA KELAS V SD TENTANG KEDUDUKAN DAN PERANAN ANGGOTA KELUARGA
IPS
22
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA TENTANG KPK DAN FPB DI KELAS V SEKOLAH DASAR
Matematika
23

PENGGUNAAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA PADA TOPIK GAYA MAGNET DALAM PEMBELAJARAN IPA KELAS V SD
IPA
24
UPAYA MENINGKATKAN INTERAKSI BELAJAR SISWA DENGAN MENERAPKAN METODE DEMONTRASI PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS V
Bahasa Indonesia
25
PENGGUNAAN METODE EKSPERIMEN DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA KELAS V SD TENTANG BAGIAN-BAGIAN LIDAH DAN FUNGSINYA
IPA
26
PENGGUNAAN MEDIA PETA DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA KELAS V SD  DALAM MEMBACA PETA LINGKUNGAN SETEMPAT
IPS
27
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA
TENTANG OPERASI HITUNG BILANGAN PECAHAN
MELALUI PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME
Matematika
28
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CTL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA  TENTANG JARING-JARING KUBUS PADA  PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS V
Matematika
29
METODA KERJA KELOMPOK DAPAT MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA UNTUK MEMAHAMI TENTANG NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA
Pkn


No
Judul PTK
Mata Pelajaran
Link download
1
METODE DISKUSI KELOMPOK, DEMONSTRASI DAN ALAT PERAGA DAPAT MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA TENTANG
SIFAT KOMUTATIF
(MATEMATIKA)
Matematika
2
PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN BERDASARKAN GAMBAR SERI MELALUI METODE DEMONSTRASI
(BAHASA INDONESIA)
Bahasa Indonesia
3
PENGGUNAAN METODE LATIHAN DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA KELAS V SD DALAM MENGISI FORMULIR
Bahasa Indonesia
http://adf.ly/oPQrm
4
PENINGKATAN KETERAMPILAN SISWA KELAS V  MEMBACA PERCAKAPAN MELALUI METODE SOSIODRAMA (BAHASA INDONESIA)
Bahasa Indonesia
5
PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR DAPAT MENINGKATKAN PEMAHAMAN  DAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN ORGAN PERNAFASAN MANUSIA
IPA
6
PENERAPAN TEKNIK LATIHAN DAN DISKUSI UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT (MATEMATIKA)
Matematika
7
PENGGUNAAN METODE DEMONSTRASI DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN PESERTA DIDIK KELAS V SD TENTANG MENULIS PENGGUNAAN SUATU ALAT
Bahasa Indonesia
8
PENERAPAN METODE DISKUSI KELOMPOK KECIL UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN DALAM PEMBELAJARAN PENINGGALAN SEJARAH HINDU DI INDONESIA
IPS
9
PENERAPAN TEKNIK LATIHAN DAN DISKUSI UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT (MATEMATIKA)
Matematika
10
PENGGUNAAN METODE EKSPERIMEN DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN PESERTA DIDIK KELAS V SD TENTANG STRUKTUR ORGAN PERNAFASAN MANUSIA
IPA
11
PENGGUNAAN METODE DISKUSI DAN TANYA JAWAB DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA KELAS V SD TENTANG ORGANISASI PEMERINTAHAN PUSAT
Pkn
12
PENERAPAN METODE LATIHAN DAN DISKUSI UNTUK
MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP PERKEMBANGAN WILAYAH INDONESIA (IPS)
IPS
13
MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA TENTANG OPERASI PECAHAN DESIMAL PADA  MATA PELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENERAPKAN METODE LATIHAN
DI KELAS V SD
Matematika
14
METODE DISKUSI KELOMPOK, DEMONSTRASI DAN ALAT PERAGA DAPAT MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA TENTANG SIFAT KOMUTATIF DI KELAS V  SD
Bahasa Indonesia
15
PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN PROYEKTOR UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA TERHADAP  CARA-CARA PENANGGULANGAN BENCANA ALAM DI KELAS V SD
IPS
16
Penggunaan Pendekatan Kontekstual Dalam Upaya Meningkatkan Proses dan Hasil Belajar  Matematika Pada soal Cerita dengan model role playing kelas V
Matematika
17
PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN BERDASARKAN GAMBAR SERI MELALUI METODE DEMONSTRASI
(BAHASA INDONESIA)
Bahasa Indonesia
18
PENGGUNAAN METODE DISKUSI DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA KELAS V SD  UNTUK MEMAHAMI MENGURUTKAN BILANGAN
Matematika
19
EFEKTIVITAS METODE DEMONSTRASI  DALAM  MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA TENTANG MATERI MENULIS PENGGUNAAN SUATU ALAT
 (BAHASA INDONESIA)
Bahasa Indonesia
20
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CTL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA  TENTANG JARING-JARING KUBUS PADA  PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS V
Matematika
21
PENGGUNAAN METODE PERMAINAN DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA KELAS V SD TENTANG KEDUDUKAN DAN PERANAN ANGGOTA KELUARGA
IPS
22
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA TENTANG KPK DAN FPB DI KELAS V SEKOLAH DASAR
Matematika
23

PENGGUNAAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA PADA TOPIK GAYA MAGNET DALAM PEMBELAJARAN IPA KELAS V SD
IPA
24
UPAYA MENINGKATKAN INTERAKSI BELAJAR SISWA DENGAN MENERAPKAN METODE DEMONTRASI PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS V
Bahasa Indonesia
25
PENGGUNAAN METODE EKSPERIMEN DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA KELAS V SD TENTANG BAGIAN-BAGIAN LIDAH DAN FUNGSINYA
IPA
26
PENGGUNAAN MEDIA PETA DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA KELAS V SD  DALAM MEMBACA PETA LINGKUNGAN SETEMPAT
IPS
27
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA
TENTANG OPERASI HITUNG BILANGAN PECAHAN
MELALUI PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME
Matematika
28
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CTL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA  TENTANG JARING-JARING KUBUS PADA  PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS V
Matematika
29
METODA KERJA KELOMPOK DAPAT MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA UNTUK MEMAHAMI TENTANG NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA
Pkn

Penelitian Tindakan Kelas Sekolah Dasar Kelas 2



No
Judul PTK
Mata pelajaran
Link Download
1
PENGGUNAAN JARI TANGAN SEBAGAI MEDIA DALAM PENGERJAAN HITUNG PERKALIAN BILANGAN SATUAN DENGAN SATUAN MELALUI PENDEKATAN JARIMATIKA
Matematika
2
Penggunaan Media Kartu Bilangan Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Tentang Nilai Tempat Dalam Pelajaran Matematika
Matematika
3
Penggunaan Kebun Sekolah Sebagai Media Langsung Untuk Meningkatkan Belajar Siswa Dalam Pelajaran Ipa Tentang Pertumbuhan Tumbuhan Di Kelas Ii Sdn I Saguling
IPA

PTK
http://adf.ly/oJj6J
4
Penggunaan Metode Demonstrasi Untuk Meningkatkan Motivasi Siswa Tentang Gotong Royong
PKn
bab 4 http://adf.ly/oJkbD


No
Judul PTK
Mata pelajaran
Link Download
1
PENGGUNAAN JARI TANGAN SEBAGAI MEDIA DALAM PENGERJAAN HITUNG PERKALIAN BILANGAN SATUAN DENGAN SATUAN MELALUI PENDEKATAN JARIMATIKA
Matematika
2
Penggunaan Media Kartu Bilangan Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Tentang Nilai Tempat Dalam Pelajaran Matematika
Matematika
3
Penggunaan Kebun Sekolah Sebagai Media Langsung Untuk Meningkatkan Belajar Siswa Dalam Pelajaran Ipa Tentang Pertumbuhan Tumbuhan Di Kelas Ii Sdn I Saguling
IPA

PTK
http://adf.ly/oJj6J
4
Penggunaan Metode Demonstrasi Untuk Meningkatkan Motivasi Siswa Tentang Gotong Royong
PKn
bab 4 http://adf.ly/oJkbD

Penelitian Tindakan Kelas Sekolah Dasar Kelas 3



No
Judul PTK
Mata Pelajaran
LinkDownload
1
PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN PESERTA DIDIK KELAS III SD  TENTANG MENULIS PUISI
Bahasa Indonesia

http://adf.ly/oJnAJ
2
PENGGUNAAN METODE BERVARIASI DAN MEDIA NYATA DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN PESERTA DIDIK KELAS III SD  TENTANG PENGGOLONGAN TUMBUHAN BERDASARKAN BENTUK DAUN
IPA
http://adf.ly/oJxpj
3
UPAYA PENINGKATKAN PEMAHAMAN PENYUSUNAN PARAGRAF MELALUI MEDIA GAMBAR (BAHASA INDONESIA) DI KELAS III SD
Bahasa Indonesia
http://adf.ly/oJyYr
4
UPAYA MENINGKATKAN PENGUASAAN SISWA TERHADAP MATERI JENIS PEKERJAAN YANG MENGHASILKAN BARANG DAN JASA DENGAN MENGGUNAKAN METODE OBSERVASI
(ILMU PENGETAHUAN SOSIAL)
IPS
5
IMPLEMENTASI METODE DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA KELAS III SDN CINTAASIH II TENTANG PECAHAN SEDERHANA
 (MATEMATIKA)
Matematika
http://adf.ly/oK2ff
6
Penggunaan Media Buku Fiksi untuk Meningkatkan  Minat Baca Anak dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia  Kelas III SD
Bahasa Indonesia
http://adf.ly/oK3kO
7
MENINGKATKAN PERMAHAMAN SISWA TENTANG
PERKALIAN DALAM PEMBELAJARAN
MATEMATIKA
MELAUI PENGGUNAAN MEDIA MANIK- MANIK
Matematika
http://adf.ly/oK7sf
8
Meningkatkan Pemahaman Siswa Tentang Penjumlahan Bersusun Tehnik Menyimpan Dan Pengurangan Bersusun Tehnik Meminjam Melalui Permainan Interaktip
Matematika
http://adf.ly/oKBc6
9
MENINGKATKAN PEMAHANAN SISWA TENTANG PECAHAN
MELALUI PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK
Matematika
http://adf.ly/oKDBB
10
. UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA
TENTANG PENJUMLAHAN BILANGAN PECAHAN
MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL
Matematika
http://adf.ly/oKFnV
11
MENINGKATKAN KEMAMPUAN BELAJAR SISWA
PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA
DENGAN MODEL RME
(REALISTIK MATHEMATIC EDUCATION)
Matematika
http://adf.ly/oKHRH


No
Judul PTK
Mata Pelajaran
LinkDownload
1
PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN PESERTA DIDIK KELAS III SD  TENTANG MENULIS PUISI
Bahasa Indonesia

http://adf.ly/oJnAJ
2
PENGGUNAAN METODE BERVARIASI DAN MEDIA NYATA DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN PESERTA DIDIK KELAS III SD  TENTANG PENGGOLONGAN TUMBUHAN BERDASARKAN BENTUK DAUN
IPA
http://adf.ly/oJxpj
3
UPAYA PENINGKATKAN PEMAHAMAN PENYUSUNAN PARAGRAF MELALUI MEDIA GAMBAR (BAHASA INDONESIA) DI KELAS III SD
Bahasa Indonesia
http://adf.ly/oJyYr
4
UPAYA MENINGKATKAN PENGUASAAN SISWA TERHADAP MATERI JENIS PEKERJAAN YANG MENGHASILKAN BARANG DAN JASA DENGAN MENGGUNAKAN METODE OBSERVASI
(ILMU PENGETAHUAN SOSIAL)
IPS
5
IMPLEMENTASI METODE DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA KELAS III SDN CINTAASIH II TENTANG PECAHAN SEDERHANA
 (MATEMATIKA)
Matematika
http://adf.ly/oK2ff
6
Penggunaan Media Buku Fiksi untuk Meningkatkan  Minat Baca Anak dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia  Kelas III SD
Bahasa Indonesia
http://adf.ly/oK3kO
7
MENINGKATKAN PERMAHAMAN SISWA TENTANG
PERKALIAN DALAM PEMBELAJARAN
MATEMATIKA
MELAUI PENGGUNAAN MEDIA MANIK- MANIK
Matematika
http://adf.ly/oK7sf
8
Meningkatkan Pemahaman Siswa Tentang Penjumlahan Bersusun Tehnik Menyimpan Dan Pengurangan Bersusun Tehnik Meminjam Melalui Permainan Interaktip
Matematika
http://adf.ly/oKBc6
9
MENINGKATKAN PEMAHANAN SISWA TENTANG PECAHAN
MELALUI PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK
Matematika
http://adf.ly/oKDBB
10
. UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA
TENTANG PENJUMLAHAN BILANGAN PECAHAN
MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL
Matematika
http://adf.ly/oKFnV
11
MENINGKATKAN KEMAMPUAN BELAJAR SISWA
PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA
DENGAN MODEL RME
(REALISTIK MATHEMATIC EDUCATION)
Matematika
http://adf.ly/oKHRH

Penelitian Tindakan Kelas Sekolah Dasar Kelas I

Mata Pelajaran Matematika

No
Judul PTK
Mata Pelajaran
Link download
1
Upaya Meningkatkan Kemampuan Siswa Memahami Konsep Penjumlahan Dan Pengurangan Dengan Menggunakan Media Nilai Mata Uang Melalui Pendekatan Realistik Pada Pembelajaran Tematik Di Kelas I SDN
Matematika
PTK
2
UPAYA MENINGKATAN MOTIVASI HASIL BELAJAR SISWA TENTANG PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN ALAT PERAGA MEDIA GAMBAR DI KELAS 1
Matematika
3
Upaya Meningkatkan Kemampuan Siswa Memahami Kansep Penjumlahan Dan Pengurangan Dengan Menggunakan Media Nilai Mata Uang
Matematika
4
UPAYA MENINGKATKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA TENTANG PENGURANGAN BILANGAN BULAT MELALUI PENGGUNAAN MEDIA KARTU BILANGAN
Matematika

Mata Pelajaran Matematika

No
Judul PTK
Mata Pelajaran
Link download
1
Upaya Meningkatkan Kemampuan Siswa Memahami Konsep Penjumlahan Dan Pengurangan Dengan Menggunakan Media Nilai Mata Uang Melalui Pendekatan Realistik Pada Pembelajaran Tematik Di Kelas I SDN
Matematika
PTK
2
UPAYA MENINGKATAN MOTIVASI HASIL BELAJAR SISWA TENTANG PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN ALAT PERAGA MEDIA GAMBAR DI KELAS 1
Matematika
3
Upaya Meningkatkan Kemampuan Siswa Memahami Kansep Penjumlahan Dan Pengurangan Dengan Menggunakan Media Nilai Mata Uang
Matematika
4
UPAYA MENINGKATKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA TENTANG PENGURANGAN BILANGAN BULAT MELALUI PENGGUNAAN MEDIA KARTU BILANGAN
Matematika

Jumat, 07 September 2007

Pelajaran Bahasa Asing di Sekolah

BANYAK orang bertanya-tanya, mengapa lulusan SMA sekarang tak mampu berkomunikasi dalam bahasa Inggris. Padahal, bahasa asing yang merupakan bahasa dunia itu sudah diajarkan sejak SMP. Artinya, selama enam tahun, bahasa Inggris sudah diajarkan di sekolah. Bahkan, saat ini banyak anak sudah menerima pelajaran bahasa Inggris sejak SD. Adakah yang keliru dalam proses pembelajaran?

KEADAAN ini jelas berbeda dengan apa yang dialami kebanyakan orangtua kita, terutama yang sempat mengenyam pendidikan di zaman Belanda. Di zaman Belanda, lulus AMS (Algemene Middelbare School-setingkat SMA) untuk kelompok non-eksakta, bisa dipastikan akan fasih berbahasa asing. Bahasa asing yang dikuasai pun tidak hanya Belanda yang digunakan untuk proses belajar-mengajar setiap hari, tetapi juga mampu dan fasih berbahasa Jerman, Perancis, dan tak jarang ada bahasa asing lain.

Keadaan ini amat jauh berbeda dengan kemampuan lulusan SMA sekarang. Banyak anak mengeluhkan ujian listening Bahasa Inggris dalam Ujian Akhir Nasional (UAN) kali ini.

"Materinya sendiri sebenarnya tidak begitu sulit. Hanya karena banyak anak tidak terbiasa dengan mendengarkan, mereka gelagapan, tidak bisa memahami apa yang dikemukakan. Belum lagi kalau sekolah tidak menyediakan peralatan memadai, bisa dipastikan anak- anak akan kesulitan," ujar Rudi, guru Bahasa Inggris di sebuah SMA swasta di bilangan Matraman, Jakarta Timur.

Sedikit mengungkap apa yang terjadi saat ujian listening Bahasa Inggris dalam UAN lalu, dikisahkan, ada sekolah yang terpaksa menghentikan pemutaran kaset karena terganggu derum knalpot bajaj yang sedang lewat. Belum lagi tape recorder yang digunakan pun tidak mampu menghasilkan suara dengan kualitas bagus.

Belum terbiasanya anak- anak mendengarkan percakapan bahasa asing, tidak siap/mampunya guru memberikan contoh percakapan yang bagus, dan minimnya fasilitas yang tersedia, untuk saat ini dianggap menjadi penghambat anak-anak menguasai bahasa asing.

"MENURUT pengamatan saya, bahasa Inggris yang dilakukan di Indonesia ini mau meniru dan mencoba sistem yang berlaku di luar negeri. Tentu saja keliru karena bahasa ibu yang kita gunakan sehari-hari adalah bahasa Indonesia. Sedangkan apa yang akan dilakukan oleh Departemen Pendidikan Nasional itu mengandaikan bahasa ibu yang digunakan siswa adalah bahasa Inggris, seperti cara Amerika Serikat atau Australia. Sejak kecil anak-anak di sana sudah hidup dalam lingkungan yang menggunakan bahasa Inggris. Dengan demikian, metode yang digunakannya pun tak banyak mengalami masalah," ujar guru lainnya.

Diakui, banyak sekolah kini sudah dilengkapi dengan berbagai fasilitas yang bagus dan canggih. Banyak sekolah kini sudah memiliki laboratorium bahasa. Akan tetapi, kenyataannya, banyak laboratorium bahasa itu tidak digunakan. Alasan utama, guru tidak tahu bagaimana mengucapkan bahasa Inggris secara benar. Akibatnya, peralatan yang canggih, bagus, dan berharga mahal itu mubazir, terlihat rapi tetapi belum pernah digunakan.

"Para siswa pun pada akhirnya tidak pernah mendapat telaah pembicaraan dan listening secara benar," lanjut Rudi.

Persoalannya, secanggih apa pun peralatan yang dimiliki sekolah, apabila guru yang seharusnya mengajar tidak memiliki kemampuan berbahasa Inggris secara benar, bicara pun tidak fasih, bagaimana mungkin bisa mengajarkan bahasa Inggris secara benar.

Memang, mengajar bahasa Inggris tidak perlu harus menggunakan penutur asli (native speaker). Sebab, penutur asli belum tentu memahami apa yang menjadi kesulitan para siswa Indonesia saat belajar bahasa asing. Apalagi belajar bahasa adalah kegiatan yang bersifat individual dan perlu pemahaman lebih mendalam, tidak sekadar kognitif. Maka, apabila kelancaran berbahasa asing dijadikan keutamaan dengan mengundang native speaker (yang kadang hanya turis), dikhawatirkan justru akan melahirkan gejala baru, mengentalnya kesalahan (bila ada) yang pada saatnya akan sulit diperbaiki.

MESKI demikian, sejumlah pengamat melihat adanya "ketidakberesan" dalam proses belajar-mengajar bahasa asing, terutama bahasa Inggris, di sekolah. Alasan utamanya, seperti gugatan awal, lulusan SMA tak mampu berkomunikasi dalam bahasa Inggris.

Padahal, sebagai bahasa asing yang mendunia, bahasa Inggris akan tetap diperlukan, baik untuk bisa membaca teks berbahasa Inggris di perguruan tinggi maupun sebagai salah satu faktor "plus" dalam mencari pekerjaan. Tengok saja, betapa banyak iklan lowongan pekerjaan yang mensyaratkan menguasai bahasa Inggris aktif maupun pasif bagi para pelamar.

Diakui, untuk memenuhi kebutuhan itu, kurikulum yang berlaku di sekolah sudah banyak mengalami perubahan. Berbagai pendekatan pun sudah banyak dilakukan. Hasilnya, tetap sama saja. (Baca juga Pengajaran Bahasa Asing, Antara Sekolah dan Kursus)

"Kurikulum 1984 itu sebenarnya bagus. Sebab, di sana anak-anak dilatih untuk memahami dasar atau gramatika secara benar. Seandainya kurikulum itu diberlakukan sekarang, terutama di sekolah-sekolah yang memiliki fasilitas laboratorium bahasa lengkap, dan guru-guru yang mengajar memiliki kompetensi, bisa dipastikan hasilnya pasti akan bagus," ungkap Rudi.

Kurikulum 1984 berkeinginan membangun siswa untuk mampu berkomunikasi dalam bahasa Inggris. Dengan kurikulum itu, hasil yang ingin dicapai ialah, para siswa mampu menguasai bahasa Inggris secara aktif. Namun, lagi-lagi kendala besar masih menghadang. Banyak guru Bahasa Inggris sebenarnya kurang mampu mengajarkan bahasa Inggris dan buku pelajaran yang digunakan masih mementingkan struktur bahasa alias gramatika.

"Bagaimana bisa mengajarkan bahasa Inggris dengan baik kalau guru sendiri tidak mampu berbicara dalam bahasa Inggris dengan lancar, dan tidak paham akan apa yang diajarkan. Kalau situasinya seperti ini, bagaimana mereka bisa mengajak para siswa berkomunikasi dalam bahasa Inggris?" ujar pengamat yang lain.

Ketidakmampuan sekolah mengajarkan bahasa asing, terutama bahasa Inggris, mendorong munculnya kursus-kursus bahasa. Para pengelola kursus menyadari betul kebutuhan masyarakat akan bahasa Inggris, baik untuk keperluan sekolah maupun untuk mencari pekerjaan. Maka, tak mengherankan bila lembaga-lembaga kursus bahasa tumbuh menjamur. Tak terbilang berapa jumlah kursus bahasa Inggris yang terserak di seluruh Indonesia ini. Bahkan, bagi masyarakat Jakarta yang suka mendengarkan radio, akhir-akhir ini muncul iklan yang menawarkan kursus bahasa Inggris dalam waktu tiga minggu. Meski dalam waktu tiga minggu, kata iklan itu, peserta kursus dijamin pasti bisa berbahasa Inggris.

Para pengelola kursus tahu betul apa yang diperlukan masyarakat. Ketika sekolah dalam kenyataannya masih berkutat pada masalah gramatika dan berbagai aturan berbahasa, kursus bahasa menawarkan keterampilan berbicara.

Meskipun demikian, sejumlah pusat kebudayaan yang juga hadir dengan kursus-kursus bahasanya benar-benar jauh dari tujuan komersial. Goethe Institut di Jakarta, misalnya, tidak sepenuhnya berjalan berdasarkan uang pendaftaran peserta kursus. Lembaga itu masih disubsidi oleh Goethe Institut pusat di Jerman. Hal yang sama terjadi pada Pusat Kebudayaan Perancis (CCF) atau Erasmus Huis.

"Yang kami lakukan di sini adalah menyiapkan anak-anak muda Indonesia yang ingin belajar bahasa Jerman dengan baik. Kebanyakan dari mereka umumnya mau melanjutkan studi ke Jerman. Selain itu, kami juga memberikan kesempatan kepada anggota masyarakat Indonesia lainnya yang ingin mempelajari bahasa Jerman. Maka, usia pun tidak pernah dibatasi," ujar Maria Fischer dari Goethe Institut.

Metode yang dilakukan di sejumlah kursus bahasa asing yang menginduk pada pusat-pusat kebudayaan perwakilan negara sahabat umumnya lebih menekankan practical skill atau skill oriented, bukan pemahaman secara mendalam mengenai gramatika. Maka, kepada para peserta kursus umumnya didorong untuk mampu berbicara, mampu mengungkapkan pendapat dan pikirannya. Kalaupun ada gramatika yang keliru, akan dibetulkan "sambil jalan".

Itu sebabnya bobot penilaian saat ujian pun amat berbeda dengan yang terjadi di sekolah. Kemampuan membaca, mendengarkan, menulis, dan berbicara mendapat bobot paling tinggi, sementara gramatika "dianggap" sebagai penunjang.

Agaknya, pendekatan yang berbeda ini mampu melahirkan pembelajar bahasa yang fasih berbahasa asing. (tonny d widiastono)

BANYAK orang bertanya-tanya, mengapa lulusan SMA sekarang tak mampu berkomunikasi dalam bahasa Inggris. Padahal, bahasa asing yang merupakan bahasa dunia itu sudah diajarkan sejak SMP. Artinya, selama enam tahun, bahasa Inggris sudah diajarkan di sekolah. Bahkan, saat ini banyak anak sudah menerima pelajaran bahasa Inggris sejak SD. Adakah yang keliru dalam proses pembelajaran?

KEADAAN ini jelas berbeda dengan apa yang dialami kebanyakan orangtua kita, terutama yang sempat mengenyam pendidikan di zaman Belanda. Di zaman Belanda, lulus AMS (Algemene Middelbare School-setingkat SMA) untuk kelompok non-eksakta, bisa dipastikan akan fasih berbahasa asing. Bahasa asing yang dikuasai pun tidak hanya Belanda yang digunakan untuk proses belajar-mengajar setiap hari, tetapi juga mampu dan fasih berbahasa Jerman, Perancis, dan tak jarang ada bahasa asing lain.

Keadaan ini amat jauh berbeda dengan kemampuan lulusan SMA sekarang. Banyak anak mengeluhkan ujian listening Bahasa Inggris dalam Ujian Akhir Nasional (UAN) kali ini.

"Materinya sendiri sebenarnya tidak begitu sulit. Hanya karena banyak anak tidak terbiasa dengan mendengarkan, mereka gelagapan, tidak bisa memahami apa yang dikemukakan. Belum lagi kalau sekolah tidak menyediakan peralatan memadai, bisa dipastikan anak- anak akan kesulitan," ujar Rudi, guru Bahasa Inggris di sebuah SMA swasta di bilangan Matraman, Jakarta Timur.

Sedikit mengungkap apa yang terjadi saat ujian listening Bahasa Inggris dalam UAN lalu, dikisahkan, ada sekolah yang terpaksa menghentikan pemutaran kaset karena terganggu derum knalpot bajaj yang sedang lewat. Belum lagi tape recorder yang digunakan pun tidak mampu menghasilkan suara dengan kualitas bagus.

Belum terbiasanya anak- anak mendengarkan percakapan bahasa asing, tidak siap/mampunya guru memberikan contoh percakapan yang bagus, dan minimnya fasilitas yang tersedia, untuk saat ini dianggap menjadi penghambat anak-anak menguasai bahasa asing.

"MENURUT pengamatan saya, bahasa Inggris yang dilakukan di Indonesia ini mau meniru dan mencoba sistem yang berlaku di luar negeri. Tentu saja keliru karena bahasa ibu yang kita gunakan sehari-hari adalah bahasa Indonesia. Sedangkan apa yang akan dilakukan oleh Departemen Pendidikan Nasional itu mengandaikan bahasa ibu yang digunakan siswa adalah bahasa Inggris, seperti cara Amerika Serikat atau Australia. Sejak kecil anak-anak di sana sudah hidup dalam lingkungan yang menggunakan bahasa Inggris. Dengan demikian, metode yang digunakannya pun tak banyak mengalami masalah," ujar guru lainnya.

Diakui, banyak sekolah kini sudah dilengkapi dengan berbagai fasilitas yang bagus dan canggih. Banyak sekolah kini sudah memiliki laboratorium bahasa. Akan tetapi, kenyataannya, banyak laboratorium bahasa itu tidak digunakan. Alasan utama, guru tidak tahu bagaimana mengucapkan bahasa Inggris secara benar. Akibatnya, peralatan yang canggih, bagus, dan berharga mahal itu mubazir, terlihat rapi tetapi belum pernah digunakan.

"Para siswa pun pada akhirnya tidak pernah mendapat telaah pembicaraan dan listening secara benar," lanjut Rudi.

Persoalannya, secanggih apa pun peralatan yang dimiliki sekolah, apabila guru yang seharusnya mengajar tidak memiliki kemampuan berbahasa Inggris secara benar, bicara pun tidak fasih, bagaimana mungkin bisa mengajarkan bahasa Inggris secara benar.

Memang, mengajar bahasa Inggris tidak perlu harus menggunakan penutur asli (native speaker). Sebab, penutur asli belum tentu memahami apa yang menjadi kesulitan para siswa Indonesia saat belajar bahasa asing. Apalagi belajar bahasa adalah kegiatan yang bersifat individual dan perlu pemahaman lebih mendalam, tidak sekadar kognitif. Maka, apabila kelancaran berbahasa asing dijadikan keutamaan dengan mengundang native speaker (yang kadang hanya turis), dikhawatirkan justru akan melahirkan gejala baru, mengentalnya kesalahan (bila ada) yang pada saatnya akan sulit diperbaiki.

MESKI demikian, sejumlah pengamat melihat adanya "ketidakberesan" dalam proses belajar-mengajar bahasa asing, terutama bahasa Inggris, di sekolah. Alasan utamanya, seperti gugatan awal, lulusan SMA tak mampu berkomunikasi dalam bahasa Inggris.

Padahal, sebagai bahasa asing yang mendunia, bahasa Inggris akan tetap diperlukan, baik untuk bisa membaca teks berbahasa Inggris di perguruan tinggi maupun sebagai salah satu faktor "plus" dalam mencari pekerjaan. Tengok saja, betapa banyak iklan lowongan pekerjaan yang mensyaratkan menguasai bahasa Inggris aktif maupun pasif bagi para pelamar.

Diakui, untuk memenuhi kebutuhan itu, kurikulum yang berlaku di sekolah sudah banyak mengalami perubahan. Berbagai pendekatan pun sudah banyak dilakukan. Hasilnya, tetap sama saja. (Baca juga Pengajaran Bahasa Asing, Antara Sekolah dan Kursus)

"Kurikulum 1984 itu sebenarnya bagus. Sebab, di sana anak-anak dilatih untuk memahami dasar atau gramatika secara benar. Seandainya kurikulum itu diberlakukan sekarang, terutama di sekolah-sekolah yang memiliki fasilitas laboratorium bahasa lengkap, dan guru-guru yang mengajar memiliki kompetensi, bisa dipastikan hasilnya pasti akan bagus," ungkap Rudi.

Kurikulum 1984 berkeinginan membangun siswa untuk mampu berkomunikasi dalam bahasa Inggris. Dengan kurikulum itu, hasil yang ingin dicapai ialah, para siswa mampu menguasai bahasa Inggris secara aktif. Namun, lagi-lagi kendala besar masih menghadang. Banyak guru Bahasa Inggris sebenarnya kurang mampu mengajarkan bahasa Inggris dan buku pelajaran yang digunakan masih mementingkan struktur bahasa alias gramatika.

"Bagaimana bisa mengajarkan bahasa Inggris dengan baik kalau guru sendiri tidak mampu berbicara dalam bahasa Inggris dengan lancar, dan tidak paham akan apa yang diajarkan. Kalau situasinya seperti ini, bagaimana mereka bisa mengajak para siswa berkomunikasi dalam bahasa Inggris?" ujar pengamat yang lain.

Ketidakmampuan sekolah mengajarkan bahasa asing, terutama bahasa Inggris, mendorong munculnya kursus-kursus bahasa. Para pengelola kursus menyadari betul kebutuhan masyarakat akan bahasa Inggris, baik untuk keperluan sekolah maupun untuk mencari pekerjaan. Maka, tak mengherankan bila lembaga-lembaga kursus bahasa tumbuh menjamur. Tak terbilang berapa jumlah kursus bahasa Inggris yang terserak di seluruh Indonesia ini. Bahkan, bagi masyarakat Jakarta yang suka mendengarkan radio, akhir-akhir ini muncul iklan yang menawarkan kursus bahasa Inggris dalam waktu tiga minggu. Meski dalam waktu tiga minggu, kata iklan itu, peserta kursus dijamin pasti bisa berbahasa Inggris.

Para pengelola kursus tahu betul apa yang diperlukan masyarakat. Ketika sekolah dalam kenyataannya masih berkutat pada masalah gramatika dan berbagai aturan berbahasa, kursus bahasa menawarkan keterampilan berbicara.

Meskipun demikian, sejumlah pusat kebudayaan yang juga hadir dengan kursus-kursus bahasanya benar-benar jauh dari tujuan komersial. Goethe Institut di Jakarta, misalnya, tidak sepenuhnya berjalan berdasarkan uang pendaftaran peserta kursus. Lembaga itu masih disubsidi oleh Goethe Institut pusat di Jerman. Hal yang sama terjadi pada Pusat Kebudayaan Perancis (CCF) atau Erasmus Huis.

"Yang kami lakukan di sini adalah menyiapkan anak-anak muda Indonesia yang ingin belajar bahasa Jerman dengan baik. Kebanyakan dari mereka umumnya mau melanjutkan studi ke Jerman. Selain itu, kami juga memberikan kesempatan kepada anggota masyarakat Indonesia lainnya yang ingin mempelajari bahasa Jerman. Maka, usia pun tidak pernah dibatasi," ujar Maria Fischer dari Goethe Institut.

Metode yang dilakukan di sejumlah kursus bahasa asing yang menginduk pada pusat-pusat kebudayaan perwakilan negara sahabat umumnya lebih menekankan practical skill atau skill oriented, bukan pemahaman secara mendalam mengenai gramatika. Maka, kepada para peserta kursus umumnya didorong untuk mampu berbicara, mampu mengungkapkan pendapat dan pikirannya. Kalaupun ada gramatika yang keliru, akan dibetulkan "sambil jalan".

Itu sebabnya bobot penilaian saat ujian pun amat berbeda dengan yang terjadi di sekolah. Kemampuan membaca, mendengarkan, menulis, dan berbicara mendapat bobot paling tinggi, sementara gramatika "dianggap" sebagai penunjang.

Agaknya, pendekatan yang berbeda ini mampu melahirkan pembelajar bahasa yang fasih berbahasa asing. (tonny d widiastono)