Sabtu, 25 Februari 2017

Koreksi Miskonsepsi, Ajarkan Konsep Dasar secara Mudah dan Benar

Ahmad Sukaryo (kedua kanan) dan rekan sekelompok tentukan garis tinggi segitiga pada sejumlah segitiga dengan beragam versi segitiga. Kelompok juga lakukan analisis kesulitan siswa dalam operasi Matematika. (USAID Prioritas)

Ahmad Sukaryo (kedua kanan) dan rekan sekelompok tentukan garis tinggi segitiga pada sejumlah segitiga dengan beragam versi segitiga. Kelompok juga lakukan analisis kesulitan siswa dalam operasi Matematika. (USAID Prioritas)

BANDUNG – Selama ini, ‘garis tinggi’ segitiga selalu digambarkan tegak. Garis tinggi didefinisikan sebagai garis yang ditarik dari titik sudut secara tegak lurus terhadap alas, dan alas selalu dianggap berada di bagian bawah segitiga dan horizontal. Akibatnya, siswa mengalami kesalahan dalam menentukan garis tinggi segitiga yang miring. Padahal, alas itu lebih tepat digambarkan sebagai ‘sisi’ di hadapan titik sudut tersebut atau perpanjangan sisi tersebut dalam hal segitiga tumpul. Maka, garis tinggi segitiga tepatnya didefinisikan sebagai garis yang ditarik dari titik sudut tegak lurus terhadap sisi di hadapannya atau terhadap perpanjangan sisi tersebut.

Demikianlah terungkap pada hari pertama pelatihan untuk pelatih (TOT) modul 4 USAID PRIORITAS tingkat provinsi Jawa Barat yang dipusatkan di Karawang, Selasa (21/2). Pelatihan diikuti oleh lima puluh orang fasilitator daerah mewakili dua belas daerah mitra USAID PRIORITAS di Jawa Barat. Pelatihan yang difasilitasi oleh fasilitator nasional dari UPI dan UIN Bandung ini diikuti oleh guru mata pelajaran IPA, Matematika, Bahasa Indonesia, dan Literasi sekolah dasar.

Gambar ini adalah hasil kerja siswa setelah diminta guru untuk menggambarkan/menunjukkan garis tinggi berbagai segitiga tersebut. Tampak bahwa siswa dapat menggambarkan garis tinggi pada segitiga b). Tetapi untuk segitiga lainnya, ia menunjukkan garis tinggi sebagai sisi segitiga yang tampak ‘agak tegak/vertikal’: sisi yang ia beri tanda t; dan hal tersebut salah.

Gambar ini adalah hasil kerja siswa setelah diminta guru untuk menggambarkan/menunjukkan garis tinggi berbagai segitiga tersebut. Tampak bahwa siswa dapat menggambarkan garis tinggi pada segitiga b). Tetapi untuk segitiga lainnya, ia menunjukkan garis tinggi sebagai sisi segitiga yang tampak ‘agak tegak/vertikal’: sisi yang ia beri tanda t; dan hal tersebut salah.

“Bayangkan, miskonsepsi (salah memahami konsep) tentang garis tinggi segitiga semacam itu sudah berlangsung puluhan tahun dan ribuan anak selama ini mengalami kesulitan menentukan garis tinggi segitiga yang miring atau segitiga tumpul,” ujar Ujang Sukandi, spesialis pelatihan guru USAID PRIORITAS. Masih menurut Ujang, penambahan kata ‘perpanjangan sisi’ pada pengertian garis tinggi segitiga sangat perlu agar anak tidak bingung saat menentukan garis tinggi sebuah segitiga tumpul.

“Modul 4 berfokus pada isi materi ajar di SD/MI dan SMP/MTs guna memantapkan dan memperkaya pemahaman konsep para guru sehingga mampu mengembangkan bahan ajar dan memudahkan para siswa memahami konsep-konsep” tutur Erna Irnawati, koordinator USAID PRIORITAS Jawa Barat. Lebih jauh Erna mengatakan, modul 4 juga dimaksudkan untuk mengatasi kesulitan-kesulitan siswa yang diakibatkan oleh miskonsepsi dalam praktik pembelajaran seperti contoh kasus di atas. “Kita berharap, guru sekolah dasar dapat menanamkan kepada anak konsep-konsep ilmiah dasar secara mudah dan benar,” pungkas Erna.

Wah, kalau begitu, kita harus mereformulasi pengertian garis tinggi segitiga dan cara mengajarkannya,” tukas Ahmad Sukaryo, kepala SDN 1 Lung Benda Kab Cirebon, setelah berhasil membuat rumusan sendiri pengertian garis tinggi segitiga bersama rekan sekelompoknya. [DS/USAID Prioritas]



from Siap Belajar http://ift.tt/2kXnl97
via IFTTT

Tidak ada komentar:

Ahmad Sukaryo (kedua kanan) dan rekan sekelompok tentukan garis tinggi segitiga pada sejumlah segitiga dengan beragam versi segitiga. Kelompok juga lakukan analisis kesulitan siswa dalam operasi Matematika. (USAID Prioritas)

Ahmad Sukaryo (kedua kanan) dan rekan sekelompok tentukan garis tinggi segitiga pada sejumlah segitiga dengan beragam versi segitiga. Kelompok juga lakukan analisis kesulitan siswa dalam operasi Matematika. (USAID Prioritas)

BANDUNG – Selama ini, ‘garis tinggi’ segitiga selalu digambarkan tegak. Garis tinggi didefinisikan sebagai garis yang ditarik dari titik sudut secara tegak lurus terhadap alas, dan alas selalu dianggap berada di bagian bawah segitiga dan horizontal. Akibatnya, siswa mengalami kesalahan dalam menentukan garis tinggi segitiga yang miring. Padahal, alas itu lebih tepat digambarkan sebagai ‘sisi’ di hadapan titik sudut tersebut atau perpanjangan sisi tersebut dalam hal segitiga tumpul. Maka, garis tinggi segitiga tepatnya didefinisikan sebagai garis yang ditarik dari titik sudut tegak lurus terhadap sisi di hadapannya atau terhadap perpanjangan sisi tersebut.

Demikianlah terungkap pada hari pertama pelatihan untuk pelatih (TOT) modul 4 USAID PRIORITAS tingkat provinsi Jawa Barat yang dipusatkan di Karawang, Selasa (21/2). Pelatihan diikuti oleh lima puluh orang fasilitator daerah mewakili dua belas daerah mitra USAID PRIORITAS di Jawa Barat. Pelatihan yang difasilitasi oleh fasilitator nasional dari UPI dan UIN Bandung ini diikuti oleh guru mata pelajaran IPA, Matematika, Bahasa Indonesia, dan Literasi sekolah dasar.

Gambar ini adalah hasil kerja siswa setelah diminta guru untuk menggambarkan/menunjukkan garis tinggi berbagai segitiga tersebut. Tampak bahwa siswa dapat menggambarkan garis tinggi pada segitiga b). Tetapi untuk segitiga lainnya, ia menunjukkan garis tinggi sebagai sisi segitiga yang tampak ‘agak tegak/vertikal’: sisi yang ia beri tanda t; dan hal tersebut salah.

Gambar ini adalah hasil kerja siswa setelah diminta guru untuk menggambarkan/menunjukkan garis tinggi berbagai segitiga tersebut. Tampak bahwa siswa dapat menggambarkan garis tinggi pada segitiga b). Tetapi untuk segitiga lainnya, ia menunjukkan garis tinggi sebagai sisi segitiga yang tampak ‘agak tegak/vertikal’: sisi yang ia beri tanda t; dan hal tersebut salah.

“Bayangkan, miskonsepsi (salah memahami konsep) tentang garis tinggi segitiga semacam itu sudah berlangsung puluhan tahun dan ribuan anak selama ini mengalami kesulitan menentukan garis tinggi segitiga yang miring atau segitiga tumpul,” ujar Ujang Sukandi, spesialis pelatihan guru USAID PRIORITAS. Masih menurut Ujang, penambahan kata ‘perpanjangan sisi’ pada pengertian garis tinggi segitiga sangat perlu agar anak tidak bingung saat menentukan garis tinggi sebuah segitiga tumpul.

“Modul 4 berfokus pada isi materi ajar di SD/MI dan SMP/MTs guna memantapkan dan memperkaya pemahaman konsep para guru sehingga mampu mengembangkan bahan ajar dan memudahkan para siswa memahami konsep-konsep” tutur Erna Irnawati, koordinator USAID PRIORITAS Jawa Barat. Lebih jauh Erna mengatakan, modul 4 juga dimaksudkan untuk mengatasi kesulitan-kesulitan siswa yang diakibatkan oleh miskonsepsi dalam praktik pembelajaran seperti contoh kasus di atas. “Kita berharap, guru sekolah dasar dapat menanamkan kepada anak konsep-konsep ilmiah dasar secara mudah dan benar,” pungkas Erna.

Wah, kalau begitu, kita harus mereformulasi pengertian garis tinggi segitiga dan cara mengajarkannya,” tukas Ahmad Sukaryo, kepala SDN 1 Lung Benda Kab Cirebon, setelah berhasil membuat rumusan sendiri pengertian garis tinggi segitiga bersama rekan sekelompoknya. [DS/USAID Prioritas]



from Siap Belajar http://ift.tt/2kXnl97
via IFTTT