Senin, 16 Oktober 2017

Banyak Guru Dinilai Belum Siap Kembangkan Kompetensinya

Buku besar yang digunakan guru sebagai media pembelajaran mempelajari benda yang mudah bergerak dan tidak mudah bergerak.(prioritaspendidikan.org)

Buku besar yang digunakan guru sebagai media pembelajaran mempelajari benda yang mudah bergerak dan tidak mudah bergerak.(prioritaspendidikan.org)

KAMPUS Guru Cikal mendapati kalau banyak guru salah kaprah dalam proses belajar dan belum siap mengembangkan kompetensinya. Pendiri Kampus Guru Cikal, Najelaa Shihab mengatakan, sejak 15 tahun yang lalu, pihaknya mengadakan pelatihan yang fokusnya pelatihan kompetensi namun dengan nama organisasi berbeda yaitu Tut Wuri Handayani.

Setelah 15 tahun pelaksanaan, pihaknya mendapati salah kaprah dalam proses belajar guru. “Kami mendapati misalnya guru yang akan mengikuti pelayihan bertanya langsung memiliki kemampuan apa. Seolah-olah proses belajarnya instan,”ujarnya di konferensi pers di Temu Pendidik Nusantara 2017, di Jakarta, Ahad (15/10).

Tak hanya itu, para pendidik ini juga menanyakan apakah mendapatkan sertifikat setelah pelatihan seolah-olah hanya sertifikat yang utama. Jadi, kata dia, ada salah kaprah proses belajar guru yang di ekosistem pendidikan Indonesia. Setelah pihaknya mempelajari 15 tahun ternyata masih banyak guru yang belum siap mengembangkan kompetensinya.

Dan salah kaprah terjadi bertahun-tahun, kata dia, karena banyak guru di Indonesia tidak punya kemerdekaan belajar. Sejak itu pihaknya mengganti strategi dengan pendirian Kampus Guru Cikal sekitar 4,5 tahun lalu yang mengembangkan guru tidak hanya memiliki kompetensi. “Buat kami tidak lengkap, guru tidak bisa punya kompetensi kalau tidak memiliki kemerdekaan, kolaborasi, dan karir. Empat hal itu kunci pengembangan guru,” katanya.(republika.co.id)



from Siap Belajar http://ift.tt/2yotKxv
via IFTTT

Tidak ada komentar:

Buku besar yang digunakan guru sebagai media pembelajaran mempelajari benda yang mudah bergerak dan tidak mudah bergerak.(prioritaspendidikan.org)

Buku besar yang digunakan guru sebagai media pembelajaran mempelajari benda yang mudah bergerak dan tidak mudah bergerak.(prioritaspendidikan.org)

KAMPUS Guru Cikal mendapati kalau banyak guru salah kaprah dalam proses belajar dan belum siap mengembangkan kompetensinya. Pendiri Kampus Guru Cikal, Najelaa Shihab mengatakan, sejak 15 tahun yang lalu, pihaknya mengadakan pelatihan yang fokusnya pelatihan kompetensi namun dengan nama organisasi berbeda yaitu Tut Wuri Handayani.

Setelah 15 tahun pelaksanaan, pihaknya mendapati salah kaprah dalam proses belajar guru. “Kami mendapati misalnya guru yang akan mengikuti pelayihan bertanya langsung memiliki kemampuan apa. Seolah-olah proses belajarnya instan,”ujarnya di konferensi pers di Temu Pendidik Nusantara 2017, di Jakarta, Ahad (15/10).

Tak hanya itu, para pendidik ini juga menanyakan apakah mendapatkan sertifikat setelah pelatihan seolah-olah hanya sertifikat yang utama. Jadi, kata dia, ada salah kaprah proses belajar guru yang di ekosistem pendidikan Indonesia. Setelah pihaknya mempelajari 15 tahun ternyata masih banyak guru yang belum siap mengembangkan kompetensinya.

Dan salah kaprah terjadi bertahun-tahun, kata dia, karena banyak guru di Indonesia tidak punya kemerdekaan belajar. Sejak itu pihaknya mengganti strategi dengan pendirian Kampus Guru Cikal sekitar 4,5 tahun lalu yang mengembangkan guru tidak hanya memiliki kompetensi. “Buat kami tidak lengkap, guru tidak bisa punya kompetensi kalau tidak memiliki kemerdekaan, kolaborasi, dan karir. Empat hal itu kunci pengembangan guru,” katanya.(republika.co.id)



from Siap Belajar http://ift.tt/2yotKxv
via IFTTT