Jumat, 31 Maret 2017

500 SLB di Indonesia Akan Diperbaiki

Ilustrasi (www.solopos.com)

Ilustrasi (www.solopos.com)

KEMENTERIAN Pendidikan dan Kebudaayan pada tahun ini menyiapkan 1.800 paket bantuan peralatan kegiatan belajar mengajar untuk disalurkan ke sekolah penerima siswa disabilitas. Sebanyak 500 paket bantuan tersebut merupakan proyek rehabilitasi ruang kelas sekolah luar biasa (SLB).

Direktur Pembinaan Khusus Layanan Khusu Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kemendikbud Sri Renani Pantjastuti menyatakan, bantuan tersebut untuk mendukung peningkatan kesempatan akses dan mutu, pembentukan karakter dan kemandirian. Menurut dia, layanan pendidikan kepada para penyandang disabilitas termasuk pengidap down syndrome bukan hanya tanggung jawab pemerintah pusat, tetapi juga harus ada komitmen dari pemerintah daerah.

“Ada peningkatan terhadap intervensi pemerintah untuk layanan pendidikan bagi penyandang disabilitas. Sejak tiga tahun lalu, bantuan operasional sekolah dan bantuan belajar untuk sekolah luat biasa sudah diberikan. Bahkan saat ini anak penyandang disabilitas bisa masuk ke sekolah regular, tidak harus di SLB,” ujar Sri di Kantor Kemendikbud, Jakarta, Jumat, 31 Maret 2017.

Ia mengatakan, pemerintah daerah dapat mengambil peran dalam menyiapkan guru dengan keahlian khusus. Penyediaan sekolah vokasional juga sangat membantu pemerintah pusat dalam melayani siswa berkebutuhan khusus. “Pendidikan khusus kewenangannya ada di provinsi sehingga perlu kerja sama dengan provinsi untuk menangani siswa disabilitas dan down syndrome,” katanya

Ia menjelaskan, pendidikan vokasional sangat penting untuk mendukung kemandirian para siswa penyandang disabilitas, terutama down syndrome. Melalui pendidikan vokasional, para siswa penyandang disabilitas tak akan bergantung sepenuhnya kepada orang lain. “Setidak-tidaknya yang berkaitan dengan kebutuhan dasarnya,” ujarnya.

Selain sinergitas antarpemerintah, peran orang tua juga sangat penting. Orang tua tak perlu malu dan tetap mendukung anaknya untuk mendapatkan pendidikan terbaik. “Orang tua harus proaktif memberikan akses dan kesempatan bagi anak mereka yang menyandang down syndrome, tidak boleh mengurung anak-anaknya di rumah,” ujarnya.

Sementara itu, dalam rangka memperingati Hari Down Syndrome Sedunia, sebanyak 200 siswa penyandang down syndrome mengikuti pelatihan kompetisi olah raga yang diselenggarakan Kemendikbud dan Special Olympics Indonesia. Para siswa tersebut berlatih senam aerobic, fun bola bocce, dan atletik.

Sri menyatakan, kegiatan olah raga pada peringatan Hari Down Syndrome Sedunia tahun ini bertujuan untuk mendukung para siswa penyandang disabilitas agar mampu menunjukkan keberanian, memperlihatkan kemampuan dan keahlian, serta mendukung siswa untuk merasakan kebahagiaan.

“Dengan berolahraga bersama, para penyandang down syndrome dan tuna grahita lainnya mampu menunjukkan keberanian, merasakan kebahagiaan dan memperlihatkan kemampuan, keahlian dan persahabatan dengan keluarga, sesama atlet special olympics, dan juga masyarakat luas,” ujarnya.

Ketua Umum SOIna Faisal Abdullah mengungkapkan, upaya pembinaan olah raga terhadap atlet disabilitas intelektual, termasuk down syndrome, harus didukung semua pihak, baik pemerintah maupun swasta. “Untuk itu, kami berharap kerja sama antara SOIna dengan Direktorat PKLK mewakili pemerintah dapat memiliki banyak program kegiatan bagi atlet-atlet tuna grahita di seluruh Indonesia,” katanya.(pikiran-rakyat.com)



from Siap Belajar http://ift.tt/2nTeW6R
via IFTTT

Tidak ada komentar:

Ilustrasi (www.solopos.com)

Ilustrasi (www.solopos.com)

KEMENTERIAN Pendidikan dan Kebudaayan pada tahun ini menyiapkan 1.800 paket bantuan peralatan kegiatan belajar mengajar untuk disalurkan ke sekolah penerima siswa disabilitas. Sebanyak 500 paket bantuan tersebut merupakan proyek rehabilitasi ruang kelas sekolah luar biasa (SLB).

Direktur Pembinaan Khusus Layanan Khusu Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kemendikbud Sri Renani Pantjastuti menyatakan, bantuan tersebut untuk mendukung peningkatan kesempatan akses dan mutu, pembentukan karakter dan kemandirian. Menurut dia, layanan pendidikan kepada para penyandang disabilitas termasuk pengidap down syndrome bukan hanya tanggung jawab pemerintah pusat, tetapi juga harus ada komitmen dari pemerintah daerah.

“Ada peningkatan terhadap intervensi pemerintah untuk layanan pendidikan bagi penyandang disabilitas. Sejak tiga tahun lalu, bantuan operasional sekolah dan bantuan belajar untuk sekolah luat biasa sudah diberikan. Bahkan saat ini anak penyandang disabilitas bisa masuk ke sekolah regular, tidak harus di SLB,” ujar Sri di Kantor Kemendikbud, Jakarta, Jumat, 31 Maret 2017.

Ia mengatakan, pemerintah daerah dapat mengambil peran dalam menyiapkan guru dengan keahlian khusus. Penyediaan sekolah vokasional juga sangat membantu pemerintah pusat dalam melayani siswa berkebutuhan khusus. “Pendidikan khusus kewenangannya ada di provinsi sehingga perlu kerja sama dengan provinsi untuk menangani siswa disabilitas dan down syndrome,” katanya

Ia menjelaskan, pendidikan vokasional sangat penting untuk mendukung kemandirian para siswa penyandang disabilitas, terutama down syndrome. Melalui pendidikan vokasional, para siswa penyandang disabilitas tak akan bergantung sepenuhnya kepada orang lain. “Setidak-tidaknya yang berkaitan dengan kebutuhan dasarnya,” ujarnya.

Selain sinergitas antarpemerintah, peran orang tua juga sangat penting. Orang tua tak perlu malu dan tetap mendukung anaknya untuk mendapatkan pendidikan terbaik. “Orang tua harus proaktif memberikan akses dan kesempatan bagi anak mereka yang menyandang down syndrome, tidak boleh mengurung anak-anaknya di rumah,” ujarnya.

Sementara itu, dalam rangka memperingati Hari Down Syndrome Sedunia, sebanyak 200 siswa penyandang down syndrome mengikuti pelatihan kompetisi olah raga yang diselenggarakan Kemendikbud dan Special Olympics Indonesia. Para siswa tersebut berlatih senam aerobic, fun bola bocce, dan atletik.

Sri menyatakan, kegiatan olah raga pada peringatan Hari Down Syndrome Sedunia tahun ini bertujuan untuk mendukung para siswa penyandang disabilitas agar mampu menunjukkan keberanian, memperlihatkan kemampuan dan keahlian, serta mendukung siswa untuk merasakan kebahagiaan.

“Dengan berolahraga bersama, para penyandang down syndrome dan tuna grahita lainnya mampu menunjukkan keberanian, merasakan kebahagiaan dan memperlihatkan kemampuan, keahlian dan persahabatan dengan keluarga, sesama atlet special olympics, dan juga masyarakat luas,” ujarnya.

Ketua Umum SOIna Faisal Abdullah mengungkapkan, upaya pembinaan olah raga terhadap atlet disabilitas intelektual, termasuk down syndrome, harus didukung semua pihak, baik pemerintah maupun swasta. “Untuk itu, kami berharap kerja sama antara SOIna dengan Direktorat PKLK mewakili pemerintah dapat memiliki banyak program kegiatan bagi atlet-atlet tuna grahita di seluruh Indonesia,” katanya.(pikiran-rakyat.com)



from Siap Belajar http://ift.tt/2nTeW6R
via IFTTT