Sabtu, 20 Mei 2017

Dosen Ketinggalan Zaman Bila tak Menulis

Ilustrasi

Ilustrasi

SEORANG dosen sebagai bagian dari kaum intelektual bisa dicap ketinggalan zaman bila tak menulis di media massa maupun jurnal internasional. Apalagi tiap dosen diwajibkan menulis di jurnal ilmiah internasional sesuai dengan peraturan Kemenristek Dikti.

“Sekurang-kurangnya dosen yang memiliki jabatan lektor kepala menulis di jurnal nasional terakreditasi atau jurnal internasional,” kata ketua panitia workshop penulisan ilmiah jurnal internasional bereputasi, Meilinda Nurbanasari.

Workshop diadakan Itenas bekerja sama dengan persatuan guru besar Indonesia (Pergubi) Jabar. Workshop tersebut diikuti 50 orang dari dosen dan mahasiswa pascasarjana dari berbagai kota.

“Peserta datang dari Serang, Purwokerto, Yogyakarta, Semarang, Salatiga, Surakarta, Bandung, dan Jakarta. Sedangkan pemateri Ketua Pergubi Jabar Rully Indrawan, guru besar ITB Yanuarsyah Harun, dan guru besar UI Bondan T. Sofyan, serta saya sebagai guru besar Itenas,” ujarnya.

Menulis jurnal internasional bereputasi, kata Meilinda, merupakan syarat utama untuk menjadi guru besar. “Kalau sudah menjadi guru besar minimal menghasilkan publikasi di jurnal internasional sekali dalam setahun,” ujarnya, Sabtu, 20 Mei 2017 di aula Gedung 14 Itenas.

Menurut Meilinda, persyaratan untuk menulis di media internasional tidak akan dianggap beban bila dijalani. “Publikasi merupakan hasil dari penelitian ilmiah yang merujuk kepada artikel terbaru. Kesulitan biasanya dari kemampuan Bahasa Inggris dan akses ke jurnal internasional bereputasi,” ujarnya.(pikiran-rakyat.com)

 



from Siap Belajar http://ift.tt/2q7cdEe
via IFTTT

Tidak ada komentar:

Ilustrasi

Ilustrasi

SEORANG dosen sebagai bagian dari kaum intelektual bisa dicap ketinggalan zaman bila tak menulis di media massa maupun jurnal internasional. Apalagi tiap dosen diwajibkan menulis di jurnal ilmiah internasional sesuai dengan peraturan Kemenristek Dikti.

“Sekurang-kurangnya dosen yang memiliki jabatan lektor kepala menulis di jurnal nasional terakreditasi atau jurnal internasional,” kata ketua panitia workshop penulisan ilmiah jurnal internasional bereputasi, Meilinda Nurbanasari.

Workshop diadakan Itenas bekerja sama dengan persatuan guru besar Indonesia (Pergubi) Jabar. Workshop tersebut diikuti 50 orang dari dosen dan mahasiswa pascasarjana dari berbagai kota.

“Peserta datang dari Serang, Purwokerto, Yogyakarta, Semarang, Salatiga, Surakarta, Bandung, dan Jakarta. Sedangkan pemateri Ketua Pergubi Jabar Rully Indrawan, guru besar ITB Yanuarsyah Harun, dan guru besar UI Bondan T. Sofyan, serta saya sebagai guru besar Itenas,” ujarnya.

Menulis jurnal internasional bereputasi, kata Meilinda, merupakan syarat utama untuk menjadi guru besar. “Kalau sudah menjadi guru besar minimal menghasilkan publikasi di jurnal internasional sekali dalam setahun,” ujarnya, Sabtu, 20 Mei 2017 di aula Gedung 14 Itenas.

Menurut Meilinda, persyaratan untuk menulis di media internasional tidak akan dianggap beban bila dijalani. “Publikasi merupakan hasil dari penelitian ilmiah yang merujuk kepada artikel terbaru. Kesulitan biasanya dari kemampuan Bahasa Inggris dan akses ke jurnal internasional bereputasi,” ujarnya.(pikiran-rakyat.com)

 



from Siap Belajar http://ift.tt/2q7cdEe
via IFTTT