Selasa, 30 Mei 2017

Rp 54 Miliar Dana Disiapkan untuk 50 Dosen

Ilustrasi

Ilustrasi

 

KEMENTERIAN  Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi atau Kemenristekdikti menyiapkan dana sebesar Rp 54 miliar untuk membiayai kuliah dosen. Dana ini untuk 50 dosen yang ingin melanjutkan kuliah di Amerika Serikat. Program tersebut digagas Direktorat Jenderal Sumber Daya Iptek Dikti (SDID) Kemenristekdikti bekerja sama dengan American Indonesia Exchange Foundation (Aminef).

Dirjen SDID Kemenristekdikti Ali Ghufron Mukti menuturkan, kerja sama beasiswa Fulbright-Kemenristekdikti tersebut berlaku hingga 2021. Aminef menjadi salah satu mitra Kemristekdikti dalam memfasilitasi beasiswa studi pascasarjana dosen ke berbagai perguruan tinggi ternama di AS.

“Kami terus berupaya meningkatkan kualitas dan kapasitas dosen di perguruan tinggi Tanah Air. Berbagai kebijakan telah diupayakan, termasuk pemberian beasiswa untuk dosen, baik di dalam negeri maupun luar negeri. Hal ini untuk meningkatkan jumlah dosen yang bergelar doktor. Apalagi mengingat saat ini Indonesia masih kekurangan setidaknya 15.000 doktor,” ujar Ali di Kantor Kemenristekdikti Senayan, Jakarta, Selasa 30 Mei 2017.

Program Beasiswa Fulbright-Ristekdikti telah dilakukan sejak 29 Mei 2009. Kemudian, program ini diperpanjang pada 29 Mei 2013-29 Mei 2017. Pengaturan program beasiswa tersebut kembali diperpanjang sampai dengan 29 Mei 2021 dalam nota kesepahaman dengan sejumlah pembaruan. Beasiswa Fulbright-Kemenristekdikti juga memfasilitasi pembiayaan penelitian dosen yang memenuhi syarat di universitas-universitas AS.

Kuota meningkat

“Jika setiap tahun biasanya hanya sekira 20 dosen yang mendapat bantuan dana Fulbright-Ristekdikti, maka mulai dari tahun akademik 2017 ada kuota sampai dengan 50 orang per tahun. Ini untuk menjalani program-program doktor. Kedua, sarjana-sarjana senior atau peneliti post-doctoral mulai tahun akademik 2017 akan melakukan riset selama empat sampai enam bulan di universitas terakreditasi di AS,” ucapnya.

Ali menjelaskan, kriteria seleksi program bantuan dana Fulbright-Kemenristekdikti bagi para dosen Indonesia disesuaikan dengan dasar baku Fulbright bagi mahasiswa PhD dan para visiting research scholars. Program beasiswa ini diberikan untuk masa studi selama maksimum tiga tahun dengan kemungkinan perpanjang sampai dengan empat tahun.

“Salah satu persyaratan yang juga penting adalah setelah menyelesaikan studinya nanti para dosen diwajibkan kembali ke institusinya untuk mengajar, dan melanjutkan penelitian-penelitian serta melakukan pengabdian kepada masyarakat. Para doktor juga harus produktif, menghasilkan jurnal atau publikasi internasional bereputasi,” ujarnya.

Biaya yang ditanggung meliputi uang kuliah, tiket pesawat pulang-pergi (termasuk biaya perjalanan domestik dari kota asal penerima bantuan dana), tunjangan hidup, tunjangan buku, dan asuransi kesehatan. Dari total bantuan dana tersebut, sebesar 30 persen akan digunakan untuk biaya seleksi kandidat, pengawasan, serta orientasi pra dan pasca keberangkatan. Biaya seleksi dan orientasi ini akan ditanggung 22 persen oleh AMINEF dan 8 persen dibayarkan oleh Dirjen SDID.

Direktur Eksekutif Aminef Alan  Feinstein menyatakan, mahasiswa Indonesia yang mendapat beasiswa Fulbright saat ini mencapai 9.000 orang. “Kami sangat senang kerja sama ini terus berlanjut. Fulbright merupakan yang terbesar di Indonesia dan tertua. Banyak tokoh nasional seperti Agus Salim yang merupakan alumni Fulbright,” kata Alan.(pikiran-rakyat.com)



from Siap Belajar http://ift.tt/2sk1kk3
via IFTTT

Tidak ada komentar:

Ilustrasi

Ilustrasi

 

KEMENTERIAN  Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi atau Kemenristekdikti menyiapkan dana sebesar Rp 54 miliar untuk membiayai kuliah dosen. Dana ini untuk 50 dosen yang ingin melanjutkan kuliah di Amerika Serikat. Program tersebut digagas Direktorat Jenderal Sumber Daya Iptek Dikti (SDID) Kemenristekdikti bekerja sama dengan American Indonesia Exchange Foundation (Aminef).

Dirjen SDID Kemenristekdikti Ali Ghufron Mukti menuturkan, kerja sama beasiswa Fulbright-Kemenristekdikti tersebut berlaku hingga 2021. Aminef menjadi salah satu mitra Kemristekdikti dalam memfasilitasi beasiswa studi pascasarjana dosen ke berbagai perguruan tinggi ternama di AS.

“Kami terus berupaya meningkatkan kualitas dan kapasitas dosen di perguruan tinggi Tanah Air. Berbagai kebijakan telah diupayakan, termasuk pemberian beasiswa untuk dosen, baik di dalam negeri maupun luar negeri. Hal ini untuk meningkatkan jumlah dosen yang bergelar doktor. Apalagi mengingat saat ini Indonesia masih kekurangan setidaknya 15.000 doktor,” ujar Ali di Kantor Kemenristekdikti Senayan, Jakarta, Selasa 30 Mei 2017.

Program Beasiswa Fulbright-Ristekdikti telah dilakukan sejak 29 Mei 2009. Kemudian, program ini diperpanjang pada 29 Mei 2013-29 Mei 2017. Pengaturan program beasiswa tersebut kembali diperpanjang sampai dengan 29 Mei 2021 dalam nota kesepahaman dengan sejumlah pembaruan. Beasiswa Fulbright-Kemenristekdikti juga memfasilitasi pembiayaan penelitian dosen yang memenuhi syarat di universitas-universitas AS.

Kuota meningkat

“Jika setiap tahun biasanya hanya sekira 20 dosen yang mendapat bantuan dana Fulbright-Ristekdikti, maka mulai dari tahun akademik 2017 ada kuota sampai dengan 50 orang per tahun. Ini untuk menjalani program-program doktor. Kedua, sarjana-sarjana senior atau peneliti post-doctoral mulai tahun akademik 2017 akan melakukan riset selama empat sampai enam bulan di universitas terakreditasi di AS,” ucapnya.

Ali menjelaskan, kriteria seleksi program bantuan dana Fulbright-Kemenristekdikti bagi para dosen Indonesia disesuaikan dengan dasar baku Fulbright bagi mahasiswa PhD dan para visiting research scholars. Program beasiswa ini diberikan untuk masa studi selama maksimum tiga tahun dengan kemungkinan perpanjang sampai dengan empat tahun.

“Salah satu persyaratan yang juga penting adalah setelah menyelesaikan studinya nanti para dosen diwajibkan kembali ke institusinya untuk mengajar, dan melanjutkan penelitian-penelitian serta melakukan pengabdian kepada masyarakat. Para doktor juga harus produktif, menghasilkan jurnal atau publikasi internasional bereputasi,” ujarnya.

Biaya yang ditanggung meliputi uang kuliah, tiket pesawat pulang-pergi (termasuk biaya perjalanan domestik dari kota asal penerima bantuan dana), tunjangan hidup, tunjangan buku, dan asuransi kesehatan. Dari total bantuan dana tersebut, sebesar 30 persen akan digunakan untuk biaya seleksi kandidat, pengawasan, serta orientasi pra dan pasca keberangkatan. Biaya seleksi dan orientasi ini akan ditanggung 22 persen oleh AMINEF dan 8 persen dibayarkan oleh Dirjen SDID.

Direktur Eksekutif Aminef Alan  Feinstein menyatakan, mahasiswa Indonesia yang mendapat beasiswa Fulbright saat ini mencapai 9.000 orang. “Kami sangat senang kerja sama ini terus berlanjut. Fulbright merupakan yang terbesar di Indonesia dan tertua. Banyak tokoh nasional seperti Agus Salim yang merupakan alumni Fulbright,” kata Alan.(pikiran-rakyat.com)



from Siap Belajar http://ift.tt/2sk1kk3
via IFTTT