SEBANYAK 150 pekerja anak di wilayah Ciamis akhirnya kembali ke sekolah. Sebelumnya, mereka memilih bekerja di pabrik dan perusahaan untuk membantu meringankan beban perekonomian keluarganya.
Kesempatan kembali ke sekolah itu terbuka setelah mereka lulus dalam Kegiatan Pengurangan Pekerja Anak mendukung Program Keluarga Harapan (PPA PKH). Penutupan kegiatan persiapan kembali sekolah dilaksanakan di Pondok Pesantren Riyadlul Huda, Kelurahan Benteng, Kecamatan/Kabupaten Ciamis, Selasa 23 Mei 2017.
Mereka mengikuti persiapan kembali ke sekolah di tiga pondok pesantren. Ketiga tempat itu adalah Ponpes Miftahul Falah Sadananya, Ponpes Al Arif Karang Gedang, dan Ponpes Riyadlul Huda. Peserta juga mendapat tas lengkap dengan alat tulisnya. Secara simbolis, peralatan kembali ke sekolah itu diserahkan Kepala Seksi Penegakan Hukum dan SDM Pengawasan Ketenagakerjaan Dinas Sosial dan Transmigrasi Jabar, Maman Suherman.
Suasana haru sempat mewarnai penutupan kegiatan pengurangan pekerja anak itu. Beberapa peserta tampak menitikkan air mata. Mereka tersedu ketika mendengarkan surat dari orang tua, yang berisi harapan anaknya agar dapat lebih maju. Kondisi orang tua yang semakin rapuh berharap pendidikan dapat membawa mereka menjalani kehidupan yang lebih baik.
“Kami senang bisa kembali sekolah, tetapi juga berat harus berpisah dengan teman. Saya hanya lulus SMP, kemudian bekerja di pabrik di Bogor. Membantu meringankan beban orang tua,” ungkap Resti yang didampingi beberapa peserta putri lainnya.
Dia menambahkan, selain bekerja di pabrik garmen, beberapa rekannya juga bekerja tempat cuci mobil, salon, termasuk bekerja di industri rumah tangga di Ciamis. Mereka juga bertekad untuk lebih semangat belajar hingga menuntaskan program belajar 12 tahun, atau lulus SMA dan sederajat.
Pentingnya pendidikan dan kembali ke sekolah
Kepala Balai Pelayanan Pengawasan Ketenagakerjaan Wilayah IV Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Adun Abdulah, berpendapat terkait pengurangan pekerja anak ini. Ia mengatakan, sejumlah anak itu bekerja karena alasan ekonomi. Mereka terpaksa bekerja karena membantu meringankan beban orang tua.
“Memang dilematis, di satu sisi anak ingin terus sekolah atau belajar. Tapi, di lain pihak, keadaan ekonomi orang tuanya yang kekurangan. Akhirnya yang semestinya sekolah, terpaksa harus bekerja,” ungkap Adun.
Kegiatan itu juga sekaligus meningkatkan kesadaran orang tua menyangkut pentingnya pendidikan untuk masa depan anak. Hal tersebut pada gilirannya juga dapat memberikan dukungan peningkatan kesejahteraan masyarakat.
“Selama mengikuti kegiatan tersebut, mereka didampingi oleh petugas yang akan terus melakukan pendampingan sekolah selama empat bulan. Diarahkan meneruskan sekolah non formal, kesetaraan untuk SMP maupun SMA,” katanya.
Lebih lanjut Adun mengungkapkan berdasar data yang ada, di wilayah Ciamis terdapat 270 perusahaan di berbagai sektor. Jumlah pekerjanya mencapai 470.000 orang, di antaranya sebanyak 5 persen adalah pekerja anak.
Disambut antusias
Terpisah Koordinator Program Keluarga Harapan (PKH) Kabupaten Ciamis Indra Maulana mengatakan kegiatan tersebut berhasil mengentaskan anak pekerja kembali belajar. Diutamakan mereka kembali mengikuti kegiatan belajar di program kesetaraan, SMP maupun SMA.
“Kami melihat mereka antusias mengikuti kegiatan, dan bertekad kembali belajar. Memang diarahkan ke pendidikan kesetaraan, akan tetapi juga tidak menutup kemungkinan di sekolah formal. Untuk itu pendampingi bertugas mengurus Kartu Indonesia Pintar,” kata Indra.(pikiran-rakyat.com)
from Siap Belajar http://ift.tt/2rfrS9x
via IFTTT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar