Minggu, 22 Januari 2017

Purwakarta Kembangkan 30 Sekolah Berbasis Peternakan

Ilustrasi

Ilustrasi

PEMKAB Purwakarta, terus mendorong supaya pelajar di wilayah ini mencintai pertanian dan peternakan. Pasalnya, sektor ini merupakan penyumbang ketiga bruto pendapatan negara, setelah pajak dan migas.

Karenanya, pada 2017 ini akan dibentuk 30 sekolah dasar (SD) dan SMP yang berbasis peternakan. Sekolah ini, tersebar di 10 kecamatan yang jadi pilot project.

Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi, mengatakan, sebenarnya sektor pertanian dan peternakan ini bila dikelola dengan baik, prospeknya sangat menjanjikan. Akan tetapi, seiring dengan pesatnya dunia industri, generasi muda tak tertarik lagi berkecimpung di sektor ini. Akibatnya, ketergantungan akan hasil pertanian dan peternakan dari luar negeri (impor) sangat tinggi. “Makanya, sektor ini harus kembali menarik. Supaya, generasi muda kita mau menggelutinya secara profesional,” ujar Dedi, kepada Republika, Ahad (22/1).

Untuk menanamkan rasa cinta itu, lanjut Dedi, pemerintah harus sedikit memaksakan kehendak. Karenanya, pelajaran mengenai peternakan akan disisipkan di sekolah. Sebelum pelajaran peternakan ini, diadopsi sekolah di seluruh Purwakarta, maka akan ada sekolah percontohan terlebih dulu.

Pihaknya akan menunjuk 30 sekolah yang tersebar di 10 kecamatan. Sepuluh kecamatan itu, di antaranya Bojong, Wanayasa, Darangdan, Kiarapedes, Cibatu dan Campaka. Jadi, 30 sekolah ini akan berbasis peternakan.

Menurut Dedi, 30 sekolah ini merupakan SD dan SMP. Untuk teknisnya, anak-anak SD dikenalkan dulu teori. Pada tataran praktik, mereka juga sudah dikenalkan. Namun, tak terlalu terlalu rumit.

Akan tetapi, pelajar di tingkat SMP, akan lebih banyak pada tataran praktik. Bahkan, mereka harus bisa berbudidaya ternak supaya punya nilai ekonomis. Dengan begitu, anak SMP ini selain belajar, mereka juga sudah mampu produktif. “Kita ingin, sejak dini anak-anak ini punya kegiatan yang positif dan punya nilai ekonomis,” ujarnya.

Dedi mengakui, sektor peternakan ini sangat luas. Anak-anak bisa berbudidaya ayam, domba, kambing, kelinci, marmot, dan sapi. Bahkan, tak hanya ternak pedaging atau petelur, saat ini ternak yang memiliki ketangkasan juga banyak diburu penggemarnya.

Apalagi, Purwakarta telah memiliki stadion ketangkasan. Stadion ini, meliputi arena adu ketangkasan serta arena show hewan-hewan yang unik. Stadion ini, berada di Kampung Cikubang, Desa Pusakamulya, Kecamatan Kiarapedes. Luasnya mencapai 10 hektare. “Jadi, stadion ini salah satunya bisa jadi arena festival marmot paling ganteng atau cantik,” ujarnya.

Sementara itu, Direktur Pembibitan dan Produksi Ternak Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian, Surachman, mengatakan, pihaknya sangat mengapresiasi langkah Pemkab Purwakarta ini. Terutama, soal peternakan yang masuk dalam pelajaran sekolah. “Di daerah lain belum ada. Tapi, Purwakarta sudah menggaungkan pentingnya sektor peternakan secara masif,” ujarnya.

Apalagi, anak-anak di wilayah ini telah didorong untuk mencintai pertanian dan peternakan. Termasuk, ada audisi budak angon. Serta, adanya fasilitas stadion adu ketangkasan hewan. Hal-hal seperti ini, belum dikembangkan di daerah lain. “Sepertinya, upaya Pemkab Purwakarta mengenalkan sektor pertanian dan peternakan pada pelajar, akan dijadikan rujukan nasional,” jelas Surachman.(republika.co.id)



from Siap Belajar http://ift.tt/2k63XST
via IFTTT

Tidak ada komentar:

Ilustrasi

Ilustrasi

PEMKAB Purwakarta, terus mendorong supaya pelajar di wilayah ini mencintai pertanian dan peternakan. Pasalnya, sektor ini merupakan penyumbang ketiga bruto pendapatan negara, setelah pajak dan migas.

Karenanya, pada 2017 ini akan dibentuk 30 sekolah dasar (SD) dan SMP yang berbasis peternakan. Sekolah ini, tersebar di 10 kecamatan yang jadi pilot project.

Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi, mengatakan, sebenarnya sektor pertanian dan peternakan ini bila dikelola dengan baik, prospeknya sangat menjanjikan. Akan tetapi, seiring dengan pesatnya dunia industri, generasi muda tak tertarik lagi berkecimpung di sektor ini. Akibatnya, ketergantungan akan hasil pertanian dan peternakan dari luar negeri (impor) sangat tinggi. “Makanya, sektor ini harus kembali menarik. Supaya, generasi muda kita mau menggelutinya secara profesional,” ujar Dedi, kepada Republika, Ahad (22/1).

Untuk menanamkan rasa cinta itu, lanjut Dedi, pemerintah harus sedikit memaksakan kehendak. Karenanya, pelajaran mengenai peternakan akan disisipkan di sekolah. Sebelum pelajaran peternakan ini, diadopsi sekolah di seluruh Purwakarta, maka akan ada sekolah percontohan terlebih dulu.

Pihaknya akan menunjuk 30 sekolah yang tersebar di 10 kecamatan. Sepuluh kecamatan itu, di antaranya Bojong, Wanayasa, Darangdan, Kiarapedes, Cibatu dan Campaka. Jadi, 30 sekolah ini akan berbasis peternakan.

Menurut Dedi, 30 sekolah ini merupakan SD dan SMP. Untuk teknisnya, anak-anak SD dikenalkan dulu teori. Pada tataran praktik, mereka juga sudah dikenalkan. Namun, tak terlalu terlalu rumit.

Akan tetapi, pelajar di tingkat SMP, akan lebih banyak pada tataran praktik. Bahkan, mereka harus bisa berbudidaya ternak supaya punya nilai ekonomis. Dengan begitu, anak SMP ini selain belajar, mereka juga sudah mampu produktif. “Kita ingin, sejak dini anak-anak ini punya kegiatan yang positif dan punya nilai ekonomis,” ujarnya.

Dedi mengakui, sektor peternakan ini sangat luas. Anak-anak bisa berbudidaya ayam, domba, kambing, kelinci, marmot, dan sapi. Bahkan, tak hanya ternak pedaging atau petelur, saat ini ternak yang memiliki ketangkasan juga banyak diburu penggemarnya.

Apalagi, Purwakarta telah memiliki stadion ketangkasan. Stadion ini, meliputi arena adu ketangkasan serta arena show hewan-hewan yang unik. Stadion ini, berada di Kampung Cikubang, Desa Pusakamulya, Kecamatan Kiarapedes. Luasnya mencapai 10 hektare. “Jadi, stadion ini salah satunya bisa jadi arena festival marmot paling ganteng atau cantik,” ujarnya.

Sementara itu, Direktur Pembibitan dan Produksi Ternak Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian, Surachman, mengatakan, pihaknya sangat mengapresiasi langkah Pemkab Purwakarta ini. Terutama, soal peternakan yang masuk dalam pelajaran sekolah. “Di daerah lain belum ada. Tapi, Purwakarta sudah menggaungkan pentingnya sektor peternakan secara masif,” ujarnya.

Apalagi, anak-anak di wilayah ini telah didorong untuk mencintai pertanian dan peternakan. Termasuk, ada audisi budak angon. Serta, adanya fasilitas stadion adu ketangkasan hewan. Hal-hal seperti ini, belum dikembangkan di daerah lain. “Sepertinya, upaya Pemkab Purwakarta mengenalkan sektor pertanian dan peternakan pada pelajar, akan dijadikan rujukan nasional,” jelas Surachman.(republika.co.id)



from Siap Belajar http://ift.tt/2k63XST
via IFTTT