Kamis, 02 Maret 2017

Daun Pisang Sebagai Media Pembelajaran Konsep Penjumlahan Pecahan di Sekolah Dasar

penggunaan daun pisang untuk belajar Konsep penjumlahan pecahan kepada para guru.(prioritaspendidikan.org)

penggunaan daun pisang untuk belajar Konsep penjumlahan pecahan kepada para guru.(prioritaspendidikan.org)

DALAM pendampingan kegiatan kelompok kerja guru  (KKG) Sekolah Dasar (SD) Gugus II Ambarketawang kecamatan Gamping, Sleman, Yogyakarta, saya menerapkan pendekatan kontekstual. Tujuannya agar dalam KKG guru mampu secara kreatif menghasilkan media dengan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar.

Mengajarkan penjumlahan pecahan di bawah ini kepada siswa sekolah dasar mungkin merupakan hal biasa.

Bagaimana jika siswa tersebut bertanya, mengapa harus seperti itu caranya? Mengapa tidak jumlahkan saja pembilang dengan pembilang, penyebut dengan penyebut, itu akan lebih mudah kan? Tentu saja salah cara seperti itu, kata guru-guru kita.

Nah untuk mempersiapkan guru-guru kita agar bisa menjawab pertanyaan tersebut dengan benar, maka daun pisang bisa menjadi salah satu medianya. Murah dan mudah didapat dihampir seluruh pelosok negeri. Siswa SD memang berada pada tahap operasional konkret yang berarti mereka hanya memahami konsep baru melalui benda konkret sebagai medianya. Terlebih pada pelajaran matematika, yang banyak orang bilang, ini ilmu abstrak. Padahal matematika itu merupakan notasi kehidupan nyata.

Secara sederhana media berarti perantara. Media pembelajaran merupakan salah satu alat komunikasi dalam proses pembelajaran.

Penjumlahan dua pecahan dengan media daun pisang  bisa digunakan pada pecahan murni ataupun pecahan campuran. Pada tahap awal, guru sebaiknya mengambil contoh  untuk pecahan murni dahulu. Adapun langkah-langkah dalam menjumlahkan dua bilangan pecahan, misalnya 1/2 + 1/4 sebagai berikut:

  1. Siapkan dua lembar daun pisang berbentuk persegi dengan ukuran 20cm x 20cm (ukuran sesuai yang diinginkan sehingga siswa lebih mudah menggunakannya).
  2. Suwirlah/ bagilah salah satu daun menjadi tiga bagian yang sama besar, lalu arsirlah salah satu permukaan daun dengan spidol 1 bagiannya untuk menunjukkan  1/3 bagian yang kita miliki
  3. Ambillah daun yang kedua, suwirlah/ bagilah menjadi 4 bagian yang sama besar, lalu arsirlah satu bagiannya pada permukaan daun untuk menunjukkan  bagian 1/4 yang akan ditambahkan. Jangan lupa mengarsir pada warna daun pisang yang berbeda dari daun pertama, apabila yang pertama arsirannya pada daun warna hijau tua, maka yang kedua arsirlah pada daun warna hijau muda.
  4. Anyamlah daun pertama dengan daun kedua, sehingga membentuk anyaman “tikar-tikaran” seperti  gambar di bawah ini:
  5. Terbentuklah 12 kotak kecil dari anyaman tadi. Perhatikan arsiran pada daun, berdasarkan arsiran yang sekarang sudah terkotakkotak, hitunglah berapa bagian yang ada arsirannya. Benar sekali! Ada 7 kotak.
  6. Bagian yang diarsir 7 dari 12 kotak keseluruhan
  7. Berarti hasil penjumlahan  1/3 + 1/4 = 7/12

Penjumlahan dua bilangan pecahan dengan menggunakan daun pisang dapat memberi pemahaman konsep penjumlahan yaitu penggabungan dua benda. Media ini bisa menggantikan kue pada soal cerita “Budi memiliki kue  bagian, lalu ia diberikan lagi 1/3 oleh ibunya  bagian, berapa 1/4 bagiankah kue Budi sekarang?”.

Dengan demikian siswa menjadi jelas mengapa  Hasil ini 1/3 + 1/4 = 7/12 siswa peroleh sebelum mereka mengetahui bagaimana menyelesaikan penjumlahan pecahan. Lalu siswa diajak untuk berpikir, bagaimana cara menjumlahkan  agar 1/3 + 1/4 = hasilnya 7/12. Hasil penjumlahan itu ternyata akan diperoleh apabila kita menyamakan penyebutnya dan menjumlahkan pembilangnya saja, 1/3 + 1/4 = 4 + 3/12 = 7/12

Bandingkan apabila kita mengerjakannya dengan cara menjumlahkan kedua pembilang dan penyebut

yang tentu hal ini salah karena tidak sesuai dengan kenyataan seperti yang sudah kira praktikkan dengan daun pisang tadi.

Ternyata cara menjumlahkan dua pecahan dengan menyamakan penyebut dan menjumlahkan kedua pembilang adalah  untuk menyesuaikan hasilnya pada kehidupan nyata, karena pada dasarnya matematika menotasikan dunia nyata.

Penggunaan daun pisang sebagai media pembelajaran bukan hanya dapat mengkonkretkan dan menjelaskan konsep penjumlahan pecahan, melainkan dapat juga digunakan untuk operasi pecahan yang lain, seperti pengurangan, perkalian dan pembagian. (prioritaspendidikan.org)

Oleh Rahayu Condro MPd, Dosen PGSD Universitas Negeri Yogyakarta



from Siap Belajar http://ift.tt/2lzyYyj
via IFTTT

Tidak ada komentar:

penggunaan daun pisang untuk belajar Konsep penjumlahan pecahan kepada para guru.(prioritaspendidikan.org)

penggunaan daun pisang untuk belajar Konsep penjumlahan pecahan kepada para guru.(prioritaspendidikan.org)

DALAM pendampingan kegiatan kelompok kerja guru  (KKG) Sekolah Dasar (SD) Gugus II Ambarketawang kecamatan Gamping, Sleman, Yogyakarta, saya menerapkan pendekatan kontekstual. Tujuannya agar dalam KKG guru mampu secara kreatif menghasilkan media dengan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar.

Mengajarkan penjumlahan pecahan di bawah ini kepada siswa sekolah dasar mungkin merupakan hal biasa.

Bagaimana jika siswa tersebut bertanya, mengapa harus seperti itu caranya? Mengapa tidak jumlahkan saja pembilang dengan pembilang, penyebut dengan penyebut, itu akan lebih mudah kan? Tentu saja salah cara seperti itu, kata guru-guru kita.

Nah untuk mempersiapkan guru-guru kita agar bisa menjawab pertanyaan tersebut dengan benar, maka daun pisang bisa menjadi salah satu medianya. Murah dan mudah didapat dihampir seluruh pelosok negeri. Siswa SD memang berada pada tahap operasional konkret yang berarti mereka hanya memahami konsep baru melalui benda konkret sebagai medianya. Terlebih pada pelajaran matematika, yang banyak orang bilang, ini ilmu abstrak. Padahal matematika itu merupakan notasi kehidupan nyata.

Secara sederhana media berarti perantara. Media pembelajaran merupakan salah satu alat komunikasi dalam proses pembelajaran.

Penjumlahan dua pecahan dengan media daun pisang  bisa digunakan pada pecahan murni ataupun pecahan campuran. Pada tahap awal, guru sebaiknya mengambil contoh  untuk pecahan murni dahulu. Adapun langkah-langkah dalam menjumlahkan dua bilangan pecahan, misalnya 1/2 + 1/4 sebagai berikut:

  1. Siapkan dua lembar daun pisang berbentuk persegi dengan ukuran 20cm x 20cm (ukuran sesuai yang diinginkan sehingga siswa lebih mudah menggunakannya).
  2. Suwirlah/ bagilah salah satu daun menjadi tiga bagian yang sama besar, lalu arsirlah salah satu permukaan daun dengan spidol 1 bagiannya untuk menunjukkan  1/3 bagian yang kita miliki
  3. Ambillah daun yang kedua, suwirlah/ bagilah menjadi 4 bagian yang sama besar, lalu arsirlah satu bagiannya pada permukaan daun untuk menunjukkan  bagian 1/4 yang akan ditambahkan. Jangan lupa mengarsir pada warna daun pisang yang berbeda dari daun pertama, apabila yang pertama arsirannya pada daun warna hijau tua, maka yang kedua arsirlah pada daun warna hijau muda.
  4. Anyamlah daun pertama dengan daun kedua, sehingga membentuk anyaman “tikar-tikaran” seperti  gambar di bawah ini:
  5. Terbentuklah 12 kotak kecil dari anyaman tadi. Perhatikan arsiran pada daun, berdasarkan arsiran yang sekarang sudah terkotakkotak, hitunglah berapa bagian yang ada arsirannya. Benar sekali! Ada 7 kotak.
  6. Bagian yang diarsir 7 dari 12 kotak keseluruhan
  7. Berarti hasil penjumlahan  1/3 + 1/4 = 7/12

Penjumlahan dua bilangan pecahan dengan menggunakan daun pisang dapat memberi pemahaman konsep penjumlahan yaitu penggabungan dua benda. Media ini bisa menggantikan kue pada soal cerita “Budi memiliki kue  bagian, lalu ia diberikan lagi 1/3 oleh ibunya  bagian, berapa 1/4 bagiankah kue Budi sekarang?”.

Dengan demikian siswa menjadi jelas mengapa  Hasil ini 1/3 + 1/4 = 7/12 siswa peroleh sebelum mereka mengetahui bagaimana menyelesaikan penjumlahan pecahan. Lalu siswa diajak untuk berpikir, bagaimana cara menjumlahkan  agar 1/3 + 1/4 = hasilnya 7/12. Hasil penjumlahan itu ternyata akan diperoleh apabila kita menyamakan penyebutnya dan menjumlahkan pembilangnya saja, 1/3 + 1/4 = 4 + 3/12 = 7/12

Bandingkan apabila kita mengerjakannya dengan cara menjumlahkan kedua pembilang dan penyebut

yang tentu hal ini salah karena tidak sesuai dengan kenyataan seperti yang sudah kira praktikkan dengan daun pisang tadi.

Ternyata cara menjumlahkan dua pecahan dengan menyamakan penyebut dan menjumlahkan kedua pembilang adalah  untuk menyesuaikan hasilnya pada kehidupan nyata, karena pada dasarnya matematika menotasikan dunia nyata.

Penggunaan daun pisang sebagai media pembelajaran bukan hanya dapat mengkonkretkan dan menjelaskan konsep penjumlahan pecahan, melainkan dapat juga digunakan untuk operasi pecahan yang lain, seperti pengurangan, perkalian dan pembagian. (prioritaspendidikan.org)

Oleh Rahayu Condro MPd, Dosen PGSD Universitas Negeri Yogyakarta



from Siap Belajar http://ift.tt/2lzyYyj
via IFTTT