Senin, 01 Mei 2017

Hardiknas, Kekerasan di Sekolah Jadi PR Pendidikan Indonesia

Domentasi aktivis kemanusian komunitas Awak Droe Only (ADO) melakukan teaterika pada aksi keprihatinan kekerasan dan pelecehan seksual terhadap anak, di Banda Aceh, Aceh, Senin (5/10). Pada aksi keprihatinan dan darurat kekerasan serta pelecehan seksual terhadap di Aceh itu para aktivis kemanusian meminta lembaga penegak hukum untuk menghukum pelaku seberat-beratnya dan mengharapkan peran orang tua meningkatkan pengawasan terhadap anak. (antaranews.com)

Ilustrasi. (antaranews.com)

SETIAP  2 Mei selalu diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas), namun masih ada sejumlah catatan dalam dunia pendidikan di Tanah Air.

Sekretaris Jenderal Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) Retno Listyarti mencatat, setidaknya ada dua catatan mengenai kondisi pendidikan saat ini yang perlu dicermati.

“Pertama, kekerasan dalam pendidikan yang semakin masif dan mengerikan dan kedua berkurangnya sikap toleran dalam menerima keberagaman, dan menurunnya nilai-nilai kebangsaan di sekolah. Kedua hal tersebut terkait dengan karakter,” ujar Retno di Jakarta, Senin (1/5/2017).

Sementara itu, Pengamat Pendidikan Doni Koesoema menilai pendidikan karakter harus menjadi poros dan roh dalam mengelola pendidikan nasional.

“Untuk itu, perlu komitmen dan konsistensi pemerintah melalui regulasi yang mendukung peningkatan kualitas pembelajaran di kelas, pengembangan budaya sekolah sebagai komunitas moral pembelajar, dan membangun kolaborasi dengan masyarakat secara fair dan adil dalam peningkatan kualitas pendidikan,” ujar Doni.

Doni menambahkan, filsafat pendidikan Ki Hadjar Dewantara melalui empat dimensi pengolahan hidup, olah rasa, olah pikir, olah hati, dan olah raga, harus dikembalikan dalam setiap kinerja pendidikan.(news.okezone.com)



from Siap Belajar http://ift.tt/2oRAJxe
via IFTTT

Tidak ada komentar:

Domentasi aktivis kemanusian komunitas Awak Droe Only (ADO) melakukan teaterika pada aksi keprihatinan kekerasan dan pelecehan seksual terhadap anak, di Banda Aceh, Aceh, Senin (5/10). Pada aksi keprihatinan dan darurat kekerasan serta pelecehan seksual terhadap di Aceh itu para aktivis kemanusian meminta lembaga penegak hukum untuk menghukum pelaku seberat-beratnya dan mengharapkan peran orang tua meningkatkan pengawasan terhadap anak. (antaranews.com)

Ilustrasi. (antaranews.com)

SETIAP  2 Mei selalu diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas), namun masih ada sejumlah catatan dalam dunia pendidikan di Tanah Air.

Sekretaris Jenderal Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) Retno Listyarti mencatat, setidaknya ada dua catatan mengenai kondisi pendidikan saat ini yang perlu dicermati.

“Pertama, kekerasan dalam pendidikan yang semakin masif dan mengerikan dan kedua berkurangnya sikap toleran dalam menerima keberagaman, dan menurunnya nilai-nilai kebangsaan di sekolah. Kedua hal tersebut terkait dengan karakter,” ujar Retno di Jakarta, Senin (1/5/2017).

Sementara itu, Pengamat Pendidikan Doni Koesoema menilai pendidikan karakter harus menjadi poros dan roh dalam mengelola pendidikan nasional.

“Untuk itu, perlu komitmen dan konsistensi pemerintah melalui regulasi yang mendukung peningkatan kualitas pembelajaran di kelas, pengembangan budaya sekolah sebagai komunitas moral pembelajar, dan membangun kolaborasi dengan masyarakat secara fair dan adil dalam peningkatan kualitas pendidikan,” ujar Doni.

Doni menambahkan, filsafat pendidikan Ki Hadjar Dewantara melalui empat dimensi pengolahan hidup, olah rasa, olah pikir, olah hati, dan olah raga, harus dikembalikan dalam setiap kinerja pendidikan.(news.okezone.com)



from Siap Belajar http://ift.tt/2oRAJxe
via IFTTT