Rabu, 30 Agustus 2017

Guru Sejarah Dituntut Punya Metode Pembelajaran yang Beragam

Museum Sejarah Jakarta

Museum Sejarah Jakarta

MENTERI Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy menuntut para guru sejarah untuk terus meningkatkan kemampuan mengajarnya sesuai dengan kebutuhan zaman. Seorang guru sejarah harus memiliki beragam metodologi agar para siswa tidak merasa bosan saat mengikuti pelajarannya. Guru sejarah bukan sekadar memberikan apa yang terjadi pada masa lalu, tetapi juga bisa mampu membangkitkan kecintaan terhadap tanah air, nasionalisme, dan rasa bela negara.

Muhadjir mengatakan, guru sejarah jangan berperan sebagai pendongeng. Guru sejarah harus mampu mengajak siswa untuk mengimplementasikan nilai-nilai sejarah dalam sebuah perilaku. Sejarag bangsa sangat penting untuk disampaikan kepada anak didik agar paham dengan tujuan yang dicita-citakan para pejuang.

“Guru saat mengajar jangan monoton dengan satu jalur berkisah. Guru sejarah pada dasarnya bukan guru yang mendongeng. Tapi menciptakan suasana bagaimana anak-anak itu bisa menghayati sejarah. Sehingga bisa memerankannya pada masa kini. Peserta didik harus mengerti dan paham perjalanan sebuah bangsa, dari sejarah itu,” ujar Muhadjir Effendy dalam acara Ceramah Umum Kesejarahan bersama Syafii Maarif dan tenaga ahli UKP-PIP Bambang Budiono di Kantor Kemendikbud Senayan, Jakarta, Senin, 28 Agustus 2017.

Ia menuturkan, pelajaran sejarah harus mencerahkan dan menggembirakan bagi anak didik. Materi pelajaran sejarah yang ada saat ini juga perlu diperbaiki. “Misalnya, dalam sejarah pangeran Diponegoro, perbanyak materi sisi kemenangan perlawanannya. Yang ada sekarang lebih banyak soal Diponegoro ditangkap VOC. Kesannya, perjuangan Diponegoro itu mudah dikalahkan, padahal banyak meraih kemenangan,” ujar mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Malang ini.

Ia berharap, dengan kemampuan beragam metodologi yang dimiliki seorang guru, para anak didik mendapat banyak pandangan mengenai manfaat belajar sejarah. “Saya selalu ingin mengembalikan bahwa sejarah itu punya makna. Aspek aksiologisnya, untuk apa belajar sejarah, itu yang lebih ditekankan. Bukan hanya faktanya, tapi pemanfaatan sejarah sebagai metode dan konten untuk menanamkan semangat perjuangan,” katanya.

Revisi sejarah

Syafii menurutkan, banyak materi pelajaran sejarah yang melenceng dari fakta. Menurut dia, hal tersebut harus segera direvisi agar generasi penerus bangsa tak salah arah tentang sejarah perjuangan. “Seperti halnya Indonesia dijajah Belanda selama 350 tahun, itu bohong! Aceh dan beberapa daerah lain tidak pernah berhasil ditaklukan VOC atau Belanda yang datang ke sini sekitar tahun 1600. Indonesia tidak dijajah selama itu,” ujar Syafii.

Ia mengatakan, sejarah sanga penting untuk dipelajari dengan baik dan benar karena berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan masa lalu dengan saat ini. Sejarah akan menuntun sebuah bangsa kepada apa yang ingin dicapat pada masa depan. “Sayangnya, pejabat, menteri dan anggora DPR saat ini sangat sedikit yang paham dengan sejarah. Berbeda dengan para pendiri bangsa dan pejuang kemerdekaan. Mereka semuanya paham sejarah bangsa,” katanya.

Ia menegaskan, guru sejarah memiliki peran penting dalam merekonstruksi sejarah Indonesia. “Makanya guru sejarah harus berwawasan luas. Jangan hanya membaca buku-buku sejarah, wajib baca buku filsafat, bahkan novel dan buku agama. Agar bisa mendidik dari berbagai dimensi,” ucapnya.(pikiran-rakyat.com)



from Siap Belajar http://ift.tt/2wnbPpL
via IFTTT

Tidak ada komentar:

Museum Sejarah Jakarta

Museum Sejarah Jakarta

MENTERI Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy menuntut para guru sejarah untuk terus meningkatkan kemampuan mengajarnya sesuai dengan kebutuhan zaman. Seorang guru sejarah harus memiliki beragam metodologi agar para siswa tidak merasa bosan saat mengikuti pelajarannya. Guru sejarah bukan sekadar memberikan apa yang terjadi pada masa lalu, tetapi juga bisa mampu membangkitkan kecintaan terhadap tanah air, nasionalisme, dan rasa bela negara.

Muhadjir mengatakan, guru sejarah jangan berperan sebagai pendongeng. Guru sejarah harus mampu mengajak siswa untuk mengimplementasikan nilai-nilai sejarah dalam sebuah perilaku. Sejarag bangsa sangat penting untuk disampaikan kepada anak didik agar paham dengan tujuan yang dicita-citakan para pejuang.

“Guru saat mengajar jangan monoton dengan satu jalur berkisah. Guru sejarah pada dasarnya bukan guru yang mendongeng. Tapi menciptakan suasana bagaimana anak-anak itu bisa menghayati sejarah. Sehingga bisa memerankannya pada masa kini. Peserta didik harus mengerti dan paham perjalanan sebuah bangsa, dari sejarah itu,” ujar Muhadjir Effendy dalam acara Ceramah Umum Kesejarahan bersama Syafii Maarif dan tenaga ahli UKP-PIP Bambang Budiono di Kantor Kemendikbud Senayan, Jakarta, Senin, 28 Agustus 2017.

Ia menuturkan, pelajaran sejarah harus mencerahkan dan menggembirakan bagi anak didik. Materi pelajaran sejarah yang ada saat ini juga perlu diperbaiki. “Misalnya, dalam sejarah pangeran Diponegoro, perbanyak materi sisi kemenangan perlawanannya. Yang ada sekarang lebih banyak soal Diponegoro ditangkap VOC. Kesannya, perjuangan Diponegoro itu mudah dikalahkan, padahal banyak meraih kemenangan,” ujar mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Malang ini.

Ia berharap, dengan kemampuan beragam metodologi yang dimiliki seorang guru, para anak didik mendapat banyak pandangan mengenai manfaat belajar sejarah. “Saya selalu ingin mengembalikan bahwa sejarah itu punya makna. Aspek aksiologisnya, untuk apa belajar sejarah, itu yang lebih ditekankan. Bukan hanya faktanya, tapi pemanfaatan sejarah sebagai metode dan konten untuk menanamkan semangat perjuangan,” katanya.

Revisi sejarah

Syafii menurutkan, banyak materi pelajaran sejarah yang melenceng dari fakta. Menurut dia, hal tersebut harus segera direvisi agar generasi penerus bangsa tak salah arah tentang sejarah perjuangan. “Seperti halnya Indonesia dijajah Belanda selama 350 tahun, itu bohong! Aceh dan beberapa daerah lain tidak pernah berhasil ditaklukan VOC atau Belanda yang datang ke sini sekitar tahun 1600. Indonesia tidak dijajah selama itu,” ujar Syafii.

Ia mengatakan, sejarah sanga penting untuk dipelajari dengan baik dan benar karena berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan masa lalu dengan saat ini. Sejarah akan menuntun sebuah bangsa kepada apa yang ingin dicapat pada masa depan. “Sayangnya, pejabat, menteri dan anggora DPR saat ini sangat sedikit yang paham dengan sejarah. Berbeda dengan para pendiri bangsa dan pejuang kemerdekaan. Mereka semuanya paham sejarah bangsa,” katanya.

Ia menegaskan, guru sejarah memiliki peran penting dalam merekonstruksi sejarah Indonesia. “Makanya guru sejarah harus berwawasan luas. Jangan hanya membaca buku-buku sejarah, wajib baca buku filsafat, bahkan novel dan buku agama. Agar bisa mendidik dari berbagai dimensi,” ucapnya.(pikiran-rakyat.com)



from Siap Belajar http://ift.tt/2wnbPpL
via IFTTT