Sabtu, 18 November 2017

SMA, Usia Terbaik untuk Memberikan Gawai pada Anak

Ilustrasi (m.beritajakarta.com)

Ilustrasi (m.beritajakarta.com)

MASYARAKAT  khususnya orangtua sering salah kaprah dengan sudah memberikan gawai (gadget) sejak anak masih balita dengan alasan agar bermain dengan tenang dan tidak rewel. Padahal seharusnya orangtua baru boleh memberikan gawai saat anak-anaknya memasuki usia SMA.

“Kalau ada gawai pasti banyak fasilitas baik permainan, sosial media, termasuk internet. Seharusnya anak memiliki sosial media sendiri saat masuk SMA seiring dia menerima gawai,” kata Anggota DPR, Rachel Mariam Sayidina, saat sosialisasi internet sehat di kampus SMKN 1 Katapang, Kamis, 16 November 2017.

Dia menambahkan, ketika anak usia SD maupun SMP jangan memiliki sosmed sendiri. Termasuk jangan menggunakan gawai.

“Kalau pun anak-anak akan mengerjakan tugas dari internet, maka bisa dari  laptop. Tentunya dengan bimbingan dan pengawasan orangtuanya,” katanya.

Pemberian gawai kepada anak-anak balita dengan alasan agar tak rewel dan tidak mengganggu orangtuanya, menurut Rachel, malah akan menjerumuskan anak tersebut. “Orangtua kadang tahunya cuma anak menonton film kartun, padahal banyak kartun yang tak mendidik dengan mengajarkan kekerasan,” ujarnya.

Sedangkan Direktur Utama Balai Penyedia, Pengelola dan Pembiayaan Telekomunikasi dan Informatika (BP3TI), Anang Latif mengatakan, semua pihak harus menyadari internet memiliki kekuatan dahsyat yang bisa memajukan umat manusia maupun menghancurkannya. “Banyak manfaat positif dari kehadiran internet, namun  kekuatan dahsyat internet juga bisa berdampak dalam menghancurkan bangsa. Orang tua dan  gurun wajib mengenalkan internet dari sisi positifnya dan menekan pengaruh negatif internet,” katanya.

Dari hasil penelitian Kemenkoinfo, kata Anang, rata-rata masyarakat Indonesia menggunakan internet melalui komputer selama 8 jam sehari. Sedangkan internet melalui gawai 4 jam/hari.

“Sementara rata-rata menonton televisi malah kalah jauh dari menggunakan internet yakni hanya 2,5 jam/hari. Ini berarti internet sudah menggusur televisi,” ujarnya.

Hanya, Anang mengingatkan masyarakat agar mewaspadai maraknya konten internet berupa kabar bohong (hoax) dan pornografi. “Dua hal itu yang mendominasi sisi negatif dari internet. Pemerintah sudah memblokir 700.000 situs pornografi, namun masih banyak konten porngrafi yang terus bermunculan,” katanya.(pikiran-rakyat.com)



from Siap Belajar http://ift.tt/2zeSEmG
via IFTTT

Tidak ada komentar:

Ilustrasi (m.beritajakarta.com)

Ilustrasi (m.beritajakarta.com)

MASYARAKAT  khususnya orangtua sering salah kaprah dengan sudah memberikan gawai (gadget) sejak anak masih balita dengan alasan agar bermain dengan tenang dan tidak rewel. Padahal seharusnya orangtua baru boleh memberikan gawai saat anak-anaknya memasuki usia SMA.

“Kalau ada gawai pasti banyak fasilitas baik permainan, sosial media, termasuk internet. Seharusnya anak memiliki sosial media sendiri saat masuk SMA seiring dia menerima gawai,” kata Anggota DPR, Rachel Mariam Sayidina, saat sosialisasi internet sehat di kampus SMKN 1 Katapang, Kamis, 16 November 2017.

Dia menambahkan, ketika anak usia SD maupun SMP jangan memiliki sosmed sendiri. Termasuk jangan menggunakan gawai.

“Kalau pun anak-anak akan mengerjakan tugas dari internet, maka bisa dari  laptop. Tentunya dengan bimbingan dan pengawasan orangtuanya,” katanya.

Pemberian gawai kepada anak-anak balita dengan alasan agar tak rewel dan tidak mengganggu orangtuanya, menurut Rachel, malah akan menjerumuskan anak tersebut. “Orangtua kadang tahunya cuma anak menonton film kartun, padahal banyak kartun yang tak mendidik dengan mengajarkan kekerasan,” ujarnya.

Sedangkan Direktur Utama Balai Penyedia, Pengelola dan Pembiayaan Telekomunikasi dan Informatika (BP3TI), Anang Latif mengatakan, semua pihak harus menyadari internet memiliki kekuatan dahsyat yang bisa memajukan umat manusia maupun menghancurkannya. “Banyak manfaat positif dari kehadiran internet, namun  kekuatan dahsyat internet juga bisa berdampak dalam menghancurkan bangsa. Orang tua dan  gurun wajib mengenalkan internet dari sisi positifnya dan menekan pengaruh negatif internet,” katanya.

Dari hasil penelitian Kemenkoinfo, kata Anang, rata-rata masyarakat Indonesia menggunakan internet melalui komputer selama 8 jam sehari. Sedangkan internet melalui gawai 4 jam/hari.

“Sementara rata-rata menonton televisi malah kalah jauh dari menggunakan internet yakni hanya 2,5 jam/hari. Ini berarti internet sudah menggusur televisi,” ujarnya.

Hanya, Anang mengingatkan masyarakat agar mewaspadai maraknya konten internet berupa kabar bohong (hoax) dan pornografi. “Dua hal itu yang mendominasi sisi negatif dari internet. Pemerintah sudah memblokir 700.000 situs pornografi, namun masih banyak konten porngrafi yang terus bermunculan,” katanya.(pikiran-rakyat.com)



from Siap Belajar http://ift.tt/2zeSEmG
via IFTTT