Jumat, 29 Desember 2017

Apakah Lulusan Politeknik Sesuai Tuntutan Dunia Kerja?

ilustrasi

INDONESIA  diprediksi akan kekurangan sebanyak 85 juta tenaga kerja dengan keterampilan memadai untuk menggerakkan perputaran roda ekonomi pada 2020 mendatang.

Menurut Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019, Indonesia bahkan akan membutuhkan sedikitnya 113 juta pekerja terampil pada tahun 2030.

Angka tersebut merupakan sebuah kebutuhan yang sangat tinggi jika dibandingkan ketersediaan saat ini yang hanya sebesar 55 juta orang.

Di saat yang bersamaan, Indonesia masih harus menyiasati angka pengangguran yang kian meningkat dibandingkan tahun lalu.

Dilansir dari Kompas.com, Senin (6/11/2017),  terjadi kenaikan jumlah pengangguran di Indonesia sebesar 10.000 orang menjadi 7,04 juta orang pada Agustus 2017 dari Agustus 2016 sebesar 7,03 juta orang.

Pengangguran ini sebagian disebabkan oleh ketidaksesuaian antara keterampilan yang dibutuhkan oleh pengguna jasa dengan ketersediaannya di pasar kerja.

Selain itu juga terdapat permintaan yang tinggi akan lulusan pendidikan tinggi, melampaui jumlah ketersediaannya. Sebaliknya, terdapat ketersediaan tenaga kerja lulusan sekolah menengah atas dalam jumlah berlebih, dibandingkan dengan jumlah lowongan kerja yang tersedia.

Diperlukan relevansi dan kesesuaian yang lebih baik antara pendidikan tinggi sebagai penyedia sumber daya manusia dengan dunia industri sebagai pemberi kerja.

Melahirkan tenaga kerja terampil dan berdaya

Berkaca pada masalah-masalah di atas, Indonesia memerlukan sistem pendidikan keterampilan yang ideal. Tak hanya lulusan yang hanya menguasai teori, tetapi juga lulusan yang siap bekerja sesuai dengan bidang yang ditekuni.

Pendidikan dan pelatihan vokasi disinyalir menjadi satuan pendidikan yang strategis, serta bisa menjadi harapan utama bagi tersedianya pekerja profesional Indonesia yang terampil, berkualitas dan kompetitif.

Saat ini pendidikan vokasi telah berkembang sangat pesat. Jumlah institusi pendidikan vokasi berbentuk Politeknik, baik negeri maupun swasta, telah mencapai 258, dengan jumlah mahasiswa program Diploma III sebanyak 655.098 dan program Diploma IV atau sarjana terapan sebanyak 100.014 mahasiswa.

Pendidikan yang lebih berorientasi pada pelatihan dan tugas ini memungkinkan mahasiswa lebih banyak mendemonstrasikan pengetahuannya dan melahirkan karya yang memiliki nilai ekonomi sekaligus nilai sosial yang bermanfaat bagi banyak orang.(edukasi.kompas.com)



from Siap Belajar http://ift.tt/2ClK3Nx
via IFTTT

Tidak ada komentar:

ilustrasi

INDONESIA  diprediksi akan kekurangan sebanyak 85 juta tenaga kerja dengan keterampilan memadai untuk menggerakkan perputaran roda ekonomi pada 2020 mendatang.

Menurut Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019, Indonesia bahkan akan membutuhkan sedikitnya 113 juta pekerja terampil pada tahun 2030.

Angka tersebut merupakan sebuah kebutuhan yang sangat tinggi jika dibandingkan ketersediaan saat ini yang hanya sebesar 55 juta orang.

Di saat yang bersamaan, Indonesia masih harus menyiasati angka pengangguran yang kian meningkat dibandingkan tahun lalu.

Dilansir dari Kompas.com, Senin (6/11/2017),  terjadi kenaikan jumlah pengangguran di Indonesia sebesar 10.000 orang menjadi 7,04 juta orang pada Agustus 2017 dari Agustus 2016 sebesar 7,03 juta orang.

Pengangguran ini sebagian disebabkan oleh ketidaksesuaian antara keterampilan yang dibutuhkan oleh pengguna jasa dengan ketersediaannya di pasar kerja.

Selain itu juga terdapat permintaan yang tinggi akan lulusan pendidikan tinggi, melampaui jumlah ketersediaannya. Sebaliknya, terdapat ketersediaan tenaga kerja lulusan sekolah menengah atas dalam jumlah berlebih, dibandingkan dengan jumlah lowongan kerja yang tersedia.

Diperlukan relevansi dan kesesuaian yang lebih baik antara pendidikan tinggi sebagai penyedia sumber daya manusia dengan dunia industri sebagai pemberi kerja.

Melahirkan tenaga kerja terampil dan berdaya

Berkaca pada masalah-masalah di atas, Indonesia memerlukan sistem pendidikan keterampilan yang ideal. Tak hanya lulusan yang hanya menguasai teori, tetapi juga lulusan yang siap bekerja sesuai dengan bidang yang ditekuni.

Pendidikan dan pelatihan vokasi disinyalir menjadi satuan pendidikan yang strategis, serta bisa menjadi harapan utama bagi tersedianya pekerja profesional Indonesia yang terampil, berkualitas dan kompetitif.

Saat ini pendidikan vokasi telah berkembang sangat pesat. Jumlah institusi pendidikan vokasi berbentuk Politeknik, baik negeri maupun swasta, telah mencapai 258, dengan jumlah mahasiswa program Diploma III sebanyak 655.098 dan program Diploma IV atau sarjana terapan sebanyak 100.014 mahasiswa.

Pendidikan yang lebih berorientasi pada pelatihan dan tugas ini memungkinkan mahasiswa lebih banyak mendemonstrasikan pengetahuannya dan melahirkan karya yang memiliki nilai ekonomi sekaligus nilai sosial yang bermanfaat bagi banyak orang.(edukasi.kompas.com)



from Siap Belajar http://ift.tt/2ClK3Nx
via IFTTT