Sabtu, 30 Desember 2017

Industri Didorong Dirikan Politeknik

Ilustrasi

KEMENTERIAN  Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi mendorong pihak industri untuk mendirikan dan mengelola politeknik secara mandiri. Pasalnya, keterlibatan langsung pihak industri dalam pendidikan vokasi akan meningkatkan relevansi kompetensi lulusan perguruan tinggi dengan kebutuhan dunia kerja dan industri.

Direktur Jenderal kelembagaan Iptek dan Dikti Kemenristekdikti Patdono Suwignjo mengatakan, saat ini, jumlah politeknik hanya 0,5 persen dari total sekitar 4.300 perguruan tinggi negeri dan swasta nasional.

Jumlah tersebut sangat tidak ideal mengingat keterampilan tenaga kerja yang dibutuhkan dunia kerja dan industri semakin spesifik.

Menurut dia, program revitalisasi pendidikan vokasi yang diusung pemerintah akan berjalan semakin cepat dan efisien jika mendapat dukungan dari pihak industri.

“Dalam rangka menyediakan tenaga kerja yang dapat langsung diserap oleh industri, setiap industri yang berencana mendirikan perguruan tinggi akan diarahkan untuk mendirikan politeknik,” kata Patdono di Kantor Kemenristekdikti, Jakarta, belum lama ini.

Ia menuturkan, di sejumlah negara maju jumlah politeknik lebih banyak atau minimal seimbang dengan jumlah perguruan tinggi umum. Ia mencontohkan, sebagai negara industri maju, hampir semua politeknik di Jerman dimiliki dan dikelola industri.

“Di Indonesia, sangat sedikit politeknik yang dimiliki oleh industri,” katanya.

Revitalisasi Politeknik

Patdono menyatakan, pada tahun ini, pemerintah mulai berusaha meningkatkan relevansi pendidikan vokasi dengan industri, yakni dengan merevitalisasi 12 politeknik. Menurut dia, program revitalisasi tersebut akan berlangsung hingga tahun anggaran 2019.

Dia menegaskan, selain membantu pemerintah meningkatkan angka partisipasi kasar, pendirian politeknik oleh industri juga akan meningkatkan serapan tenaga kerja.

Ia menjelaskan, program revitalisasi pendidikan vokasi yang dilakukan pemerintah di antaranya dengan memberi beasiswa bagi dosen untuk mengikuti pelatihan sertifikasi internasional. Kemenristekdikti juga membiayai dosen dan mahasiswa vokasi untuk mempelajari praktik industri di luar negeri.(pikiran-rakyat.com)



from Siap Belajar http://ift.tt/2Cn8RHe
via IFTTT

Tidak ada komentar:

Ilustrasi

KEMENTERIAN  Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi mendorong pihak industri untuk mendirikan dan mengelola politeknik secara mandiri. Pasalnya, keterlibatan langsung pihak industri dalam pendidikan vokasi akan meningkatkan relevansi kompetensi lulusan perguruan tinggi dengan kebutuhan dunia kerja dan industri.

Direktur Jenderal kelembagaan Iptek dan Dikti Kemenristekdikti Patdono Suwignjo mengatakan, saat ini, jumlah politeknik hanya 0,5 persen dari total sekitar 4.300 perguruan tinggi negeri dan swasta nasional.

Jumlah tersebut sangat tidak ideal mengingat keterampilan tenaga kerja yang dibutuhkan dunia kerja dan industri semakin spesifik.

Menurut dia, program revitalisasi pendidikan vokasi yang diusung pemerintah akan berjalan semakin cepat dan efisien jika mendapat dukungan dari pihak industri.

“Dalam rangka menyediakan tenaga kerja yang dapat langsung diserap oleh industri, setiap industri yang berencana mendirikan perguruan tinggi akan diarahkan untuk mendirikan politeknik,” kata Patdono di Kantor Kemenristekdikti, Jakarta, belum lama ini.

Ia menuturkan, di sejumlah negara maju jumlah politeknik lebih banyak atau minimal seimbang dengan jumlah perguruan tinggi umum. Ia mencontohkan, sebagai negara industri maju, hampir semua politeknik di Jerman dimiliki dan dikelola industri.

“Di Indonesia, sangat sedikit politeknik yang dimiliki oleh industri,” katanya.

Revitalisasi Politeknik

Patdono menyatakan, pada tahun ini, pemerintah mulai berusaha meningkatkan relevansi pendidikan vokasi dengan industri, yakni dengan merevitalisasi 12 politeknik. Menurut dia, program revitalisasi tersebut akan berlangsung hingga tahun anggaran 2019.

Dia menegaskan, selain membantu pemerintah meningkatkan angka partisipasi kasar, pendirian politeknik oleh industri juga akan meningkatkan serapan tenaga kerja.

Ia menjelaskan, program revitalisasi pendidikan vokasi yang dilakukan pemerintah di antaranya dengan memberi beasiswa bagi dosen untuk mengikuti pelatihan sertifikasi internasional. Kemenristekdikti juga membiayai dosen dan mahasiswa vokasi untuk mempelajari praktik industri di luar negeri.(pikiran-rakyat.com)



from Siap Belajar http://ift.tt/2Cn8RHe
via IFTTT