Jumat, 29 Juni 2018

78.000 Sekolah Belum Terapkan K-13

Ilustrasi Kurikulum 2013

SEMUA  sekolah pada jenjang pendidikan dasar dan menengah harus mengimplementasikan Kurikulum 2013 (K-13)pada tahun ajaran 2018-2019. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mendata, sebanyak 78.000 sekolah belum menerapkan K-13. Kendati demikian, pada tahun ini, semua sekolah tersebut akan mendapatkan pelatihan dan pendampingan tahap akhir untuk mengimplementasikan K-13.

Berdasarkan Data Pokok Pendidikan (Dapodik)di Kemendikbud, jumlah sekolah dasar dan menengah di dalam negeri sebanyak 218.456. Mendikbud Muhadjir Effendy mengatakan, mutu dan kompetensi guru menjadi ruh dalam penerapan K-13. “Guru harus bisa memberikan teladan kepada anak muridnya,” kata Muhadjir di Kantor Kemendikbud, Jakarta, Jumat, 29 Juni 2018.

Ia menjelaskan, proses kegiatan belajar mengajar jangan kaku pada ketetapan kurikulum. Menurut dia, para kepala sekolah diharapkan mampu membantu para guru memahami perannya sebagai pendidik, bukan sekadar pengajar. Dengan demikian, pembelajaran yang diterapkan di sekolah bisa lebih fleksibel. “Serta mampu memberikan ruang yang cukup untuk pengembangan siswa,” ujarnya.

K-13 merupakan bagian dari upaya Kemendikbud dalam merestorasi pendidikan nasional melalui sistem persekolahan. Muhadjir menuturkan, restorasi didukung dengan revitalisasi komite sekolah, pengaturan hari sekolah, sistem zonasi dalam Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB), penyesuaian beban kerja guru, dan penguatan peran kepala sekolah.

Ia menegaskan, pengaturan hari sekolah yang merupakan satu dari beberapa implementasi tentang program Penguatan Pendidikan Karakter sepantasnya didukung semua pihak. Pasalnya, aturan tersebut sudah dikuatkan oleh terbitnya Instruksi Presiden. “Satu sama lainnya saling berkelindan,” ujarnya.

Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah (Dirjen Dikdasmen) Kemendikbud Hamid Muhammad mengklaim, penerapan K-13 pada tahun 2018-2019 akan lebih optimal. Pasalnya, sekolah yang dua tahun lalu masih beradaptasi, sudah lebih siap karena mendapat pelatihan dan pendampingan intensif dari pemerintah. “Tahun ini semua sekolah harus menggunakan Kurikulum 2013 tanpa kecuali,” ujar Hamid.

Ia menjelaskan, pendampingan sekolah penerima bantuan akan dilaksanakan pada Agustus sampai Desember 2018. Menurut dia, pendampingan tersebut untuk memperkuat pemahaman K-13 bagi guru berikut perubahannya di lapangan. Para pendamping diharapkan dapat mencermati dengan mendalam terkait apa saja yang terjadi di kelas.

Hamid menuturkan, target dari K-13 membawa perubahan pendidikan karakter yang terintegrasi di sekolah. Baik intrakurikuler, ekstrakurikuler, maupun kokurikuler dan perubahan budaya literasi di sekolah. Ia mencontohkan, guru dapat menargetkan siswanya untuk menuntaskan 4-5 buku bacaan per tahun.

“Anak-anak jangan cuma disuruh untuk menghafal. HOTS _(higher order thinking skills)_itu bukan hanya milik anak SMA saja. Tetapi sejak dini harus diperkenalkan kepada peserta didik kita,” tutur Hamid.

Ia menyatakan, target lainnya yakni sekolah harus mampu memperkenalkan dan melatih keterampilan abad ke-21 kepada semua peserta didik. Siswa harus dilatih untuk berpikir kritis, kreatif, komunikatif, dan mampu berkolaborasi. Terkait pendampingan di daerah terdepan, tertinggal, dan terluar (3T), Hamid menyatakan Kemendikbud akan memberikan penanganan secara khusus kepada sekolah-sekolah tersebut.

“Kami, melalui LPMP (Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan) yang akan mendatangi sekolah-sekolah tersebut,” katanya.(pikiran-rakyat.com)



from Siap Belajar https://ift.tt/2ICW82p
via IFTTT

Tidak ada komentar:

Ilustrasi Kurikulum 2013

SEMUA  sekolah pada jenjang pendidikan dasar dan menengah harus mengimplementasikan Kurikulum 2013 (K-13)pada tahun ajaran 2018-2019. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mendata, sebanyak 78.000 sekolah belum menerapkan K-13. Kendati demikian, pada tahun ini, semua sekolah tersebut akan mendapatkan pelatihan dan pendampingan tahap akhir untuk mengimplementasikan K-13.

Berdasarkan Data Pokok Pendidikan (Dapodik)di Kemendikbud, jumlah sekolah dasar dan menengah di dalam negeri sebanyak 218.456. Mendikbud Muhadjir Effendy mengatakan, mutu dan kompetensi guru menjadi ruh dalam penerapan K-13. “Guru harus bisa memberikan teladan kepada anak muridnya,” kata Muhadjir di Kantor Kemendikbud, Jakarta, Jumat, 29 Juni 2018.

Ia menjelaskan, proses kegiatan belajar mengajar jangan kaku pada ketetapan kurikulum. Menurut dia, para kepala sekolah diharapkan mampu membantu para guru memahami perannya sebagai pendidik, bukan sekadar pengajar. Dengan demikian, pembelajaran yang diterapkan di sekolah bisa lebih fleksibel. “Serta mampu memberikan ruang yang cukup untuk pengembangan siswa,” ujarnya.

K-13 merupakan bagian dari upaya Kemendikbud dalam merestorasi pendidikan nasional melalui sistem persekolahan. Muhadjir menuturkan, restorasi didukung dengan revitalisasi komite sekolah, pengaturan hari sekolah, sistem zonasi dalam Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB), penyesuaian beban kerja guru, dan penguatan peran kepala sekolah.

Ia menegaskan, pengaturan hari sekolah yang merupakan satu dari beberapa implementasi tentang program Penguatan Pendidikan Karakter sepantasnya didukung semua pihak. Pasalnya, aturan tersebut sudah dikuatkan oleh terbitnya Instruksi Presiden. “Satu sama lainnya saling berkelindan,” ujarnya.

Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah (Dirjen Dikdasmen) Kemendikbud Hamid Muhammad mengklaim, penerapan K-13 pada tahun 2018-2019 akan lebih optimal. Pasalnya, sekolah yang dua tahun lalu masih beradaptasi, sudah lebih siap karena mendapat pelatihan dan pendampingan intensif dari pemerintah. “Tahun ini semua sekolah harus menggunakan Kurikulum 2013 tanpa kecuali,” ujar Hamid.

Ia menjelaskan, pendampingan sekolah penerima bantuan akan dilaksanakan pada Agustus sampai Desember 2018. Menurut dia, pendampingan tersebut untuk memperkuat pemahaman K-13 bagi guru berikut perubahannya di lapangan. Para pendamping diharapkan dapat mencermati dengan mendalam terkait apa saja yang terjadi di kelas.

Hamid menuturkan, target dari K-13 membawa perubahan pendidikan karakter yang terintegrasi di sekolah. Baik intrakurikuler, ekstrakurikuler, maupun kokurikuler dan perubahan budaya literasi di sekolah. Ia mencontohkan, guru dapat menargetkan siswanya untuk menuntaskan 4-5 buku bacaan per tahun.

“Anak-anak jangan cuma disuruh untuk menghafal. HOTS _(higher order thinking skills)_itu bukan hanya milik anak SMA saja. Tetapi sejak dini harus diperkenalkan kepada peserta didik kita,” tutur Hamid.

Ia menyatakan, target lainnya yakni sekolah harus mampu memperkenalkan dan melatih keterampilan abad ke-21 kepada semua peserta didik. Siswa harus dilatih untuk berpikir kritis, kreatif, komunikatif, dan mampu berkolaborasi. Terkait pendampingan di daerah terdepan, tertinggal, dan terluar (3T), Hamid menyatakan Kemendikbud akan memberikan penanganan secara khusus kepada sekolah-sekolah tersebut.

“Kami, melalui LPMP (Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan) yang akan mendatangi sekolah-sekolah tersebut,” katanya.(pikiran-rakyat.com)



from Siap Belajar https://ift.tt/2ICW82p
via IFTTT