Sabtu, 19 Mei 2018

Mendikbud: Literasi Penting untuk Lawan Intoleransi

Ilustrasi Para siswa siap membaca buku di tangan

MENTERI  Pendidikan dan Budaya Muhadjir Effendy menyatakan, pengawasan pada konten buku sudah dilakukan, sehingga dipastikan tidak terdapat konten mengenai radikalisme.

Hal ini menyangkut aksi teror bom bunuh diri di beberapa kota yakni Surabaya, Sidoardjo, dan Riau yang melibatkan anak-anak dalam satu keluarga.

“Buku sejak dulu juga kita awasi. Jadi di Kemendikbud, terutama buku resmi, itu di sana sudah ada tim untuk mengevaluasi tentang konten, sehingga buku-buku resmi, terutama di Kemendikbud sebelum diterbitkan sudah disaring,” jelasnya saat ditemui di Kantor Pos Indonesia Pusat, Kamis (17/05/2018).

Muhadjir mengakui, saat ini memang banyak penerbitan buku-buku yang di luar otoritas Kemedikbud dan menjadi sumber pelanggaran, juga alat penyebaran konten-konten negatif. Hal ini tentunya, bila terpantau Kemendikbud tentu akan diberikan sanksi. “Pasti ada sanksi. Biasanya penerbitnya kita sanksi,” kata dia.

Dia menyatakan, peran buku sangat penting dalam melawan inteloransi. Saat ini, penyebaran isu inteloransi menyebar luar di media sosial, sehingga penting untuk mengalihkan masyarakat untuk kembali membaca buku yang cenderung memiliki konten positif.

“Karena kalau buku ada konten negatif bisa dikontrol, tapi kalau media sosial ini kan sulit. Tidak ada pilihan lain, harus mengembalikan cara-cara belajar dan membaca yang inovatif agar masyarakat kembali kepada buku,” paparnya.

Literasi buku menurutnya harus dilakukan sejak dini, terlebih pada anak-anak, sehingga saat tumbuh dewasa mereka terbiasa dengan buku ketimbang dengan gadget. “Terutama untuk anak-anak, harus mulai dibiasakan sejak dini untuk mencintai buku, jangan mencintai gadget,” kata dia.

Dengan tingkat literasi yang rendah, hal ini berpotensi meningkatkan inteloransi yang semakin menguat. “Saya tidak bisa menyatakan tapi ada kemungkinan,” imbuhnya.

Maka aksi penggiat literasi untuk melakukan donasi buku ke seluruh Indonesia menjadi gerakannya yang penting. Gerakan literasi nasional ini sendiri sudah berlangsung sepanjang satu tahun dengan biaya kirim yang ditanggung PT Pos Indonesia di setiap tanggal 17.

“Di mana saja berada, mereka yang telah memberikan sumbangan tak ternilai harganya,” katanya.(news.okezone.com)



from Siap Belajar https://ift.tt/2IvHmPF
via IFTTT

Tidak ada komentar:

Ilustrasi Para siswa siap membaca buku di tangan

MENTERI  Pendidikan dan Budaya Muhadjir Effendy menyatakan, pengawasan pada konten buku sudah dilakukan, sehingga dipastikan tidak terdapat konten mengenai radikalisme.

Hal ini menyangkut aksi teror bom bunuh diri di beberapa kota yakni Surabaya, Sidoardjo, dan Riau yang melibatkan anak-anak dalam satu keluarga.

“Buku sejak dulu juga kita awasi. Jadi di Kemendikbud, terutama buku resmi, itu di sana sudah ada tim untuk mengevaluasi tentang konten, sehingga buku-buku resmi, terutama di Kemendikbud sebelum diterbitkan sudah disaring,” jelasnya saat ditemui di Kantor Pos Indonesia Pusat, Kamis (17/05/2018).

Muhadjir mengakui, saat ini memang banyak penerbitan buku-buku yang di luar otoritas Kemedikbud dan menjadi sumber pelanggaran, juga alat penyebaran konten-konten negatif. Hal ini tentunya, bila terpantau Kemendikbud tentu akan diberikan sanksi. “Pasti ada sanksi. Biasanya penerbitnya kita sanksi,” kata dia.

Dia menyatakan, peran buku sangat penting dalam melawan inteloransi. Saat ini, penyebaran isu inteloransi menyebar luar di media sosial, sehingga penting untuk mengalihkan masyarakat untuk kembali membaca buku yang cenderung memiliki konten positif.

“Karena kalau buku ada konten negatif bisa dikontrol, tapi kalau media sosial ini kan sulit. Tidak ada pilihan lain, harus mengembalikan cara-cara belajar dan membaca yang inovatif agar masyarakat kembali kepada buku,” paparnya.

Literasi buku menurutnya harus dilakukan sejak dini, terlebih pada anak-anak, sehingga saat tumbuh dewasa mereka terbiasa dengan buku ketimbang dengan gadget. “Terutama untuk anak-anak, harus mulai dibiasakan sejak dini untuk mencintai buku, jangan mencintai gadget,” kata dia.

Dengan tingkat literasi yang rendah, hal ini berpotensi meningkatkan inteloransi yang semakin menguat. “Saya tidak bisa menyatakan tapi ada kemungkinan,” imbuhnya.

Maka aksi penggiat literasi untuk melakukan donasi buku ke seluruh Indonesia menjadi gerakannya yang penting. Gerakan literasi nasional ini sendiri sudah berlangsung sepanjang satu tahun dengan biaya kirim yang ditanggung PT Pos Indonesia di setiap tanggal 17.

“Di mana saja berada, mereka yang telah memberikan sumbangan tak ternilai harganya,” katanya.(news.okezone.com)



from Siap Belajar https://ift.tt/2IvHmPF
via IFTTT