Senin, 07 Mei 2018

Pendidikan Tinggi Vokasi Diminta Bersinergi Majukan Bangsa

Ilustrasi

MENTERI  Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohammad Nasir menginstruksikan agar seluruh pendidikan tinggi vokasi, baik negeri maupun swasta, harus bersinergi demi memajukan bangsa. Saat ini, Kemenristekdikti sedang fokus menghilangkan dikotomi antara perguruan tinggi negeri (PTN) dan perguruan tinggi swasta (PTS).

“Bukan berarti PTS tidak lebih baik dari PTN, ada PTS yang jauh lebih maju, dan ada juga PTN yang masih tertinggal. Ini semua harus kita dorong. Yang kami inginkan adalah perguruan tinggi yang berkualitas,” kata Nasir pada Ahad (6/5).

Nasir mengatakan, pendidikan vokasi, baik PTS maupun PTN, harus mendapatkan perhatian yang sama dari pemerintah. Sebab, peningkatan mutu pendidikan vokasi akan menyokong kesiapan bangsa menghadapi persaingan global yang semakin ketat di era revolusi industri 4.0.

Sementara itu, Nasir juga mengatakan, pendidikan vokasi merupakan tempat untuk menyiapkan tenaga kerja yang profesional. Karenanya, pendikan vokasi harus dibekali dengan keahlian yang tersertifikasi.

Dengan demikian, lulusan pendidikan vokasi dapat diterima bekerja dan sesuai standar industri. “Untuk menghasilkan SDM yang terampil, selama ini kami telah dan akan terus membekali sertifikasi keahlian bagi lulusan Vokasi,” jelas Nasir.

Selain sertifikasi keahlian, Nasir juga mengungkapkan, ada tiga poin utama untuk merevitalisasi pendidikan tinggi vokasi. Pertama, menyiapkan 50 persen dosen dari industri dan 50 persen dosen dari akademik.

Kedua, dia melanjutkan, dengan adanya retooling atau retraining dosen vokasi. Terakhir, yaitu dengan implementasikan dual system 3-2-1. Artinya, dia menyebutkan, tiga semester di kelas atau teori, dua semester di Industri, dan satu semester mengerjakan tugas akhir. (republika.co.id)



from Siap Belajar https://ift.tt/2HUPlpl
via IFTTT

Tidak ada komentar:

Ilustrasi

MENTERI  Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohammad Nasir menginstruksikan agar seluruh pendidikan tinggi vokasi, baik negeri maupun swasta, harus bersinergi demi memajukan bangsa. Saat ini, Kemenristekdikti sedang fokus menghilangkan dikotomi antara perguruan tinggi negeri (PTN) dan perguruan tinggi swasta (PTS).

“Bukan berarti PTS tidak lebih baik dari PTN, ada PTS yang jauh lebih maju, dan ada juga PTN yang masih tertinggal. Ini semua harus kita dorong. Yang kami inginkan adalah perguruan tinggi yang berkualitas,” kata Nasir pada Ahad (6/5).

Nasir mengatakan, pendidikan vokasi, baik PTS maupun PTN, harus mendapatkan perhatian yang sama dari pemerintah. Sebab, peningkatan mutu pendidikan vokasi akan menyokong kesiapan bangsa menghadapi persaingan global yang semakin ketat di era revolusi industri 4.0.

Sementara itu, Nasir juga mengatakan, pendidikan vokasi merupakan tempat untuk menyiapkan tenaga kerja yang profesional. Karenanya, pendikan vokasi harus dibekali dengan keahlian yang tersertifikasi.

Dengan demikian, lulusan pendidikan vokasi dapat diterima bekerja dan sesuai standar industri. “Untuk menghasilkan SDM yang terampil, selama ini kami telah dan akan terus membekali sertifikasi keahlian bagi lulusan Vokasi,” jelas Nasir.

Selain sertifikasi keahlian, Nasir juga mengungkapkan, ada tiga poin utama untuk merevitalisasi pendidikan tinggi vokasi. Pertama, menyiapkan 50 persen dosen dari industri dan 50 persen dosen dari akademik.

Kedua, dia melanjutkan, dengan adanya retooling atau retraining dosen vokasi. Terakhir, yaitu dengan implementasikan dual system 3-2-1. Artinya, dia menyebutkan, tiga semester di kelas atau teori, dua semester di Industri, dan satu semester mengerjakan tugas akhir. (republika.co.id)



from Siap Belajar https://ift.tt/2HUPlpl
via IFTTT