Minggu, 14 Januari 2018

Nilai USBN dan UN Tak Dipakai untuk SNMPTN dan SBMPTN

NILAI hasil ujian sekolah berstandar nasional (USBN) dan ujian nasional (UN) tidak akan dipakai untuk penerimaan seleksi nasional masuk perguruan tinggi negeri (SNMPTN) dan seleksi bersama masuk perguruan tinggi negeri (SBMPTN). Panitia pusat hanya akan merujuk pada nilai dari pangkalan data sekolah dan siswa untuk merekrut mahasiswa dari jalur SNMPTN dan menggunakan nilai ujian berbasis komputer dan cetak yang digelar kampus untuk jalur SBMPTN.

Ketua Panitia Pusat SNMPTN/SBMPTN 2018 Ravik Karsidi menyatakan, ketidaksesuaian jadwal pengumuman antara nilai UN/USBN dan SNMPTN/SBMPTNmenjadi alasan mengapa kedua program dari pemerintah tersebut tidak saling terkait. Menurut dia, nilai UN/USBN bisa dipakai untuk seleksi jalur mandiri.

“Tapi itu juga tergantung masing-masing rektor,” ujar Ravik dalam Peluncuran SNMPTN/SBMPTN 2018 di Kantor Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi, Jakarta, Jumat 12 Januari 2018.

Tahun lalu, nilai UN/USBN masih menjadi salah satu rujukan untuk SNMPTN/SBMPTN. Kendati demikian, kontribusinya tidak terlalu besar terhadap proses penentuan kelulusan seleksi. Nilai UN/USBN hanya menjadi variabel terakhir dengan kontribusi tak kurang dari 10 persen.

“Jadi tahun ini, sesuai kesepakatan Menristekdikti dan Mendikbud, kedua program ini tidak saling tergantung dan berkaitan,” katanya.

Terakhir

Ravik menuturkan, Kemenristekdikti dan panitia pusat sedang merintis program test centre (pusat ujian) untuk diterapkan dalam seleksi calon mahasiswa 2019-2020. Jika berhasil dan berjalan lancar, jalur SBMPTN akan dihapus. Dengan demikian, SBMPTN 2018 akan menjadi yang terakhir.

“Tapi jalur SNMPTN untuk tahun depan tetap ada,” katanya.

Menristekdikti Mohamad Nasir menjelaskan, pusat ujian diproyeksikan untuk mengganti jalur SBMPTN yang setiap tahun selalu menimbulkan masalah. Menurut dia, pusat ujian akan mirip seperti tes TOEFL atau tes bahasa lainnya yang dibuka sepanjang tahun.

“SBMPTN ini karena tesnya masih sering tertulis, maka risiko kebocoran soal terus ada. Dan mata uji yang diujikan itu belum tentu menjamin pas dengan potensi anak,” katanya.

Ia mengatakan, mata uji yang diujikan pada pusat ujian lebih untuk menggali potensi akademik calon mahasiswa. “Yang kami lihat adalah potensi, kemampuan seseorang. Contoh dulu ada tes potensial kemampuan akademik, kemampuan logikanya seperti apa, nanti saya maunya seperti itu. Kalau sekarang kan SBMPTN tes matematika, biologi dan lain-lain. Ke depannya tes center ini bisa dimanfaatkan untuk seleksi lain juga. Tahun depan harapan saya jadi hanya ada SNMPTN. Karena itu penulusuran minat dan prestasi,” ujarnya.

Alokasi kuota

Alokasi kuota untuk SNMPTN/SBMPTN 2018 sama dengan tahun lalu, yakni 30:30:30. Artinya, setiap PTN harus menyediakan minimal 30% kuota untuk SNMPTN, 30% untuk SBMPTN, dan maksimal 30% untuk seleksi mandiri. Kuota 10% yang tersisa bisa dipakai untuk SNMPTN atau SBMPTN, tidak ditambahkan pada kuota seleksi mandiri.

“Pembukaan PDSS sudah dimulai dari besok (hari ini) dan saya berharap tidak ada kepala sekolah yang memasukan data palsu,” katanya.(pikiran-rakyat.com)



from Siap Belajar http://ift.tt/2Dd4Dmb
via IFTTT

Tidak ada komentar:

NILAI hasil ujian sekolah berstandar nasional (USBN) dan ujian nasional (UN) tidak akan dipakai untuk penerimaan seleksi nasional masuk perguruan tinggi negeri (SNMPTN) dan seleksi bersama masuk perguruan tinggi negeri (SBMPTN). Panitia pusat hanya akan merujuk pada nilai dari pangkalan data sekolah dan siswa untuk merekrut mahasiswa dari jalur SNMPTN dan menggunakan nilai ujian berbasis komputer dan cetak yang digelar kampus untuk jalur SBMPTN.

Ketua Panitia Pusat SNMPTN/SBMPTN 2018 Ravik Karsidi menyatakan, ketidaksesuaian jadwal pengumuman antara nilai UN/USBN dan SNMPTN/SBMPTNmenjadi alasan mengapa kedua program dari pemerintah tersebut tidak saling terkait. Menurut dia, nilai UN/USBN bisa dipakai untuk seleksi jalur mandiri.

“Tapi itu juga tergantung masing-masing rektor,” ujar Ravik dalam Peluncuran SNMPTN/SBMPTN 2018 di Kantor Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi, Jakarta, Jumat 12 Januari 2018.

Tahun lalu, nilai UN/USBN masih menjadi salah satu rujukan untuk SNMPTN/SBMPTN. Kendati demikian, kontribusinya tidak terlalu besar terhadap proses penentuan kelulusan seleksi. Nilai UN/USBN hanya menjadi variabel terakhir dengan kontribusi tak kurang dari 10 persen.

“Jadi tahun ini, sesuai kesepakatan Menristekdikti dan Mendikbud, kedua program ini tidak saling tergantung dan berkaitan,” katanya.

Terakhir

Ravik menuturkan, Kemenristekdikti dan panitia pusat sedang merintis program test centre (pusat ujian) untuk diterapkan dalam seleksi calon mahasiswa 2019-2020. Jika berhasil dan berjalan lancar, jalur SBMPTN akan dihapus. Dengan demikian, SBMPTN 2018 akan menjadi yang terakhir.

“Tapi jalur SNMPTN untuk tahun depan tetap ada,” katanya.

Menristekdikti Mohamad Nasir menjelaskan, pusat ujian diproyeksikan untuk mengganti jalur SBMPTN yang setiap tahun selalu menimbulkan masalah. Menurut dia, pusat ujian akan mirip seperti tes TOEFL atau tes bahasa lainnya yang dibuka sepanjang tahun.

“SBMPTN ini karena tesnya masih sering tertulis, maka risiko kebocoran soal terus ada. Dan mata uji yang diujikan itu belum tentu menjamin pas dengan potensi anak,” katanya.

Ia mengatakan, mata uji yang diujikan pada pusat ujian lebih untuk menggali potensi akademik calon mahasiswa. “Yang kami lihat adalah potensi, kemampuan seseorang. Contoh dulu ada tes potensial kemampuan akademik, kemampuan logikanya seperti apa, nanti saya maunya seperti itu. Kalau sekarang kan SBMPTN tes matematika, biologi dan lain-lain. Ke depannya tes center ini bisa dimanfaatkan untuk seleksi lain juga. Tahun depan harapan saya jadi hanya ada SNMPTN. Karena itu penulusuran minat dan prestasi,” ujarnya.

Alokasi kuota

Alokasi kuota untuk SNMPTN/SBMPTN 2018 sama dengan tahun lalu, yakni 30:30:30. Artinya, setiap PTN harus menyediakan minimal 30% kuota untuk SNMPTN, 30% untuk SBMPTN, dan maksimal 30% untuk seleksi mandiri. Kuota 10% yang tersisa bisa dipakai untuk SNMPTN atau SBMPTN, tidak ditambahkan pada kuota seleksi mandiri.

“Pembukaan PDSS sudah dimulai dari besok (hari ini) dan saya berharap tidak ada kepala sekolah yang memasukan data palsu,” katanya.(pikiran-rakyat.com)



from Siap Belajar http://ift.tt/2Dd4Dmb
via IFTTT