Sabtu, 06 Oktober 2018

Kampus Guru Cikal selenggarakan Temu Pendidik Nusantara 2018

 

Ilustrasi

KAMPUS Guru Cikal menyelenggarakan Temu Pendidik Nusantara (TPN) 2018 untuk memperingati Hari Guru Internasional. Kegiatan temu pendidik nasional ini merupakan kali kelima dilaksanakan sejak tahun 2013 dan di tahun ini mengangkat tema Memanusiakan Hubungan, Mengembangkan Belajar Berkelanjutan.

Temu pendidik nusantara ini merupakan kulminasi atau puncak tertinggi dari temu pendidik daerah. Sedangkan sebelumnya komunitas guru belajar telah melakukan kegiatan sepanjang tahun yang digerakkan oleh guru-guru di 148 daerah di Indonesia.

Temu pendidik nusantara ini memiliki konsep di mana guru memiliki kesempatan untuk belajar. Tentu saja kegiatan ini pada awalnya mendapatkan kontra karena sebagian guru memiliki stereotip bahwa belajar hanya berlaku kepada siswa dan guru sebagai mediator yang akan menyampaikan ilmu ke siswa atau yang mengajar.

Meskipun begitu Ela panggilan dari Najeela mengatakan bahwa selama hampir lima tahun ini pemahaman tentang guru juga seharusnya belajar dapat diterima dengan baik terbukti dengan komunitas guru belajar yang semakin tumbuh di banyak daerah. Ela juga menyebutkan tidak banyak perbedaan dari temu pendidik nusantara ini dengan yang sebelum-sebelumnya.

“Khusus untuk tahun ini perbedaan utamanya lebih ke topik yang diangkat, yang kami angkat tahun ini memanusiakan hubungan,” kata Ela.

Oleh sebab itu pada tahun ini bukan hanya Kampus Guru Cikal atau Komunitas Guru Belajar yang banyak berbagi tapi juga guru-guru, orang tua murid, dan siswa. Karena Ela meyakini bahwa pendidikan itu tentunya berbicara kepada hubungan.

“Yang namanya edukasi itu intinya adalah relasi dan interaksi antar manusia. Nah, yang bikin susah perubahan pendidikan karena sebetulnya hubungannya kompleks banget,” kata Ela lagi.

Tentunya hal itu tidak lari dari stereotip masyarakat menjadi guru sangat susah karena tidak hanya membangun relasi dan komunikasi dengan siswa tapi dengan orang tua siswa dan dengan orang luar di dalam ekosistem pendidikan yang ada. Untuk itu dengan adanya temu pendidik nusantara dengan tema memanusiakan hubungan ini diharapkan bahwa perubahan pendidikan itu bisa dilakukan tidak hanya dari sudut kebijakan ataupun sudut konsep pengembangan guru.

Tuti seorang guru SMK berasal dari Sumatera Barat yang memiliki kesempatan untuk berbagi cerita pun mengatakan bahwa menjadi guru bukanlah hal yang mudah. Ia menganggap bahwa murid adalah cerminan diri guru saat berinteraksi.

“Kalau kita guru keberhasilan kita itu karena hasil interaksi dengan murid,” tutur Tuti.

Bagi Tuti siswa adalah benda hidup yang dititipkan orang tua dan hal itu yang memberatkan seorang guru apabila tidak mengajar dan mengayomi siswa dengan benar.  Apalagi di zaman yang berbeda, di mana siswa memiliki sudut pandang di luar kotak yang bisa jadi pemikirannya bukanlah hal yang dianggap guru atau orang dewasa manapun bisa untuk dibenarkan.

“Memahami dia dulu, jadi hubungannya adalah saya masuk dunia dia, kita harus tahu mau dia apa terus kita masukkan gaya kita. Kalau sebenarnya berat karena tantangan ke depannya, namun kalau kita enjoy akhirnya yang berat menjadi mudah di antara mereka,” ujar Tuti.

Selain itu hal tersebut membenarkan bahwa siswa juga tidak sepenuhnya bisa belajar dengan gaya guru mengajar di dalam kelas dengan ketat, tentunya belajar sambil bermain dapat membuat siswa lebih santai dan mampu menerima pelajaran dan itulah esensi dari memanusiakan hubungan.

Temu pendidik nusantara dengan tema memanusiakan hubungan ini juga berangkat dari isu kegawatdaruratan pendidikan di Indonesia. Yang mana begitu banyak kasus kekerasan murid kepada guru, guru kepada murid, murid dengan murid dan tidak jarang ada yang orang tua kepada guru. Dari semua itu Ela mengatakan bahwa memanusiakan hubungan itu penting karena pendidikan tentang manusia.

“Pendidikan tentang manusia bukan tentang sarana prasarana atau fasilitas,” tutur Ela.

Kemudian temu pendidik nusantara ini akan menghadirkan 170 kelas dengan 1000 peserta yakni guru yang berasal dari 101 daerah. Di temu pendidik nusantara ini peserta juga bebas memilih kelas mana yang akan diikuti selama kegiatan berlangsung. Kegiatan Temu Pendidik Nasional ini akan digelar selama tiga hari dimulai 5 Oktober sampai 7 Oktober.(republika.co.id)



from Siap Belajar https://ift.tt/2PcGoqO
via IFTTT

Tidak ada komentar:

 

Ilustrasi

KAMPUS Guru Cikal menyelenggarakan Temu Pendidik Nusantara (TPN) 2018 untuk memperingati Hari Guru Internasional. Kegiatan temu pendidik nasional ini merupakan kali kelima dilaksanakan sejak tahun 2013 dan di tahun ini mengangkat tema Memanusiakan Hubungan, Mengembangkan Belajar Berkelanjutan.

Temu pendidik nusantara ini merupakan kulminasi atau puncak tertinggi dari temu pendidik daerah. Sedangkan sebelumnya komunitas guru belajar telah melakukan kegiatan sepanjang tahun yang digerakkan oleh guru-guru di 148 daerah di Indonesia.

Temu pendidik nusantara ini memiliki konsep di mana guru memiliki kesempatan untuk belajar. Tentu saja kegiatan ini pada awalnya mendapatkan kontra karena sebagian guru memiliki stereotip bahwa belajar hanya berlaku kepada siswa dan guru sebagai mediator yang akan menyampaikan ilmu ke siswa atau yang mengajar.

Meskipun begitu Ela panggilan dari Najeela mengatakan bahwa selama hampir lima tahun ini pemahaman tentang guru juga seharusnya belajar dapat diterima dengan baik terbukti dengan komunitas guru belajar yang semakin tumbuh di banyak daerah. Ela juga menyebutkan tidak banyak perbedaan dari temu pendidik nusantara ini dengan yang sebelum-sebelumnya.

“Khusus untuk tahun ini perbedaan utamanya lebih ke topik yang diangkat, yang kami angkat tahun ini memanusiakan hubungan,” kata Ela.

Oleh sebab itu pada tahun ini bukan hanya Kampus Guru Cikal atau Komunitas Guru Belajar yang banyak berbagi tapi juga guru-guru, orang tua murid, dan siswa. Karena Ela meyakini bahwa pendidikan itu tentunya berbicara kepada hubungan.

“Yang namanya edukasi itu intinya adalah relasi dan interaksi antar manusia. Nah, yang bikin susah perubahan pendidikan karena sebetulnya hubungannya kompleks banget,” kata Ela lagi.

Tentunya hal itu tidak lari dari stereotip masyarakat menjadi guru sangat susah karena tidak hanya membangun relasi dan komunikasi dengan siswa tapi dengan orang tua siswa dan dengan orang luar di dalam ekosistem pendidikan yang ada. Untuk itu dengan adanya temu pendidik nusantara dengan tema memanusiakan hubungan ini diharapkan bahwa perubahan pendidikan itu bisa dilakukan tidak hanya dari sudut kebijakan ataupun sudut konsep pengembangan guru.

Tuti seorang guru SMK berasal dari Sumatera Barat yang memiliki kesempatan untuk berbagi cerita pun mengatakan bahwa menjadi guru bukanlah hal yang mudah. Ia menganggap bahwa murid adalah cerminan diri guru saat berinteraksi.

“Kalau kita guru keberhasilan kita itu karena hasil interaksi dengan murid,” tutur Tuti.

Bagi Tuti siswa adalah benda hidup yang dititipkan orang tua dan hal itu yang memberatkan seorang guru apabila tidak mengajar dan mengayomi siswa dengan benar.  Apalagi di zaman yang berbeda, di mana siswa memiliki sudut pandang di luar kotak yang bisa jadi pemikirannya bukanlah hal yang dianggap guru atau orang dewasa manapun bisa untuk dibenarkan.

“Memahami dia dulu, jadi hubungannya adalah saya masuk dunia dia, kita harus tahu mau dia apa terus kita masukkan gaya kita. Kalau sebenarnya berat karena tantangan ke depannya, namun kalau kita enjoy akhirnya yang berat menjadi mudah di antara mereka,” ujar Tuti.

Selain itu hal tersebut membenarkan bahwa siswa juga tidak sepenuhnya bisa belajar dengan gaya guru mengajar di dalam kelas dengan ketat, tentunya belajar sambil bermain dapat membuat siswa lebih santai dan mampu menerima pelajaran dan itulah esensi dari memanusiakan hubungan.

Temu pendidik nusantara dengan tema memanusiakan hubungan ini juga berangkat dari isu kegawatdaruratan pendidikan di Indonesia. Yang mana begitu banyak kasus kekerasan murid kepada guru, guru kepada murid, murid dengan murid dan tidak jarang ada yang orang tua kepada guru. Dari semua itu Ela mengatakan bahwa memanusiakan hubungan itu penting karena pendidikan tentang manusia.

“Pendidikan tentang manusia bukan tentang sarana prasarana atau fasilitas,” tutur Ela.

Kemudian temu pendidik nusantara ini akan menghadirkan 170 kelas dengan 1000 peserta yakni guru yang berasal dari 101 daerah. Di temu pendidik nusantara ini peserta juga bebas memilih kelas mana yang akan diikuti selama kegiatan berlangsung. Kegiatan Temu Pendidik Nasional ini akan digelar selama tiga hari dimulai 5 Oktober sampai 7 Oktober.(republika.co.id)



from Siap Belajar https://ift.tt/2PcGoqO
via IFTTT