Selasa, 11 September 2018

Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Dikejar Arus Digital

Siswa ABK unjuk kemampuan di Gebyar dan Lomba Keberbakatan PKLK Dikdas 2014.(antaranews.com)

PEMBERI layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus dan anak dengan kecerdasan istimewa diminta untuk tidak gaptek alias gagap teknologi. Perkembangan era digital dan derasnya arus teknologi informasi membuat penyelenggara pendidikan inklusif ini untuk bisa mengikuti tren yang ada.

Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Univeristas Negeri Padang (FIP UNP), Alwen Bentri, menyebutkan bahwa dampak nyata dari lompatan kemajuan di bidang teknologi informasi ini telah memicu penyelenggara pendidikan inklusi untuk berbenah diri. Menurutnya, pembelajaran bagi peserta didik berkebutuhan khusus kini harus lebih banyak memanfaatkan perkembangan teknologi yang ada. Pendidikan inklusif yang selaras dengan era digitalisasi diharapkan mampu membekali peserta didik berkebutuhan khusus dengan untuk bisa berinteraksi dengan baik di tengah masyarakat.

“Isu teknologi informasi ini menjadi fokus kami di kalangan pendidikan inklusif. Pendidikan inklusif ini harus mengakomodir semu peserta didik, sekaligus mengikuti perkembangan tekonologi,” kata Alwen dalam Internasional Conference on Social Education and Soscial Inclusi (ICSESI) bertajuk Improving Special Education Quality and Social Inclusion At Digital Era, Selasa (11/9).

Sementara itu, Ketua Jurusan Pendidikan Luar Biasa (PLB) FIP UNP Marlina Muluk juga menambahkan, penyelenggara pendidikan bagi anak berkubutuhan khusus perlu saling berbagai pengalaman dalam memberikan pendidikan inklusif ini. Menurutnya, kemajuan teknologi informasi perlu disikapi dengan bijak, sekaligus mendorong pemberian pendidikan bagi anak-anak berkebutuhan khusus tanpa kecuali.

“Kami melihat, mewadahi, dan menghimpun berbagai pemikiran penyelenggara pendidikan inklusif perlu dilakukan untuk mengakomodasi semua peserta didik tanpa terkecuali,” katanya.

Salah satu langkah yang dilakukan PLB FIP UNP adalah menyelenggarakan konferensi internasional, yang menghadirkan pembicara dari berbagai macam negara seperti (Assoc) Prof David Evans dari The University of Sydney), Kanokporn Vibulpatanavong, Ph.D dari Srinakharinwirot University di Thailand, (Assoc) Prof Mohd Hanafi, Ph.D dan Prof Dr Mega Iswari dari UNP.

Ketua pelaksana konferensi, Mega Iswari menyebutkan bahwa sekolah-sekolah khusus membutuhkan uluran tangan dan konferensi ini diharapkan menciptakan ide-ide baru yang bermanfaat bagi anak berkebutuhan khusus.

“Kegiatan ini diharapkan dapat menciptakan ide-ide baru bagi anak-anak berkebutuhan khusus,” ujar Mega.(republika.co.id)



from Siap Belajar https://ift.tt/2CMIJHd
via IFTTT

Tidak ada komentar:

Siswa ABK unjuk kemampuan di Gebyar dan Lomba Keberbakatan PKLK Dikdas 2014.(antaranews.com)

PEMBERI layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus dan anak dengan kecerdasan istimewa diminta untuk tidak gaptek alias gagap teknologi. Perkembangan era digital dan derasnya arus teknologi informasi membuat penyelenggara pendidikan inklusif ini untuk bisa mengikuti tren yang ada.

Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Univeristas Negeri Padang (FIP UNP), Alwen Bentri, menyebutkan bahwa dampak nyata dari lompatan kemajuan di bidang teknologi informasi ini telah memicu penyelenggara pendidikan inklusi untuk berbenah diri. Menurutnya, pembelajaran bagi peserta didik berkebutuhan khusus kini harus lebih banyak memanfaatkan perkembangan teknologi yang ada. Pendidikan inklusif yang selaras dengan era digitalisasi diharapkan mampu membekali peserta didik berkebutuhan khusus dengan untuk bisa berinteraksi dengan baik di tengah masyarakat.

“Isu teknologi informasi ini menjadi fokus kami di kalangan pendidikan inklusif. Pendidikan inklusif ini harus mengakomodir semu peserta didik, sekaligus mengikuti perkembangan tekonologi,” kata Alwen dalam Internasional Conference on Social Education and Soscial Inclusi (ICSESI) bertajuk Improving Special Education Quality and Social Inclusion At Digital Era, Selasa (11/9).

Sementara itu, Ketua Jurusan Pendidikan Luar Biasa (PLB) FIP UNP Marlina Muluk juga menambahkan, penyelenggara pendidikan bagi anak berkubutuhan khusus perlu saling berbagai pengalaman dalam memberikan pendidikan inklusif ini. Menurutnya, kemajuan teknologi informasi perlu disikapi dengan bijak, sekaligus mendorong pemberian pendidikan bagi anak-anak berkebutuhan khusus tanpa kecuali.

“Kami melihat, mewadahi, dan menghimpun berbagai pemikiran penyelenggara pendidikan inklusif perlu dilakukan untuk mengakomodasi semua peserta didik tanpa terkecuali,” katanya.

Salah satu langkah yang dilakukan PLB FIP UNP adalah menyelenggarakan konferensi internasional, yang menghadirkan pembicara dari berbagai macam negara seperti (Assoc) Prof David Evans dari The University of Sydney), Kanokporn Vibulpatanavong, Ph.D dari Srinakharinwirot University di Thailand, (Assoc) Prof Mohd Hanafi, Ph.D dan Prof Dr Mega Iswari dari UNP.

Ketua pelaksana konferensi, Mega Iswari menyebutkan bahwa sekolah-sekolah khusus membutuhkan uluran tangan dan konferensi ini diharapkan menciptakan ide-ide baru yang bermanfaat bagi anak berkebutuhan khusus.

“Kegiatan ini diharapkan dapat menciptakan ide-ide baru bagi anak-anak berkebutuhan khusus,” ujar Mega.(republika.co.id)



from Siap Belajar https://ift.tt/2CMIJHd
via IFTTT