Rabu, 11 Juli 2018

Penguatan Pendidikan Karakter Harus Lewat Keteladanan

Ilustrasi (syahsmkn2tb.wordpress.com)

PENDIDIKAN  karakter sudah digaungkan Presiden Joko Widodo sejak awal kepemimpinannya. Tapi, alih-alih memberikan teladan, sebagian besar masyarakat masih merasa pendidikan karakter cukup dilakukan lewat ceramah.

Hal itu sedikit banyak membuat pendidikan karakter belum terlaksana sempurna. Salah kaprah pendidikan karakter, besar atau kecil tentu berimplikasi kepada masih jauhnya Revolusi Mental yang menjadi tujuan pendidikan karakter.

Untuk itu, jelas diperlukan penguatan dari pendidikan karakter yang sampai saat ini didegungkan. Termasuk, melalui guru-guru bimbingan konseling atau BK yang menjadi titik vital perubahan generasi muda, terutama kepada siswa-siswa.

Plt Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Kemendikbud, Hamid Muhammad, menekankan guru-guru BK akan terus didorong mengoptimalkan peran. Terutama, di bidang-bidang yang telah dirumuskan di Permendikbud Nomor 111 Tahun 2014.

Ia merasa, dorongan itu sekaligus bertujuan menghapus stigma yang selama ini menempel atau ditempelkan kepada guru-guru BK. Yaitu, sebagai petugas yang menangani anak-anak bermasalah.

Penguatan pendidikan karakter contohnya, yang selama ini menempatkan guru-guru BK setelah penyimpangan-penyimpangan anak terjadi. Padahal, peran itu harusnya bersifat preventif, pencegahan, dan pengarah potensi-potensi anak.

“Penguatan pendidikan karakter bukan diajarkan saja, diartikan, dibiasakan, didisiplinkan, dan budayakan, kalau hanya diajarkan itu akan jadi pengetahuan karakter, bukan pendidikan karakter,” kata Hamid, di Grand Keisha Hotel, Rabu (11/7).

Itu diungkapkan Hamid usai memberikan arahan dalam Rakernas Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia (Abkin). Karenanya, ia mengakui Kemendikbud sampai saat ini terus meminta sekolah-sekolah mengubah pola pikir itu.

Kemendikbud, lanjut Hamid, meminta sekolah-sekolah tidak cuma memberikan penguatan pendidikan karakter melalui ceramah-ceramah. Tapi, membudayakannya melalui teladan-teladan. “Jadi pendidikan karakter itu melalui keteladanan, bukan suruhan-suruhan,” ujar Hamid.

Untuk itu, ia merasa guru-guru Bimbingan Konseling (BK) memiliki posisi vital dalam penguatan pendidikan karakter. Hamid berharap, ke depan peran-peran itu lebih dioptimalkan, terutama dalam penguatan pendidikan karakter di sekolah-sekolah.(republika.co.id)



from Siap Belajar https://ift.tt/2L6KVsR
via IFTTT

Tidak ada komentar:

Ilustrasi (syahsmkn2tb.wordpress.com)

PENDIDIKAN  karakter sudah digaungkan Presiden Joko Widodo sejak awal kepemimpinannya. Tapi, alih-alih memberikan teladan, sebagian besar masyarakat masih merasa pendidikan karakter cukup dilakukan lewat ceramah.

Hal itu sedikit banyak membuat pendidikan karakter belum terlaksana sempurna. Salah kaprah pendidikan karakter, besar atau kecil tentu berimplikasi kepada masih jauhnya Revolusi Mental yang menjadi tujuan pendidikan karakter.

Untuk itu, jelas diperlukan penguatan dari pendidikan karakter yang sampai saat ini didegungkan. Termasuk, melalui guru-guru bimbingan konseling atau BK yang menjadi titik vital perubahan generasi muda, terutama kepada siswa-siswa.

Plt Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Kemendikbud, Hamid Muhammad, menekankan guru-guru BK akan terus didorong mengoptimalkan peran. Terutama, di bidang-bidang yang telah dirumuskan di Permendikbud Nomor 111 Tahun 2014.

Ia merasa, dorongan itu sekaligus bertujuan menghapus stigma yang selama ini menempel atau ditempelkan kepada guru-guru BK. Yaitu, sebagai petugas yang menangani anak-anak bermasalah.

Penguatan pendidikan karakter contohnya, yang selama ini menempatkan guru-guru BK setelah penyimpangan-penyimpangan anak terjadi. Padahal, peran itu harusnya bersifat preventif, pencegahan, dan pengarah potensi-potensi anak.

“Penguatan pendidikan karakter bukan diajarkan saja, diartikan, dibiasakan, didisiplinkan, dan budayakan, kalau hanya diajarkan itu akan jadi pengetahuan karakter, bukan pendidikan karakter,” kata Hamid, di Grand Keisha Hotel, Rabu (11/7).

Itu diungkapkan Hamid usai memberikan arahan dalam Rakernas Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia (Abkin). Karenanya, ia mengakui Kemendikbud sampai saat ini terus meminta sekolah-sekolah mengubah pola pikir itu.

Kemendikbud, lanjut Hamid, meminta sekolah-sekolah tidak cuma memberikan penguatan pendidikan karakter melalui ceramah-ceramah. Tapi, membudayakannya melalui teladan-teladan. “Jadi pendidikan karakter itu melalui keteladanan, bukan suruhan-suruhan,” ujar Hamid.

Untuk itu, ia merasa guru-guru Bimbingan Konseling (BK) memiliki posisi vital dalam penguatan pendidikan karakter. Hamid berharap, ke depan peran-peran itu lebih dioptimalkan, terutama dalam penguatan pendidikan karakter di sekolah-sekolah.(republika.co.id)



from Siap Belajar https://ift.tt/2L6KVsR
via IFTTT