Sabtu, 21 Juli 2018

UPI dan Unsyiah Berkolaborasi Optimalkan Pendidikan Saintek

Ilustrasi (news.okezone.com)

SEJAK  berpartisipasi dalam survei international bertajuk Programme for International Student Assessment (PISA), Indonesia ternyata menunjukkan pencapaian yang tidak memuaskan dalam bidang STEM (Science, Technology, Engineering, and Mathematics). Pada tahun 2015, Indonesia menduduki peringkat ke-63 untuk matematika dan peringkat ke-62 untuk sains dari 70 negara peserta PISA.

Penelitian terakhir yang dilakukan lewat Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS) menunjukkan bahwa kemampuan siswa Indonesia untuk menerapkan dan bernalar dalam sains dan matematika tenryata berada di bawah rata-rata kemampuan siswa dari negara-negara peserta TIMMS lainnya.

Salah satu kemungkinan penyebabnya adalah pendekatan pembelajaran di Indonesia jarang ditujukan untuk mendorong siswa mengembangkan keterampilan berpikir kritis mereka.

Demikian yang terungkap dalam  forum group discussions (FGD) tentang implementasi STEM education dan kolaborasi penelitian FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia(UPI) dan Pusat Studi STEM Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) Banda Aceh. FGD digelar di Kampus UPI Jalan Setiabudhi, Kota Bandung, Kamis 19 Juli 2018.

Acara itu digelar sebagai upaya untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan guru dalam bidang STEM, baik dari sisi konten maupun pedagogik. Sejumlah dosen dari UPI dan Unsyiah terlibat dalam diskusi tersebut. Hadir pula David T Brookes from California State University.

Sebagai upaya pemantauan, juga dilakukan kegiatan di SMP 8 Muhammadiyah Kota Bandung, Jumat 20 Juli 2018 ini.

Optimalisasi Kurikulum 2013

Dalam diskusi itu terungkap, latar belakang terbitnya Kurikulum 2013 pada tahun 2013 di Indonesia sebenarnya merupakan salah satu upaya untuk mengedepankan pentingnya pemikiran yang kritis. Selain itu, Kurikulum 2013 mendorong diterapkannya pendekatan ilmiah sebagai dasar dalam metodologi pembelajaran yang terdiri dari 5 langkah, yaitu: obsevasi, tanya jawab, percobaan, rasionalisasi, dan komunikasi. Selain itu, pembelajaran juga dirancang agar menyenangkan bagi siswa (learning is fun).

Pemerintah Indonesia kemudian mengucurkan dana yang besar untuk pelatihan K-13 kepada guru-guru. Namun, Kurikulum 2013 mengalami banyak kendala dalam pelaksanaannya, salah satunya adalah ketidaksiapan para guru untuk menerapkannya.

Guru-guru di Indonesia belum mempunyai pengetahuan konten pedagogik yang cukup untuk menggabungkan pendekan ilmiah dalam proses pembelajaran. Forum diskusi berkelompok itu bertujuan untuk mendiskusikan STEM Education sebagai salah satu alternatif pembelajaran sains untuk meningkatkan kemampuan abad ke-21.

Hasil dari diskusi itu salah satunya merumuskan rancangan kegiatan kolaborasi penelitian UPI dan Unsyiah dalam mengembangkan STEM Education di Indonesia.(pikiran-rakyat.com)



from Siap Belajar https://ift.tt/2NutTFG
via IFTTT

Tidak ada komentar:

Ilustrasi (news.okezone.com)

SEJAK  berpartisipasi dalam survei international bertajuk Programme for International Student Assessment (PISA), Indonesia ternyata menunjukkan pencapaian yang tidak memuaskan dalam bidang STEM (Science, Technology, Engineering, and Mathematics). Pada tahun 2015, Indonesia menduduki peringkat ke-63 untuk matematika dan peringkat ke-62 untuk sains dari 70 negara peserta PISA.

Penelitian terakhir yang dilakukan lewat Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS) menunjukkan bahwa kemampuan siswa Indonesia untuk menerapkan dan bernalar dalam sains dan matematika tenryata berada di bawah rata-rata kemampuan siswa dari negara-negara peserta TIMMS lainnya.

Salah satu kemungkinan penyebabnya adalah pendekatan pembelajaran di Indonesia jarang ditujukan untuk mendorong siswa mengembangkan keterampilan berpikir kritis mereka.

Demikian yang terungkap dalam  forum group discussions (FGD) tentang implementasi STEM education dan kolaborasi penelitian FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia(UPI) dan Pusat Studi STEM Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) Banda Aceh. FGD digelar di Kampus UPI Jalan Setiabudhi, Kota Bandung, Kamis 19 Juli 2018.

Acara itu digelar sebagai upaya untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan guru dalam bidang STEM, baik dari sisi konten maupun pedagogik. Sejumlah dosen dari UPI dan Unsyiah terlibat dalam diskusi tersebut. Hadir pula David T Brookes from California State University.

Sebagai upaya pemantauan, juga dilakukan kegiatan di SMP 8 Muhammadiyah Kota Bandung, Jumat 20 Juli 2018 ini.

Optimalisasi Kurikulum 2013

Dalam diskusi itu terungkap, latar belakang terbitnya Kurikulum 2013 pada tahun 2013 di Indonesia sebenarnya merupakan salah satu upaya untuk mengedepankan pentingnya pemikiran yang kritis. Selain itu, Kurikulum 2013 mendorong diterapkannya pendekatan ilmiah sebagai dasar dalam metodologi pembelajaran yang terdiri dari 5 langkah, yaitu: obsevasi, tanya jawab, percobaan, rasionalisasi, dan komunikasi. Selain itu, pembelajaran juga dirancang agar menyenangkan bagi siswa (learning is fun).

Pemerintah Indonesia kemudian mengucurkan dana yang besar untuk pelatihan K-13 kepada guru-guru. Namun, Kurikulum 2013 mengalami banyak kendala dalam pelaksanaannya, salah satunya adalah ketidaksiapan para guru untuk menerapkannya.

Guru-guru di Indonesia belum mempunyai pengetahuan konten pedagogik yang cukup untuk menggabungkan pendekan ilmiah dalam proses pembelajaran. Forum diskusi berkelompok itu bertujuan untuk mendiskusikan STEM Education sebagai salah satu alternatif pembelajaran sains untuk meningkatkan kemampuan abad ke-21.

Hasil dari diskusi itu salah satunya merumuskan rancangan kegiatan kolaborasi penelitian UPI dan Unsyiah dalam mengembangkan STEM Education di Indonesia.(pikiran-rakyat.com)



from Siap Belajar https://ift.tt/2NutTFG
via IFTTT